Katoliknews.com- Mari Elka Pangestu, mantan Menteri Perdagangan mendapat posisi baru di level internasional sebagai Direktur Pelaksana, Kebijakan Pembangunan dan Kemitraan untuk Bank Dunia.
Penganut Katolik berusia 64 tahun tersebut akan efektif mengemban tugasnya pada 1 Maret mendatang.
Pada era pemerintahan mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Mari pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan dari 2004 hingga 2011.
Kemudian, pada tahun 2011 hingga Oktober 2014, ia menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, di mana pada dari Paskah 2014 ia tercatat mengikuti Semana Santa, tradisi pekan suci yang sudah berlangsung ratusan tahun di Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Ia merupakan orang Indonesia kedua yang memegang jabatan senior di Bank Dunia setelah Sri Mulyani Indrawati, yang saat ini menjabat sebagai Menteri Keuangan.
Dalam sebuah pernyataan, Presiden Grup Bank Dunia, David Malpass mengatakan, pengalaman Mari sebagai menteri senior dan peneliti yang kiprahnya diakui secara global bersama dengan pengalaman kepemimpinannya yang luas dan keterlibatannya dalam forum-forum internasional “akan sangat bermanfaat bagi pekerjaan mendesak kami di Grup Bank Dunia dalam mendukung pembangunan yang luas berbasis pertumbuhan dan pengentasan kemiskinan.”
Mari berterima kasih kepada Presiden Joko Widodo dan pemerintahannya atas dukungan mereka.
“Saya berharap pengalaman saya di Indonesia dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi di banyak negara berkembang,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Fransiscus Xaverius Sugiyanto, seorang Katolik dan pengamat ekonomi dari Universitas Diponegoro Semarang menyebut penunjukan itu sebagai “sebuah pengakuan terhadap Indonesia.”
“Ini akan menguntungkan Indonesia dari segi geoekonomi dan geopolitik. Meskipun dia akan melihat konteks global, masalah ekonomi yang dihadapi Indonesia pasti akan menginspirasinya dalam hal cara dia melihat masalah ekonomi global,” katanya seperti dikutip UCAN, media Katolik Asia.
Vincentius Hargo Mandirahardjo, ketua Ikatan Sarjana Katolik Indonesia berharap Mari akan membantu mengurangi kemiskinan di negara-negara berkembang.
“Saya berharap akan ada sinergi antara Bank Dunia dan pemerintah Indonesia dalam hal pengentasan kemiskinan. Sinergi seperti ini sangat penting karena Presiden Joko Widodo sekarang berfokus pada menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dengan tujuan untuk mengurangi kemiskinan,” katanya.
Mari adalah anak dari ekonom terkenal Indonesia, J. Panglaykim.
Ia memperoleh gelar Bachelor dan Master of Economics dari the Australian National University, serta gelar Ph.D. dalam bidang Perdagangan Internasional, Keuangan, dan Ekonomi Moneter dari Universitas California, Davis pada tahun 1986.
Dikutip dari CNBC Indonesia, sebelum menjabat sebagai Menteri Perdagangan, Mari Pangestu telah lama aktif dalam Dewan Kerjasama Ekonomi Pasifik (PECC), Forum Ekonomi Dunia Davos (termasuk di berbagai Dewan Agenda Global), Forum Boao China untuk Asia, Panel Ekonom Asia dan banyak forum kepemimpinan internasional lainnya.
Dia pun pernah bertugas di berbagai dewan perusahaan seperti Astra International.
Mari bekerja dengan Jeffrey Sahcs pada Sekjen PBB Millen-nium Development Goals (MDGs) Review (2003-2005), Ketua-33 Grup WTO (2005-2011), dinominasikan sebagai kandidat untuk Direktur Jenderal WTO (2013), memberikan kepemimpinan (1987 – 2003) dalam kerja sama regional untuk Dewan Kerjasama Asia Pasifik (APEC) dan Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
Pada Agustus 2013 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberinya penghargaan Bintang Mahaputera Adipradana, penghargaan untuk mereka yang memberikan layanan terbaik bagi bangsa dan negara, dan pada Desember 2014 ia dianugerahi penghargaan “Lifetime Achievement in Leadership” selama World Chinese Forum di Chongqing Cina.
Saat ini Mari adalah Profesor Ekonomi Internasional di Universitas Indonesia dan Senior Fellow di Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS). Dia juga bertugas di Dewan Kepemimpinan Jaringan Solusi Pembangunan Berkelanjutan PBB (SDSN) dan merupakan pelindung SDSN Asia Tenggara dan Indonesia.
Komentar