RD Eduardus Endi
(Pastor Rekan Paroki St. Klaus, Kuwu-Ruteng)
Katoliknews.com – Pada hari ini, Minggu 22 Januari 2023, kita memasuki Hari Minggu Biasa ke-3. Baccaan-bacaan suci hari ini diambil dari Yes. 8:23b-9:3 (Bacaan I); 1Kor. 1:10-13.17 (Bacaan II) Mat. 4:12-23 (Bacaan Injil). Inti terdalam dari keseluruhan bacaan suci hari ini adalah ajakan bagi kita semua agar menjadi rasul atau murid Kristus yang setia.
Keutamaan setia mencakup dua hal, satu: setia beriman kepada Kristus, dan dua: setia menghayati Sabda dan kehendak Allah dalam hidup harian kita.
Atau dengan kata lain, sebagai orang Katolik sejati, kita tidak boleh mengakui iman kita dalam tataran verbal-perkataan saja, tetapi juga mesti ditunjukkan dalam praktik hidup harian dengan melaksanakan tugas dan karya pelayanan kita sesuai kehendak Allah.
Penginjil Matius (4:12-23) menarasikan dengan sangat jelas tentang kisah terpilihnya para murid/rasul Yesus. Mereka yang dipilih dan dipanggil Yesus disebutkan secara jelas, berjumlah empat orang, yakni: Simon Petrus dan Andreas, saudaranya, lalu Yakobus dan Yohanes, keduanya anak Zebedeus. Ini adalah dua pasang bersaudara.
Menarik dari kisah ini adalah dua pasang bersaudara dipanggil Yesus saat mereka sedang menjalankan tugas harian mereka sebagai nelayan. Dan lokasinya sangat jelas, yakni di pinggir Danau Galilea (bdk. Mat. 4:18).
Selain itu, keterpilihan empat bersaudara ini terjadi secara spontan atas inisiatif Yesus sendiri, tanpa terlebih dahulu memberikan kualifikasi atau syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh mereka masing-masing.
Mereka yang terpilih ini bukan berasal dari latar belakang pendidikan yang tinggi, atau strata sosial yang mapan, atau kedudukan yang elegan dalam lingkungan masyarakat, tapi mereka adalah orang-orang sederhana, orang-orang biasa yang punya pekerjaan sederhana. Mereka semua adalah nelayan.
Yesus dengan tahu dan mau memilih dan menetapkan mereka berempat untuk masuk dalam barisan rasul atau murid-Nya.
Kisah panggilan para murid ini mau memperlihatkan bahwa Yesus lebih melihat HATI, BUDI, dan PIKIRAN setiap pribadi. Dia lebih menyelidiki soal kesiapan HATI setiap orang yang mau dipilih-Nya, bukan pada hal lahiriah atau yang kasat mata.
Yesus pasti mengenal HATI keempat orang itu dan memandang bahwa mereka layak dan siap untuk menjadi rekan kerja-Nya.
Tujuan terpilihnya keempat bersaudara ini adalah untuk menyertai Yesus, menjadi rekan kerja Yesus dan menjadi utusan untuk mewartakan Kerajaan Allah ke tengah dunia.
Dengan kata lain, mereka dipanggil untuk mengambil bagian dalam misi akbar Yesus untuk menaburkan kebaikan dan menebarkan jala keselamatan kepada semua orang, atau dalam bahasa Injil: “menjadi penjala manusia” (Mat. 4:19).
Lalu, bagaimana dengan kita? Sesungguhnya, kita telah dipilih dan ditetapkan oleh Allah, tentu dengan cara-Nya sendiri. Allah melihat HATI kita masing-masing.
Melalui Sakramen Baptis, kita telah dilantik untuk menjadi rekan kerja Allah (co-Creator Dei) dan kini kita dipanggil dan diutus untuk mewartakan kasih dan kebaikan Allah melalui tugas dan karya pelayanan kita masing-masing, entah sebagai imam, biarawati, kepala keluarga, Ibu RT, petani, guru, mantri, bidan, dll.
