Katoliknews.com – Kita sudah memasuki masa Prapaskah 2023 yang diawali dengan perayaan Rabu Abu pada 21 Februari. Masa ini disebut juga masa retret agung, momen bagi umat Katolik untuk berpuasa selama kurang lebih 40 hari.
Karena itu, Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia, dalam pesan Prapaskahnya yang berjudul “Pertobatan Prapaskah dan Perjalanan Sinodal” menawarkan dua jalan konkret bagi seluruh umat Katolik agar masa Prapaskah ini membawa perubahan yang nyata bagi kita.
Dua jalan konkret itu terinsprasi dari kisah Yesus bersama para murid-Nya naik ke Gunung Tabor. Di atas gunung itu, Yesus “berubah rupa di hadapan mereka; wajahnya bersinar seperti matahari dan pakaiannya menjadi putih seperti cahaya” (Mat 17:2).
Jalan pertama berkaitan dengan perintah yang disampaikan Allah Bapa kepada para murid di Gunung Tabor saat mereka merenungkan Yesus yang berubah rupa. Suara dari awan berkata: “Dengarkanlah Dia” (Mat.17:5).
Usulan pertama sangat jelas: kita perlu mendengarkan Yesus. Prapaskah adalah masa rahmat di mana kita mendengarkan Dia ketika dia berbicara kepada kita. Dan bagaimana dia berbicara kepada kita?
Pertama adalah dalam Sabda Allah, yang ditawarkan Gereja kepada kita dalam liturgi. Semoga kata itu tidak diabaikan; seandainya kita tidak dapat secara rutin menghadiri Misa, marilah kita mendalami bacaan hariannya dari Alkitab, bahkan dengan bantuan internet. Selain Kitab Suci, Tuhan berbicara kepada kita melalui saudara dan saudari kita, terutama melalui wajah dan kisah mereka yang membutuhkan.
“Izinkan saya mengatakan hal lain, yang cukup penting untuk proses sinodal: mendengarkan Kristus sering terjadi dalam mendengarkan saudara dan saudari kita di Gereja. Dalam beberapa fase, saling mendengarkan seperti itu adalah tujuan utama, tetapi dalam metode dan gaya Gereja sinodal hal itu tidak akan pernah tergantikan,” kata Paus.
Jalan kedua untuk Prapaskah ini: jangan bersembunyi di balik religiositas yang terdiri dari peristiwa luar biasa dan pengalaman-pengalaman dramatis, karena takut menghadapi kenyataan dan perjuangan hidup sehari-hari, kesulitan dan kontradiksinya. Cahaya yang perlihatkan Yesus kepada para murid merupakan antisipasi kemuliaan Paskah, dan yang harus menjadi tujuan perjalanan kita sendiri, saat kita mengikuti “Dia sendirian saja”.
Prapaskah mengarahkan kita ke Paskah: “retret” bukanlah tujuan dalam dirinya sendiri, tetapi merupakan sarana yang mempersiapkan kita mengalami sengsara Tuhan dan salib dengan iman, harapan dan cinta, dan dengan demikian sampai pada kebangkitan.
Juga dalam perjalanan sinodal, ketika Tuhan memberi kita rahmat pengalaman persekutuan yang kuat, kita tidak boleh membayangkan bahwa kita telah tiba – karena di sana juga, Tuhan mengulangi kepada kita: “Bangunlah, dan janganlah takut”.
Oleh karena itu, marilah kita turun ke lembah, dan semoga rahmat yang telah kita alami memperkuat kita untuk menjadi “pelaku sinodalitas” dalam kehidupan harian komunitas kita.
Komentar