Katoliknews – Seorang mahasiswi asal Indonesia menuliskan kisah bagaimana dia melakukan shalat tarawih di sebuah pastoran di Jerman. Mahasiswa bernama Ade Siti Barokah itu menuliskan kisahnya di laman facebook miliknya.
Ia berkisah bagaimana ia melakukan shalat tarwih pertama pada masa puasa ini di sebuah pastoran di Berlin Jerman.
“Malam ini, shalat tarawih pertama di bulan suci saya dirikan di pastoral (pastoran-red). Allah ada dimana-mana, di setiap jengkal tanahNya. Kebaikan ada dimana-mana. Saudara saya dimana-mana. Sungguh, saya adalah musafir yang beruntung,“tulisnya di laman facebook.
Berdasarkan informasai di laman facebooknya itu, Ade Situ Barokah adalah mahasiswi The International Institute of Social Studies (ISS) – Erasmus Rotterdam University, NL.
Ia berasal dari Wonogiri, Jawa Tengah Indonesia. Dan sedang menetap The Hague, Netherlands.
Ia juga menjadi Program Manager for Poverty Alleviation and Economic Governanc di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Partnership for Governance Reforms (Kemitraan).
Berikut adalah cerita lengkap bagaimana ia melakukan shalat tarawih di Pastoran, seperti dikutip dari laman facebooknya:
Cerita berlanjut. Masih ingat kan bagaimana saya disayangi seorang suster tua di Polandia yang membuatkan saya coklat panas dan biskuit, saat saya berteduh di katredal? Nah ketika tiba di Berlin, saya bertemu dengan Romo (pastor) asal Flores, Indonesia, yang sudah 16 tahun memimpin jemaat di Jerman sini. Saya panggil beliau Romo Paskalis, seorang kepala pastor di paroki. Beliau bukan orang baru buat saya. Kami pernah bertemu di Amerika ketika saya mendapat beasiswa dari pemerintah Amerika dan beliau juga sedang belajar di seminari di kota kecil dimana saya ditempatkan. Waktu itu saya dan mbak Yanti Linehan sempat menghadiri acara di seminari tersebut.
Beliau sekarang kembali ke Jerman. Tapi saya sama sekali tidak tahu kalau beliau di Berlin. Setahu saya beliau di Dresden atau entah dimana. Adalah ‘adikku’ Frater Fransiskus yang menyambungkan kembali dengan Romo Paskalis. Betapa kagetnya saya ketika turun bus dari Polandia beliau sudah menunggu saya di stasiun bus 🙂

Niatnya, hari itu saya akan menginap di bandara karena pesawat saya berangkat sgt pagi. Daripada nginep di hotel mahal dan pagi kerepotan ke bandara mending nunggu pesawat di bandara kan seperti biasa? ? Tapi Romo tidak sependapat. Menurutnya terlalu riskan untuk saya bermalam di sana. Lalu dengan sangat baik hati beliau meminta saya bermalam di pastoral. Melihat keraguan saya, beliau bilang, ‘jangan khawatir. ada banyak kamar untuk para tamu (guest house) dan jangan dibayangkan hanya ada pastor di situ”. Saya tersentuh. Siapalah saya ini? Mendapat penghormatan menginap di guesthouse pastoral ini.
Kawasan pastoral sangat indah, teduh dan luas. Ada gereja besar dan kapel kecil yg cantik. Kamar-kamar tamu cukup banyak: bersih dan wangi dengan linen, handuk dan peralatan mandi yg rutin diganti.
“Itu ada minuman sekedarnya. Bila perlu untuk sahur jangan sungkan2. Di bawah ada dapur”.
Saya tercenung. Beliau tahu hari ini saya mulai puasa dan sebagai Muslim saya wajib menjalankannya.
Kamar para pastor ada di bawah, di lantai 1. Sedang guesthouse ada di lantai 3. Saya tak mau merepotkan mereka di pagi buta jadi saya menyiapkan sahur sebelum tidur.
Dengan aplikasi di hp saya mencari arah kiblat dn bersiap menjalankan tarawih. Malam ini, shalat tarawih pertama di bulan suci saya dirikan di pastoral. Allah ada dimana-mana, di setiap jengkal tanahNya. Kebaikan ada dimana-mana. Saudara saya dimana-mana. Sungguh, saya adalah musafir yang beruntung.
Terima kasih Pastor Paskalis, Frater Fransiskus dan Pastor Edmundus Sonny untuk persaudaraan ini.
Peter/Katoliknews
Komentar