Katoliknews.com – Langkah seorang imam Katolik menulis surat terbuka yang memprotes isi buku sejarah Gereja untuk pelajar Agama Protestan, di mana di dalamnya disebutkan bahwa Gereja Katolik adalah bagian dari Gereja Nestorian, membuat pemerintah memutuskan menarik kembali buku itu.
Dalam sebuah surat pada 4 Maret yang ditujukan kepada Pastor Yohanes Kopong Tuan MSF, imam yang menulis surat terbuka itu, Direktoral Jenderal Bimas Kristen, Kementerian Agama menyatakan, langkah penarikan itu dilakukan setelah mereka menggelar rapat pada 3 Maret yang melibatkan berbagai pihak.
Rapat itu, demikian dinyatakan dalam surat yang ditandatangani Melius Lahagu, Kasubdit Pendidikan Dasar, melibatkan Dirjen Bimas Kristen, penulis, editor dan peninjau buku.
“(Dari rapat itu) diputuskan menarik buku … dimaksud dari website Dirjen Bimas Kristen, dan untuk sementara waktu dihentikan penggunaannya hingga selesai dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya,” kata Melius.
Surat terbuka Pastor Kopong diunggah di Facebook-nya pada 2 Maret dan kemudian menyebar di berbagai aplikasi berbagi pesan seperti Whats App.
Dalam suratnya, imam yang kini bekerja sebagai misionaris di Filipina itu menyatakan, ada kesalahan dalam buku untuk siswa terkait Sejarah Gereja Kelas VII untuk Sekolah Menengah Pertama Teologi Kristen.
Ia merujuk pada halaman 24 buku tersebut, di mana ditulis bahwa Gereja Katolik Roma merupakan bagian dari Gereja Nestorian.
Pastor Kopong mengatakan, klaim itu adalah “sesat dan salah besar” dan menyebut “Gereja Katolik Roma tidak berafiliasi atau tidak merupakan bagian dari Gereja lain mana pun.”
Nestorian, jelas dia, merujuk pada mereka yang mengikuti ajaran Nestorius, Uskup dari Konstantinopel yang dinyatakan sesat dan bidaah oleh Gereja Katolik Roma dalam Konsili Efesus (431) dan Konsili Kalsedon (451).
Ajaran Nestorius dianggap sesat, karena, kata dia, Nestorius menyatakan bahwa Yesus Kristus memiliki dua kodrat dan dua pribadi yaitu Allah dan manusia serta pengajarannya yang memandang Maria sebagai Bunda Kristus (Christotokos) dan bukan sebagai Bunda Allah (Theotokos).
“Bagaimana mungkin Gereja Katolik Roma yang mengutuk dan menyatakan sesat serta bidaah ajaran Nestorius berbalik arah menjadi bagian dari gereja Nestorian?” tulisnya.
Ia pun meminta agar buku tersebut ditarik kembali dari peredaran dan direvisi, serta “meminta kepada penulis, editor dan penerbit agar mengedepankan kebenaran fakta sejarah dalam menuliskan sejarah agama dan Gereja lain.”
“Jika hal-hal yang berhubungan dengan Gereja atau agama lain sebaiknya menggunakan sumber yang jelas dan benar atau minimal bertanya kepada pihak atau otoritas agama tersebut,” tulisnya.
Surat Pastor Kopong itu ditujukan kepada berbagai pihak, termasuk Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Bimas Kristen dan penulis buku.
Sementara itu, merespons surat tanggapan dari Dirjen Bimas Kristen, dalam unggahan di Facebook-nya pada 4 Maret, Pastor Kopong mengatakan, “menyampaikan apresiasi dan limpah terima kasih.”
Respon positif itu, kata dia, memberikan inspirasi kepadanya terkait “kesediaan untuk saling melengkapi, menerima dan memberikan masukan,” sebagai “bagian dari iman kepada Yesus Kristus yang adalah jalan, kebenaran, dan hidup.”
“Surat terbuka yang saya tulis bukan merupakan sebuah kebencian atau untuk mencari sensasi viral ataupun trending tetapi yang paling pertama dan utama karena terdorong oleh iman untuk menjadi jalan yang menyampaikan kebenaran demi kebaikan bersama,” tulisnya.
“Bahwa kemudian surat saya itu ditanggapi secara positif, itu juga merupakan bagian dari iman untuk menjadi jalan kebenaran sebagaimana yang diajarkan dan diteladankan oleh Yesus Kristus sendiri,” jelas Pastor Kopong.
Ia juga memohon maaf terkait komentar dari berbagai pihak, terutama di Facebook-nya, yang tidak berkenan dan menyebut “aneka komentar itu merupakan bagian dari dinamika menjadi inspirasi untuk kebaikan bersama.”
Pastor yang sangat aktif memaanfatkan Facebook ini mengajak sahabat dan temannya untuk “ikut menerima respon positif” dari Ditjen Bimas Kristen, “sebagai anugerah dari Tuhan.”
“Mari kita tetap menjadi inspirasi yang menyampaikan kebenaran dengan tetap mengedepankan persatuan dan perdamaian untuk kebaikan bersama, di dalam rumah bersama yang bernama Republik Indonesia,” tulis Pastor Kopong.
Komentar