Forum Peduli Perempuan dan Anak (FPPA) Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) sebuah kelompok perempuan binaan para suster Kongregasi Suster Misi Abdi Roh Kudus (SSpS) mengikuti pelatihan membuat eco-enzyme pada Rabu, 30 Juni 2021.
Pelatihan ini diadakan berkat kerja sama dengan pegiat Eco Enzyme Nusantara wilayah NTT, Fransiskus Pongky Seran dan didukung oleh Yayasan Felix Maria Go (YFMG).
Kegiatan yang diikuti 30 orang ibu ini dibuka oleh Suster Sisilia Anak Agung, SSpS, pendamping FPPA.
Dalam penjelasannya kepada peserta, Pongky mengatakan eco enzyme memiliki peran sentral dalam menjaga kesehatan serta kelestarian lingkungan hidup.
“Lingkungan yang sehat akan menciptakan manusia yang sehat serta tumbuhan dan binatang yang sehat. Hal ini ditandai dengan kualitas air, tanah dan udara yang sehat,” katanya.
“Peran eco enzyme adalah menetralisir air, tanah dan udara yang terkontaminasi polutan,” tambahnya.
Ia menjelaskan, eco enzyme yang berbentuk cairan diolah dari bahan-bahan alami sampah dapur seperti kulit buah dan sayur, ditambah dengan air dan gula aren.
Dalam kegiatan itu ia menjelaskan langkah-langkah pembuatannya yang sederhana, di mana bahan baku itu dimasukan ke dalam wadah berupa jerigen, dengan rumus perbandingan 10:3:1, yakni 10 liter air, 3 kg kulit buah dan sayur dan 1 kg gula aren.

Menurut Pongky, rumus ini sesuai standar dari penemu eco enzyme, Dr. Rosukon Poompamvong dari Thailand lewat risetnya yang dilakukan selama 30 tahun.
Setelah bahan baku itu dicampur, kata Pongky, wadah jerigen kemudian ditutup rapat selama tiga bulan.
“Dari proses fermentasi selama 3 bulan inilah akan menghasilkan cairan eco enzyme,” jelasnya.
Fransiscus Go, pimpinan YFMG berharap agar peserta bisa memanfaatkan kesempatan pelatihan ini untuk menambah skill dan pengetahuan dalam mengolah sampah dapur menjadi eco enzyme.
“Kami dari YFMG tentu sangat mendukung kegiatan ini sebagai bagian dari solidaritas sosial kami,” katanya.
“Yayasan inipun memiliki kepedulian pada pemberdayaan kaum perempuan dan lingkungan hidup. Ini sesuai dengan visi misi kami,” kata Fransicus, pemilik e-commerce Sayur Kendal, sebuah bisnis yang merambah bidang kebun hidroponik dan pertanian organik di wilayah Jakarta.
Suster Sisilia mengatakan, kegiatan ini sangat bermanfaat dan mengharapkan agar anggota FPPA bisa mempraktekan dan memanfaatkan sampah dapur menjadi eco enzyme.
“Ibu-ibu ini merupakan kelompok tani, sehingga kiranya eco enzyme bisa menjadi satu solusi pertanian organik,” ungkap biarawati asal Pulau Bali ini.
Biarawati yang sudah berkarya puluhan tahun di tanah misi Timor ini menambahkan, eco enzyme sangat bermanfaat bagi kesehatan lingkungan dan juga kesehatan manusia.

Berdiri sejak tahun 2000 merespon banyak perempuan yang menjadi korban kekerasan, termasuk pada masa-masa akhir invansi Indonesia ke Timor-Leste, FPPA memiliki program -program pemberdayaan perempuan.
Beberapa di antara programnya adalah pembentukan kelompok tani, kelompok ternak dan kelompok tenun ikat warna alami.
ARD/Katoliknews
Komentar