Katoliknews.com – Kobe Bryant dan putrinya Gianna menghadiri Misa beberapa jam sebelum keduanya meninggal dalam kecelakaan helikopter yang tragis di California Selatan, Minggu, 26 Januari 2020.
Ia dan putrinya yang berusia 13 tahun itu menghadiri Misa pagi pukul 07.00 di Gereja Paroki Maria Ratu Para Malaikat, Newport Beach.
Usai Misa, mereka segera meninggalkan gereja dan naik helikopter S-76 Sikorsky yang dikemudikan oleh Ara Zobyan, membawa mereka ke Akademi Mamba di Thousand Oaks, tempat Gianna akan mengikuti latihan basket.
Helikopter itu menabrak lereng bukit dekat Calabasas sekitar pukul 9.30. Total sembilan orang tewas dalam peristiwa naas itu.
Seorang juru bicara di Gereja Paroki setempat mengonfirmasi kepada DailyMail.com bahwa Kobe dan Gianna hadir dalam Misa pagi itu.
Salah seorang umat paroki, yang juga menghadiri Misa pada jam yang sama juga menulis di media sosial: “Saat Misa, pastor memberi tahu kami semua bahwa Kobe Bryant dan putrinya menghadiri Misa pagi ini.”
Pastor David Barnes, seorang imam Katolik di Boston, Massachusetts juga membenarkan hal itu.
Ia men-tweet pada hari Minggu: “Seorang teman mengirim pesan singkat kepada saya hari ini, memberitahu bahwa ia melihat #KobeBryant saat Misa. Misa adalah penyembahan kepada Tuhan. Surga adalah penyembahan kepada Tuhan. Hadir Misa di sini sehingga Anda dapat menyembah Tuhan selamanya di surga.”
Dalam postingan di Facebook, Uskup Timothy Freyer, dari Keuskupan Orange, yang saat peristiwa itu terjadi tengah berada di Roma untuk bertemu dengan Paus Fransiskus, mengatakan Kobe adalah seorang “Katolik yang setia yang mencintai imannya.”
Menyebutnya sebagai ikon bola basket yang menginspirasi melalui kata-kata dan tindakan, Uskup Timothy mengaku hatinya berat menerima peristiwa tragis itu.
“Dia adalah seorang Katolik yang berkomitmen, yang mencintai keluarganya dan mencintai imannya,” katanya.
Ia menjelaskan, Kobe “sering menghadiri Misa dan duduk di bagian belakang gereja sehingga kehadirannya tidak akan mengalihkan perhatian umat lain dari fokus pada kehadiran Kristus.”
Uskup Agung Los Angeles, Mgr Jose H Gomez menulis tentang Kobe di Twitter: ‘Sangat sedih mendengar berita kematian tragis #KobeBryant pagi ini.’
“Saya berdoa untuk dia dan keluarganya. Semoga dia beristirahat dalam damai dan semoga Bunda Maria kita yang penuh kasih memberi kenyamanan bagi orang-orang yang dikasihinya. #KobeBryantRIP,” tulisnya.
“Tidak ada yang lebih menghibur bagi mereka yang berduka daripada mengetahui bahwa orang yang dicintai menyembah Tuhan sebelum kematiannya karena menyembah Tuhan itu adalah surga.”
Julie Hermes, Misa pada pukul 07.00 itu dipimpin Pastor Anthony Vu, imam dari Vietnam.
Ia menyebut, Kobe biasanya akan keluar dari gereja sedikit lebih awal sebelum akhir ibadah.
“Dia sangat dicintai di gereja, dan dia sangat saleh, sangat berdedikasi pada imannya,” katanya.
Hermes mengatakan dia menghadiri Misa setelah kematian Kobe diumumkan dan umat – di mana banyak diantaranya mengenal bintang Lakers itu – sangat terkejut dengan berita kematiannya.
“Saya ikut Misa jam 12.00 yang dipersembahkan untuknya. Setiap Misa sejak itu dipersembahkan untuk Kobe dan keluarga semua korban,” katanya.
“Semua orang terpana, terpaku, kaget,” katanya.
Ia menjelaskan, ketika Misa berakhir, semua orang berjalan dalam diam dan terpaku pada ponsel mereka mencari informasi apapun yang bisa diperoleh terkait peristiwa itu.
“Umat kami mengenalnya bukan hanya dari gereja tetapi dari komunitas, karena Kobe adalah bagian dari komunitas ini. Begitulah cara saya mengenalnya juga. Saya tinggal sangat dekat dengannya di Pantai Newport. Dia seperti pria biasa, Anda tidak akan tahu dia adalah seorang selebriti. Dia sering bepergian sendiri tanpa pengawal,” katanya.
Jika sedang lewat di jalan dan ada anak-anak yang meminta untuk berfoto dengan dengannya, katanya, Kobe selalu bersedia.
Hermes mengatakan gereja mereka mengadakan doa rosario pada Senin pagi yang dihadiri penggemar Kobe
BACA JUGA: In Memoriam Kobe Bryant: Bagaimana Iman Katolik Mempengaruhi Hidup Sang Superstar
Kobe adalah seorang Katolik yang taat. Ia dibesarkan dalam keluarga Katolik dan menyebut imannya akan Kristus berhasil membuat ia melewati masa-masa sulit dalam hidupnya.
Komentar