Katoliknews.com – Hampir separuh warga kota Bangassou, Afrika Tengah yang sebagian besarnya adalah Umat Muslim kehilangan tempat tinggal setelah terjadi kekerasan mematikan pada pertengahan Mei 2017 lalu.
Dilaporkan Al Jazeera, sedikitnya 1.500 orang terpaksa mengungsi ke sebuah gereja Katolik menyusul konflik yang melibatkan kelompok Islam dan Kristen tersebut.
“Situasinya tidak cukup aman sehingga mereka tidak bisa keluar dari tempat ini. Ada sejumlah pria bersenjata berkeliaran di sekitar kota ini,” kata Alain Blaise Bissialo, pimpinan gereja.
Krisis di Bangassou dimulai pada 13-17 Mei 2017 ketika Anti-balaka, milisi siaga Kristen, melancarkan serangkaian serangan ke kaum muslim di Tokoyo, sebuah distrik berpenduduk mayoritas muslim di Bangassou.
Serangan itu membuat warga setempat lari tunggang langgang, sebagian besar lari ke masjid untuk mencari perlindungan.
Namun langkah mereka tidak cukup dan menemui jalan buntu, bahkan masjid diserang dan imam masjid setempat dibunuh.
Demi menyelamatkan penduduk muslim di masjid, Uskup Katolik setempat mengirimkan sejumlah truk ke Tokoyo untuk membawa mereka ke gereja.
“Menurut data terakhir, 150 orang dibunuh selama kekerasan berlangsung pada pertengahan Mei 2017, tapi jumlah tersebut kemungkinan bisa bertambah,” ucap Antoinne Mbao Bogo, Ketua Palang Merah setempat.
Alidou Djibril, salah seorang yang mengungsi di gereja, mengatakan pengungsi di sini kekurangan makanan dan pakaian.
“Situasinya sulit bagi kami, kami harus tinggal di tempat yang sama, kami tidak bisa bergerak dan kami sedang berpuasa,” katanya.
Djibril menambahkan, mereka hanya menerima makanan sekali seminggu setelah tiba di gereja.
“Kelompok Anti-balaka melarang pedagang membawa makanan untuk kami. Kami harus bisa beradaptasi, mau tidak mau,” tutupnya.
Data yang dimiliki PBB menunjukkan, hampir 35 ribu penduduk Bangassou mengungsi, beberapa di antaranya mengungsi di tempat yang lebih aman atau kabur ke Kongo.
JTP/Katoliknews
Komentar