Katoliknews– Seorang Imam berhasil menyelamatkan salah satu migran yang adalah gadis remaja Katolik, korban kekerasan dan pelecehan seksual oleh majikan di Malaysia.
Pastor Chrisanctus Paschalis Saturnus Esong, nama imam itu, merupakan Ketua Komisi Migran dan Keadilan-Perdamaian Kevikepan Kepulauan Riau.
Sebagaimana dilansir Kompas pada Selasa 24 Mei, Pastor Paschalis mengatakan bahwa hal yang dilakukannya adalah sebuah amanat bagi profesinya sebagai imam.
“Tidak ada yang luar biasa dari itu karena termasuk bagian tugas saya sebagai imam. Bukan hanya saya, setiap orang beriman dan bernurani pasti tergerak untuk menolong mereka,” ujar Pastor Paschalis.
Ia menceritakan bahwa Gadis itu berasal dari Belu, Nusa Tenggara Timur, yang dulunya menjadi korban perdagangan manusia, yang lolos dengan memalsukan data diri.
Gadis tersebut melarikan diri dari Malaysia setelah disiksa dan diperkosa di Malaysia tahun 2014 lalu, tepat saat ia masih berusia 15 tahun.
Pastor Paschalis melanjutkan, awalnya begitu sulit mengurusi dan mencari data diri gadis remaja tersebut, karena ia masih dihinggapi trauma akibat berbagai kekerasan yang dialaminya.
“Setelah membaik, dia bisa menyebutkan nama aslinya, lengkap dengan nama baptis. Dia juga mengaku dari NTT. Lalu, kami cocokkan namanya dengan surat baptis di NTT. Akhirnya, ditemukan alamat asli dan orangtuanya di kampung” lanjutnya.
Pastor Paschalis mulai mengurusi para migran tidak lama setelah ia ditahbiskan tahun 2010 dan ditempatkan di Batam, Kepulauan Riau yang merupakan pintu keluar-masuknya para migran.
Ia juga pernah menyelamatkan ribuan orang dari sindikat perdagangan manusia dan pekerja migran illegal.
Pastor Paschalis dan rekan-rekannya kini menyediakan tempat penampungan bagi para korban, sebelum mereka dikembalikan ke kampung halaman. Ia juga aktif mencari dan mendatangi tempat-tempat penampungan ilegal bagi pekerja migran dan membawa mereka keluar dari tempat itu.
Tantangan Perjuangan
Di balik perjuangan kemanusiaan tersebut, ia mendapat banyak tantangan serius. Sebut saja, ia beberapa kali disuap oleh sejumlah pihak, agar berhenti mengurusi para migran dan perdagangan orang. Namun ia dengan tegas menolaknya.
“Mereka benar-benar tidak tahu malu. Saya mengerti di Batam amat lazim pungutan liar dan suap di berbagai tempat. Saya tahu ada banyak orang terlibat dalam kegiatan ilegal untuk mencari uang. Namun, mendatangi pastor di gereja dan mencoba menyuapnya? Benar-benar gila,”ungkap Imam itu.
Tantangan kedua muncul saat sindikat perdagangan orang dan calo pekerja migran mengirim orang untuk mengancamnya. Bahkan, seorang komisaris polisi pernah mendatanginya di gereja.
“Dia terang-terangan meminta saya berhenti mendampingi korban. Saya bilang ke dia, mati pun saya siap kalau gara-gara ini. Saya tidak punya anak-istri yang khawatir kalau terjadi apa-apa kepada saya. Keluarga saya sudah mengerti risiko pekerjaan ini,” katanya.
Kehadiran oknum polisi ini lantas memberi sinyal baginya terkait keterlibatan banyak pihak dalam sindikat perdagangan orang tersebut.
“Saya pernah ikut menyelamatkan beberapa anak NTT dan Jawa Tengah dari tempat penampungan ilegal. Beberapa polisi dalam operasi itu tahu siapa pemilik rumah penampungan itu. Mereka juga kenal siapa saja pengelola rumah penampungan di tempat lain. Akan tetapi, tetap saja tidak ada yang ditangkap,” tuturnya.
Roby Sukur/Katoliknews
Komentar