Aneka profesi kita saat ini adalah bentuk nyata pilihan dan panggilan Allah bagi kita untuk menjadi rasul-Nya, menjadi penjala manusia.
Hal yang dituntut dari kita sekarang adalah kesiapsediaan dan keberanian untuk selalu bertanggung jawab melaksanakan karya pelayanan kita dengan sungguh-sungguh.
Karena itu, ada 3 hal yang perlu kita tindak lanjuti dalam keseharian hidup kita, sebagaimana digemakan dalam bacaan-bacaan suci pada hari Minggu biasa III ini.
Pertama, kita diajak menjadi “pembawa terang”. Dalam Bacaan I, Nabi Yesaya melukiskan dengan sangat indah ramalannya tentang kehadiran Yesus, yang adalah Sang Terang Sejati.
“Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; terang terlah bersinar atas mereka yang diam di negeri kekelaman. Engkau, ya Tuhan, telah menimbulkan sorak-sorai dan sukacita yang besar. Mereka telah bersukacita di hadapan-Mu, seperti orang bersukacita di waktu panen, seperti bersorak-sorak di waktu membagi-bagikan jarahan.” (Yes. 9:1-2).
Perkataan nabi Yesaya ini mau memperlihatkan bahwa Tuhan Yesus adalah Terang yang sesungguhnya. Ia datang dan hadir di tengah dunia membawa serta misi pembebasan dan keselamatan.
Sebagaimana Yesus hadir sebagai Terang Sejati yang menghalau kegelapan dosa dan maut, kita pun sebagai pengikut-Nya diajak meneladan spirit hidup Yesus. Kita membawa dan menghadirkan terang itu kepada sesama lewat sikap dan tutur kata kita setiap hari.
Karena itu, peliharalah selalu sikap dan tutur kata kita agar senantiasa mendatangkan sukacita dan kegembiraan bagi banyak orang, bukan sebaliknya: malah mendatangkan luka dan derita.
Kedua, kita disadarkan untuk selalu hidup dalam kasih persaudaraan. Sebagai murid-murid Kristus di zaman ini, kita hendaknya senantiasa menjunjung tinggi persaudaraan dan merawat kebersamaan dalam jalinan kasih Kristus sendiri.
Rasul Paulus dalam Bacaan II mengatakan “Saudara-saudara, aku menasihati kamu demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu se-ia se-kata, dan jangan ada perpecahan di antara kamu. Sebaliknya, hendaklah kamu erat bersatu dan sehati sepikir” (1Kor. 1:10).
Apa yang dimaksudkan di sini adalah soal rasa solidaritas dan tanggung jawab bersama dalam merawat persahabatan dan persaudaraan di dalam Tuhan. Kita semua adalah saudara. Karena itu, jangan ada perselisihan, gesekan dan percekcokan supaya tidak ada dusta di antara kita.
Ketiga, kita diminta untuk mengambil bagian dalam gerak misi Yesus, yakni “berkeliling sambil mewartakan Kerajaan Allah”.
Penginjil Matius menarasikan dengan jelas bahwa Yesus senantiasa bergerak, berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lainnya.
“Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea, Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Surga serta menyembuhkan orang-orang di antara bangsa itu dari segala penyakit dan kelemahan mereka” (Mat. 4:23).
Sebagai pengikut Kristus, kita semua diundang mengikuti gerak pastoral Yesus.
Cara kita untuk mewujudkan hal itu tidak perlu dalam hal-hal yang besar dan memukau, tapi cukup dalam hal-hal kecil dan sederhana, misalnya membantu orang-orang yang sedang menderita, meluangkan waktu untuk mengunjungi yang sakit, dll.
Singkatnya, kita semua diundang untuk terus berlangkah, bergerak dan berjalan sambil berbuat baik.
Kita semua mesti menampakkan wajah Allah yang belas kasih, yang selalu mencintai semua orang tanpa pandang bulu. Karena itu, dalam pelayanan, kita tidak boleh membeda-bedakan antara yang satu dengan yang lainnya, tidak boleh memilah-milah, semua harus sama.
Hanya dengan cara demikian kita memperlihatkan identitas kita sebagai rasul atau murid Kristus yang setia.)*
Komentar