Oleh: Rm Markus Marlon MSC
Optanda mors est sine metu mortis mori – Kematian yang didambakan adalah mati tanpa takut pada kematian itu sendiri (Seneca)
Pada Senin, 29 Juni 2015, dalam perjalanan menuju airport Sultan Hasanuddin – Makassar, ada seorang ibu yang bercerita bagaimana dirinya merasa takut menghadapi sebuah masalah yang pelik. Namun dalam berjalannya waktu ia akhirnya berani mengatakan, “Ketika saya melangkah menghadapi apa yang saya takutkan, ternyata rasa takut itu hilang dengan sendirinya.” Saya menjadi ingat judul buku yang berjudul, “Stories of The Great Leader” yang mengutip kata-kata presiden Amerika, Franklin Delano Roosevelt (1882 – 1945), “Satu-satunya hal yang harus kita takutkan adalah rasa takut itu sendiri.” Ibu tadi sekarang menjadi tenang dan tidak takut lagi.
Memang benar, jika takut melangkah, maka kadang muncul ragu-ragu, sehingga tidak maju-maju dan tidak pernah bisa mengambil keputusan. Inilah yang dikatakan oleh Julius Caesar (100 – 44 seb.M), “ “Penakut mati berkali-kali, sedangkan pahlawan hanya mati satu kali dalam hidupnya.”
Mari kita renungkan sejenak kisah Caesar bagaimana mengatasi rasa takutnya. Pada abad 4 seb. M, sekelompok senator Romawi, yang bersekutu dengan Pompey (106 – 48 seb.M), mengkuatirkan kekuasaan Julius Caesar (100 – 44 seb.M) yang “semakin besar” (Bdk. Drama tragedy tulisan Shakespeare dengan judul, “Julius Caesar”). Ketika Caesar mendengar rumor tersebut, sang Kaisar (asal-usul dari kata Kaisar itu dari Caesar, “mungkin”) sedang berada di Gaul Selatan (sekarang Prancis) dengan hanya berpasukan yang jumlahnya lima ribu orang. Tantangan tersebut bagaikan “uji nyali” bagi dirinya. Dengan kata-katanya yang penuh motivasi, Julius Caesar berkata, “Mari kita melintasi sungai Rubicon” untuk meraih masa depan kita. Memimpin pasukan ke wilayah Italia berarti perang dengan Roma. Sekarang tidak lagi jalan kembali. Berjuang atau mati. Caesar terpaksa mengonsentrasikan kekuatannya serta tidak menyia-nyiakan satu orang pun, bertindak dengan cepat dan bersikap sekreatif mungkin. Ia menyerbu Roma. Dengan mengambil inisitif, ia menjadikan para senator ketakutan, memaksa Pompey melarikan diri.
Istilah “melintasi sungai Rubicon” amat tepat untuk mengatasi rasa takut dan kekerdilan hati dalam diri kita. Setiap hari tentu kita melewati masa-masa yang menakutkan. Tetapi yok mari coba “melangkah dan menghadapi apa yang kita takutkan, ternyata tidak seperti yang kita bayangkan.” Memang, ketakutan merampas kebahagiaan dan kedamaian hati. Dale Carnegie (1888 – 1955) dalam bukunya yang berjudul, “How to Stop Worrying and Start Living” mengatakan bahwa ketakutan itu seperti bayangan badan kita pada jam 15.00 sore. Kita membelakangi matahari dan lihatlah, betapa besar bayangan kita. Demikian pula rasa takut yang kita pikirkan itu besar sekali, padahal ketika kita menghadapi ternyata kecil saja.
Selasa, 30 Juni 2015
Komentar