Katoliknews.com – Tepat pada Pesta bertobatnya Santo Paulus, 25 Januari 2023, Paroki Santo Paulus Nanga Kantuk di Keuskupan Sintang, Kalimantan Barat, merayakan usia yang ke-43.
Seperti kisah Paulus dalam perjalanan ke Damsyik, yang ditangkap Tuhan untuk menjadi alat-Nya, perayaan ini HUT mengajak umat paroki itu untuk menjadi berkat dan tetap selalu membuat Tuhan tersenyum.
Pastor Leonardus Hambur OFM, Pastor Paroki St. Paulus Nanga Kantuk, mengatakan, selama dua tahun pandemi, paroki itu tidak merayakan momen kelahirannya.
“Perayaan ini [HUT ke-43) juga mau menjadi simbol bahwa kita harus bangkit setelah krisis yang telah kita lewati bersama,”ujarnya.
Ia berharap umat Katolik di paroki yang dilayaninya itu semakin bangga sebagai pengikut Kristus “dan semakin kuat semangat saling mengasihi di antara umat Katolik di paroki ini.”
Imam Fransiskan itu mengajak umatnya berjalan bersama dalam mewartakan Kristus melalui cara hidup yang berlandaskan iman, harap, dan kasih.
Hal senada disampaikan Ketua DPP St. Paulus Nanga Kantuk, Dwi Kristianto.
“Dengan semakin bertambahnya usia Paroki kita, semoga kehidupan beriman kita semakin berkenan baik di hadapan Tuhan dan juga sesama, berusahalah membuat Tuhan kita tetap tersenyum,” katanya via pesan Whatsapp.
Sementara itu, Rischa Sindy Tama—ketua OMK—berharap agar umat Katolik di paroki ini semakin bijaksana dan kreatif.
“Semoga dalam suasana sukacita karena Gereja kita bertambah usia, kita semakin kuat dan bijaksana dalam mewartakan kabar baik,” katanya.
Ia berharap, rekan-rekan mudanya di paroki itu mau terlibat aktif di setiap kegiatan gereja serta dapat memberi pelayanan terbaik kepada Tuhan dan gereja.
Perayaan HUT ini dirayakan secara sederhana dalam Ekaristi kudus bersama di wilayah pusat paroki.
Turut hadir para pastor dari tiga paroki lain di Dekanat Perbatasan, yakni Paroki Badau, Lanjak, dan Banua Martinus.
Para pastor itu kebetulan sedang melangsungkan pertemuan rutin Dekenat di Nanga Kantuk dari tanggal 25-26 Januari 2023.
Dalam khotbahnya, RD Markus Kornelius Marhusen yang menjadi selebran utama mengingatkan umat paroki itu untuk hidup dan mengokohkan lima pilar menggereja.
“Di usia paroki yang semakin dewasa, mari kita semakin menghayati iman dengan hidup serta mengokohkan pilar hidup beriman, melalui perayaan Litourgia (liturgi), memantapkan Kerygma (pewartaan), hidup dalam Diakonia (pelayanan), memperkokoh Koinoia (paguyuban), dan mempertegas Martyria (kesaksian),” ujarnya.
Sementara itu, Pastor George Georgius Harahan OFMCap, Dekan Dekenat Perbatasan, dalam sambutannya mengajak umat untuk setia merawat anugerah iman.
“Mari kita merawat anugerah iman yang diwariskan para rasul hingga yang dihidupi dan dihayati oleh para leluhur dan pendahulu kita. Kita lanjutkan dan kita tegaskan dengan kulitas iman yang semakin baik,” tegasnya
Sekilas tentang Paroki Nanga Kantuk
Keberadaan Paroki St. Paulus Nanga Kantuk tidak terlepas dari sejarah Paroki St. Fidelis Sejiram.
Pada tahun 1970-an, Paroki Sejiram menjadi salah satu pusat misi para misionaris OMI (Oblat Maria Imaculata) di Keuskupan Sintang.
Dari Sejiram, para Misonaris OMI bergerak untuk mewartakan Injil ke wilayah-wilayah terpencil di daerah Kapuas Hulu.
Salah satu wilayah misi para misionaris OMI saat itu adalah wilayah Paroki St. Paulus Nanga Kantuk sekarang.
Para misionari OMI harus menggunakan transportasi air untuk mengunjungi wilayah-wilayah misi di Nanga Kantuk.
Selain karena belum adanya akses jalan darat, kunjungan pastoral menggunakan transportasi sungai justru memudahkan para misionaris berjumpa dan berinteraksi dengan masyarakat Dayak.
Di wilayah ini, mereka berjumpa dengan masyarakat Dayak Kantuk dan Dayak Iban yang masih tinggal di rumah-rumah Betang atau rumah Panjang.
Rumah Panjang adalah hunian khas dan menjadi pusat kehidupan sosial masyarakat Dayak. Pada umumnya rumah Betang dibangun dekat dengan jalur sungai, karena jalur transportasi utama masyarakat Dayak pada saat itu adalah sungai.
Pada tahun 1979, secara berkala tarekat OMI mengutus para imamnya untuk lebih intens berpastoral di wilayah Nanga Kantuk.
Pada tanggal 25 Januari 1980, bertepatan dengan Pesta Pertobatan St. Paulus, Mgr. Ishak Doera, Uskup Sintang kala itu, meresmikan Nanga Kantuk menjadi Paroki, dan St. Paulus dipilih menjadi pendoa dan pelindung paroki yang baru terbentuk ini.
Pada saat itu juga wilayah Paroki Nanga Kantuk dibagi dalam 34 Stasi dengan luas wilayah kurang lebih 1.074,84Km2 .
Pada tahun 1998, reksa pastoral Paroki St. Paulus Nanga Kantuk diserahkan kepada imam diosesan Keuskupan Sintang.
Dan pada 3 Februari 2020, Mgr. Samuel Oton Sidin OFM Cap, Uskup Sintang, secara resmi memercayakan karya pastoral Paroki St. Paulus Nanga Kantuk kepada Ordo Fratrum Minorum (OFM).
RP Charlest OFM
Komentar