Katoliknews.com – Gereja Katolik di Indonesia menyambut antusias Bulan Misi Luar Biasa yang telah ditetapkan Paus Fransiskus berlangsung selama bulan Oktober.
Romo Markus Nurwidi Pranoto, sekretaris eksekutif Komisi Karya Misioner (KKM) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengatakan, semua keuskupan di Indonesia merayakan Bulan Misi Luar Biasa dengan sejumlah program khusus.
Di antaranya, kata dia, adalah pendarasan doa secara intensif untuk misi, permenungan ajaran Katolik tentang misi, aksi konkret seperti karya amal kasih dan solidaritas dengan sesama.
Bulan istimewa tersebut dimulai pada 1 Oktober, bertepatan dengan Hari Raya St. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus, pelindung misi.
Mengawali Bulan Misi Luar Biasa pada Hari Raya St. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus, kata dia, sangat penting karena orang kudus itu adalah Doktor Gereja dan pelindung misi meskipun ia tidak pernah pergi ke negara asing sebagai seorang misionaris.
Biarawati asal Perancis yang juga dikenal sebagai St. Theresia dari Lisieux itu dianugerahi gelar Doktor Gereja oleh Paus Yohanes Paulus II pada 1997, atau 100 tahun setelah kematiannya pada usia 24 tahun.
“Apa yang dilakukan untuk bermisi? St. Theresia bermisi dengan doa-doanya, mendoakan karya misi,” kata Romo Nurwidi, yang juga direktur Karya Kepausan Indonesia (KKI) seperti dikutip Ucanews.com.
Bulan Misi Luar Biasa menandai peringatan ke-100 surat apostolik Paus Benediktus XV yang dikeluarkan pada 1919, yakni Maximum Illud.
Paus Fransiskus pada Minggu Misi Sedunia 2017 menetapkan Oktober 2019 sebagai Bulan Misi Luar Biasa dengan tema global “Dibaptis dan Diutus Menginjili Dunia.”
Romo Nurwidi juga mengajak umat Katolik di Indonesia untuk meneladani St. Paulus yang menegaskan bahwa pewartaan Injil “adalah keharusan, bukanlah suatu pilihan.”
Ajakan Para Uskup
Para uskup di seluruh Indonesia menerbitkan surat gembala menyambut momen ini.
Uskup Agung Semarang, Mgr Robertus Rubiyatmoko Pr mengatakan dalam suratnya, karya misi tidak selalu berarti pergi ke negara asing dan mewartakan Injil.
Karya misi, seperti yang ditegaskan oleh Paus Fransiskus, jelasnya, juga berarti “berbuat sesuatu agar warta sukacita keselamatan sampai kepada semua orang.”
Sementara itu, Uskup Manado, dalam surat gembalanya menyatakan, kekuatan karya misi adalah sakramen baptis.
“Maka siapa saja yang sudah dibaptis memunyai hak dan kewajiban untuk ambil bagian dalam karya misi,” katanya.
“Keyakinan ini menyadarkan kita bahwa kita semua tanpa kecuali, tertahbis atau tidak, biarawan atau awam, harus membangun kekuatan bersama untuk bermisi,” lanjutnya.
Mgr Rolly juga menekankan bahwa karya misi bukanlah tugas tambahan, “melainkan menjadi panggilan dan bahkan hakekat hidup orang Kristen dalam karya pastoral mereka.”
Selain bermisi di internal gereja, orang Katolik, kata dia, juga “harus menjadi saksi dengan semangat inklusif, merangkul siapapun juga dalam perjumpaan, mendukung siapapun juga dalam perjuangan kemanusiaan, kebangsaan, dan keimanan.”
“Para misionaris tidak hidup seperti katak dalam tempurung. Dengan demikian kita dapat memenuhi harapan gereja yang misioner, yaitu: melampaui batas-batas dan menjangkau dunia yang lebih luas serta membangun suatu ruang hidup bersama yang sungguh layak huni,” tuturnya.
Sebagai bagian dari rangkaian menyambut Bulan Misi Luar Biasa ini, Komisi Karya Misioner (KKM) KWI bekerja sama dengan Karya Kepausan Indonesia (KKI) telag menggelar Kongres Misi pada 1-4 Agustus 2019 di Jakarta.
Komentar