Katoliknews.com – Sebuah pengadilan di Vietnam bagian tengah menjatuhkan vonis bersalah terhadap seorang aktivis Katolik yang dianggap melawan pemerintah lewat unggahannya di Facebook.
Peter Nguyen Nang Tinh, yang merupakan seorang guru musik dan ayah dua anak divonis 11 tahun penjara.
Surat kabar Nghe An, yang dikelola pemerintah melaporkan bahwa ia juga diberikan masa percobaan lima tahun, setelah ia menjalani hukumannya.
Sebagaimana dilansir UCAN, media Katolik Asia, surat kabar itu menyatakan, Pengadilan Rakyat Provinsi Nghe An memutuskan pada 15 November bahwa Tinh bersalah karena “melakukan, menyimpan, dan menyebarkan informasi dan ha-hal yang menentang Republik Sosialis Vietnam.”
Dikatakan bahwa Tinh, yang telah mengajar di Sekolah Tinggi Kebudayaan dan Seni di kota Vinh sebelum penangkapannya pada bulan Mei, memposting di Facebook-nya 22 artikel, video, dan gambar selama 2011-2018 yang mengganggu kebijakan Partai Komunis yang berkuasa, mencoreng para pemimpin partai, melanggar rejim sosialis dan menghasut rakyat untuk melakukan demonstrasi melawan pemerintah.
Sumber UCAN mengatakan banyak polisi yang dikerahkan di sekitar pengadilan dan memblokir semua jalan menuju gedung.
Meski demikian, tiga pengacara dan istri Tinh, Nguyen Thi Tinh diizinkan untuk menghadiri persidangan.
“Saya haus akan kebebasan”
Istri Tinh mengatakan suaminya memberi tahu para hakim: “Saya haus akan negara yang menghargai kebebasan dan demokrasi. Saya prihatin dengan nasib bangsa, lingkungan yang tercemar, dan ancaman China untuk menginvasi kedaulatan negara.
“Saya tidak akan mengubah pandangan politik saya, bahkan jika saya dijatuhi hukuman penjara 10, 20 tahun atau bahkan hukuman mati.”
Le Quoc Quan, pengacara di bidang hak asasi manusia memuji ketegasan Tinh dan mengatakan dia telah bertindak untuk kebaikan rakyat, tanpa pernah melanggar hukum.
“Tinh adalah pria patriotik dan tidak bersalah,” katanya.
Quan, mantan rekan kerja Tinh mengatakan pria berusia 43 tahun itu cemas tentang rasa sakit yang diderita dan kebebasan yang hilang dari orang-orang Vietnam, terutama umat Katolik.
Tinh, katanya, telah melakukan tidak lebih dari upaya mendidik rakyat tentang bagaimana menjadi patriotik dan bagaimana menyadari hak-hak hukum mereka.
Quan mengatakan keprihatinan terbesar Tinh adalah bagaimana rakyat dapat memperoleh kontrol nyata atas kehidupan mereka dan terlibat dalam mengurus negara dan pemerintahnya. Ia juga berharap agar umat Katolik menikmati kebebasan beragama dan bisa terlibat dalam bidang pendidikan, perawatan kesehatan dan amal.
Tinh, yang ditangkap pada Mei, mengajari anak-anak di parokinya lagu terlarang berjudul “Kembalikan (hak asasi) kepada rakyat” yang digubah oleh seorang aktivis. Dia ingin menanamkan patriotisme dan kejujuran dalam diri rakyat, terutama anak-anak.
Quan mengatakan memperjuangkan keadilan dan hak-hak rakyat tidak pernah berakhir dan kerja keras yang harus dilakukan oleh setiap generasi, di setiap tempat dan di bawah semua rezim.
“Saya memprotes persidangan ini dan persidangan tidak adil lainnya yang terjadi di seluruh negeri ini,” katanya.
Sebelum persidangan, umat Katolik berkumpul di banyak gereja untuk menghadiri Misa, di mana mereka berdoa agar Tinh berada dalam kedamaian dan agar pemerintah mengadilinya secara adil.
Mereka juga mengusung spanduk yang menyatakan “Tinh tidak bersalah, bebaskanTinh.”
Komentar