Katoliknews.com – Sejumlah Pendeta, Pastor dan biarawati pada Minggu 23 Oktober 2016 menggelar ibadah bersama puluhan aktivis dan masyarakat di depan Rumah Jabatan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Frans Leburaya untuk mendoakan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal NTT yang meninggal dunia di luar negeri.
Aksi doa bersama dan refleksi itu dilakukan sebagai upaya untuk mengingatkan Pemerintah Provinsi NTT bahwa hingga saat ini sudah puluhan tenaga kerja Indonesia asal NTT yang meninggal dunia.
Sebagaimana dilansir Kompas.com, koordinator aksi, Pendeta Emy Sahertian mengatakan bahwa aksi doa tersebut bersamaan dengan penjemputan dua jenasah TKI asal NTT.
“Hari ini kami baru saja menerima dua jenazah TKI asal NTT, yang satu dari Hongkong dan satunya dari Malaysia. Itu berarti total TKI yang meninggal saat ini jumlahnya menjadi 44 orang,” kata Pendeta Emy.
“Bagi gereja, itu bukan angka kecil. Kami mengadakan kebaktian khusus terutama di depan rumah jabatan gubernur NTT karena gereja sampai hari ini masih meminta kesediaan pemerintah untuk bersama kami menanggulangi tindak pidana perdagangan orang,” lanjutnya.
Menurut Pendeta Emy, Provinsi NTT masuk kategori darurat human trafficking (perdagangan orang).
Selain itu, kata dia, buruh migran Indonesia asal NTT rentan untuk dieskploitasi, terutama di negara-negara yang belum meratifikasi perlindungan buruh migran dan hak-hak buruh.
“Jika pemerintah masih membungkam maka gereja melakukannya dengan pendekatan kegerejaan ibadah, dalam konteks advokasi terhadap umat yang mengalami eksploitasi perdagangan manusia di negara yang kami sebut sebagai perbudakan modern,” ujar dia.
Ia melanjutkan, pihak gereja juga bakal membangun jaringan dengan mereka yang peduli dan menjadi pendampingan para korban.
“Kami juga berencana untuk bagaimana reintegrasi mereka yang pulang baik yang hidup maupun yang mati. Itu menjadi komitmen gereja dalam program selanjutnya yang kami percaya bahwa akan mendapat dukungan dari masayrakat dan umat, serta jaringan yang sudah berjuang selama ini,” katanya.
Lebih lanjut, Pastor Heribertus Hadiarto mengatakan bahwa ia meminta semua pihak di NTT agar segera merefleksi diri, dimana semua TKI yang bekerja di luar negeri adalah manusia yang mesti diperhatikan.
“Ini mengingatkan kita kepada kemanusiaan bahwa angka 44 ini bukan angka sedikit dan Indonesia, khususnya NTT mesti bangkit untuk melihat dan merefleksi bahwa teman-teman kita yang merantau itu mereka juga adalah manusia,” kata Pastor Hadiarto.
“Kita berharap dengan doa yang kita buat malam ini peguasa atau pemerintah bisa melihat secara jeli dan secara jeli lagi apa yang terjadi khususnya di NTT,” lanjutnya.
Para rohaniawan Kristen dan Katolik itu bergabung bersama Aliansi Jaringan Perempuan Indonesia Timur, Sinode GMIT. Mereka juga mewakili unit pembantu pelayanan, J-RUK, FMN, Forum Mahasiswa Peduli Kemanusiaan, GMKI, keluarga TKI dan tokoh masyarakat.
Dalam aksi itu, mereka membawa lilin, spanduk, poster dan peti jenazah yang bertuliskan 44 orang TKI asal NTT yang meninggal di tempat kerja mereka di luar negeri.
Roby Sukur/Katoliknews
Komentar