Katoliknews.com – Fernando Padilla, 25, sedang mengikut Misa di Paroki Santa Cecilia, Ciudar Cordoba pada Selasa, 22 November 2016 malam ketika seorang pria menembak dirinya di depan Mgr Dario de Jesus Monsalve Mejia, Uskup Agung Cali, Kolombia.
Berhubung hari itu adalah Misa dalam rangka pesta pelindung paroki, banyak umat dari Ciudad Cordoba dan kota sekitar yang hadir saat penembakan terjadi, demikian laporan Agenzia Fides.
Penembakan itu menulai kecaman dari Uskup Agung Mejia, yang menyebutnya sebagai sebuah aksi terror. Dia sangat menyayangan aksi pelaku yang memanfaatkan momen acara Gereja untuk membunuh.
“Mengambil kesempatan pertemuan dalam gereja untuk membunuh umat dan menciptakan teror di antara umat, melampaui pertimbangan rasional,” kata Mejia kepada Fides.
“Sungguh memperihatinakn, rasa takut akan Tuhan tidak juga menghentikan aksi pengabaian mutlak kehidupan manusia yang sedang terjadi dalam kehidupan masyarakat Kolombia,” lanjutnya.
Ini bukan pertama kali terjadi kasus penembakan di Paroki St Cecilia.
Dua tahun lalu, di Gereja itu juga terjadi pembunuhan atas dua orang lain.
Menurut Christian Today, pembunuhan itu merupakan bagian dari kekerasan sistematik terhadap umat Kristiani di negara Amerika Selatan yang dilanda yang sedang perang.
Pada bulan Oktober, Kolombia sepakat menolak kesepakatan damai dengan Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) yang merupakan kelompok gerilya Marxis.
Anggota kelompok itu telah membunuh sejumlah imam, menghancurkan gereja-gereja dan menculik para misionaris.
Perang saudara berkepanjangan di negara itu telah menewaskan sekitar 220.000 orang dan hampir tujuh juta orang mengungsi.
Open Doors, misi Kristiani non-denominasi, organisasi yang menolong umat Kristiani yang hidup di bawah penindasan atau mengalami penganiayaan karena iman akan Yesus Kristus, menempatkan Kolombia dalam 50 negara terburuk untuk didiami umat Kristiani, terutama karena kejahatan terorganisir di mana FARC merupakan pelaku utamanya.
Dennis Petri, analis Amerika Latin Open Doors mengatakan, “banyak umat Kristiani yang terus-menerus menjadi sasaran karena kegiatan-kegiatan pribadi mereka sebagai gembala yang berpengaruh, pemimpin politik, wartawan, pengacara, pembela hak asasi manusia, pembela hak-hak adat atau pendukung perlindungan lingkungan.”
“Dalam kehidupan komunitas, organisasi-organisasi kriminal atau gerilyawan-gerilyawan mengganggu kehidupan sehari-hari umat Kristiani, sambil memantau kegiatan mereka dan menghambat apa pun yang bertentangan dengan kepentingan mereka,” katanya.
Katoliknews
Komentar