India, Katoliknews.com – Bunda Teresa, yang ditahbiskan sebagai santa oleh Paus Fransiskus pada September tahun lalu, Rabu 6 September 2017 dinyatakan sebagai santa pelindung Keuskupan Agung Kalkuta di Kota Kolkata, India.
Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Kalkuta Dominique Gomes membacakan keputusan tersebut dalam sebuah misa khusus yang digelar setelah peringatan 20 tahun meninggalnya rohaniwati itu.
“Ini adalah kali pertama dalam tempo hampir 1,5 abad Keuskupan Kalkuta mendapatkan santa pelindung baru,” ujar Uskup Agung Thomas D’Souza seperti diberitakan mediandonesia.com, Kamis 7 September 2017.
“Santa Teresa dari Kalkuta adalah santa yang spesial bagi kami karena dia tinggal dan bekerja di kota ini,” imbuhnya.
Santo pelindung Keuskupan Agung Kalkuta sebelumnya adalah Santo Fransiskus Xaverius yang telah memegang gelar itu sejak 1876.
Teresa menghabiskan seluruh usia dewasanya di India. Pertama sebagai pengajar dan kemudian merawat orang sakit selama puluhan tahun hingga dia meninggal dunia pada 1997.
Terlahir di Skopje dari orangtua berkebangsaan Kosovo-Albania, Teresa memenangkan hadiah Nobel Perdamaian pada 1979. Dia dipandang sebagai simbol pengorbanan diri dan kasih bagi umat Katolik.
Riwayat
Agnes Gonxha Bojaxhiu demikian nama pemberian orang tuanya lahir pada tanggal 26 Agustus 1910 di Uskub, Kerajaan Ottoman, sekarang Skopje, ibukota Republik Makedonia.
Dia adalah anak bungsu dari sebuah keluarga di Shkoder, Albania dari pasangan Nikolle dan Drana Bojaxhiu. Ayahnya yang terlibat dalam politik Albania, meninggal pada tahun 1919 ketika ia berusia delapan tahun. Setelah kematian ayahnya, ibunya membesarkannya sebagai seorang Katolik Roma.
Ayahnya, Nikolle Bojaxhiu yang artinya ‘pelukis’, berasal dari Prizren, Kosovo. Sementara, ibunya diduga berasal dari sebuah desa dekat Dakovica, Kosovo.
Menurut sebuah biografi oleh Joan Graff Clucas, pada tahun-tahun awal Agnes terpesona oleh cerita-cerita dari kehidupan misionaris dan pelayanan mereka di Benggala. Pada usia 12 tahun, ia merasa yakin dan berkomitmen untuk kehidupan beragama dan merasa terpanggil melayani orang miskin. Resolusi akhirnya diambil pada tanggal 15 Agustus 1928, sewaktu berdoa di kuil Madonna Hitam di Letnice, tempat di mana ia sering pergi berziarah.
Ia meninggalkan rumah pada usia 18 tahun untuk bergabung dengan Suster-suster Loreto sebagai misionaris. Setelahnya, ia tidak pernah lagi melihat ibu atau saudara perempuannya.
Di Biara Loreto yang terletak di Rathfarnham, Irlandia ia belajar bahasa Inggris, bahasa yang digunakan oleh Kesusteran Loreto untuk mengajar anak-anak sekolah di India. Ia tiba di India pada tahun 1929 dan memulai masa novisiat di Darjeeling , dekat pegunungan Himalaya, tempat ia belajar bahasa Bengali dan mengajar di Sekolah St. Teresa, sebuah sekolah yang dekat dengan biaranya.
Ia mengambil sumpah pertamanya sebagai seorang biarawati pada tanggal 24 Mei 1931. Saat itu ia memilih untuk diberi nama Therese de Lisieux, santo pelindung para misionaris. Namun karena salah satu biarawati di biara sudah memilih nama itu, Agnes memilih pengejaan Spanyol, Teresa.
Dia mengambil sumpah sucinya pada tanggal 14 Mei 1937, saat sedang pelayanan sebagai guru di sekolah biara Loreto di Entally, sebelah timur Kalkuta. Teresa bertugas disana selama hampir dua puluh tahun dan pada tahun 1944 diangkat sebagai kepala sekolah.
Meskipun Teresa menikmati mengajar di sekolah, ia semakin terganggu oleh kemiskinan di sekitarnya. Kelaparan di Benggala pada 1943 membawa penderitaan dan kematian ke kota serta kekerasan Hindu/Muslim pada Agustus 1946 membuat kota dalam keputusasaan dan ketakutan.
Selama lebih dari 47 tahun, ia melayani orang miskin, sakit, yatim piatu dan sekarat, sementara membimbing ekspansi Misionaris Cinta Kasih yang pertama di seluruh India dan selanjutnya di negara lain. Setelah kematiannya, ia mendapat gelar beata oleh Paus Yohanes Paulus II dan diberi gelar Beata.
Pada 1970-an, ia menjadi terkenal di dunia internasional untuk pekerjaan kemanusiaan dan advokasi bagi hak-hak orang miskin dan tak berdaya. Misionaris terus berkembang sepanjang hidupnya dan pada saat kematiannya, ia telah menjalankan 610 misi di 123 negara, termasuk penampungan dan rumah bagi penderita HIV/AIDS, lepara dan TBC, program konseling untuk anak dan keluarga, panti asuhan, dan sekolah.
Pemerintah, organisasi sosial dan tokoh terkemuka telah terinspirasi dari karyanya, namun tak sedikit filosofi dan implementasi Bunda Teresa yang menghadapi banyak kritik. Ia menerima berbagai penghargaan, termasuk penghargaan pemerintah India, Bharat Ratna (1980) dan Penghargaan Perdamaian Nobel pada tahun 1979.
Ia merupakan salah satu tokoh yang paling dikagumi dalam sejarah. Saat peringatan kelahirannya yang ke-100 pada tahun 2010, seluruh dunia menghormatinya dan karyanya dipuji oleh Presiden India, Pratibha Patil.
Mediaindonesia/wikipedia/j-aR/Katoliknews
Komentar