Katoliknews.com – Umat Keuskupan Tanjungkarang tengah bergembira karena telah mendapat gembala baru. Dia adalah Monsinyur Vinsensius Setyawan Triatmojo.
Monsinyur Avien, demikian uskup baru terpilih itu disapa, mengisi takhta lowong Keuskupan Tanjung karang yang selama ini dipimpin oleh seorang Administrator Apostolik, Monsinyur Yohanes Harun Yuwono.
Berikut adalah profil singkat uskup-uskup yang pernah menggembalakan umat Keuskupan Tanjungkarang sejak didirikan pada 19 Juni 1952 sampai saat ini.
Pertama: Mgr. Albertus Hermelink Gentiaras SCY
Monsinyur Hermelink adalah uskup pertama yang menggembalakan Keuskupan Tanjungkarang. Ia lahir di Barger-Compascuum, Emmen, Belanda pada 5 Agustus 1898 dan mengembuskan napas terkahir pada 25 Februari 1983. Monsinyur Hermelink ditahbiskan menjadi imam pada 19 Juli 1925
Ia terpilih menjadi Prefek Apostolik Tanjungkarang pada 27 Juni 1952. Saat Prefektur Apostolik Tanjungkarang ditingkatkan statusnya menjadi keuskupan,ia diangkat menjadi Uskup pertama di Keuskupan Tanjungkarang. Ia menjabat sampai 18 April 1979.
Mgr. Hermelink dikenal sangat mudah bergaul dengan umat Katolik yang mayoritas bersuku Jawa. Lama-kelamaan ia menjadi fasih berbicara bahasa Jawa. Dari situlah ia dipanggil Romo Kanjeng.
Romo Kanjeng tiba di Indonesia tahun 1926. Ia bersama lima suster dari ordo Fransiskanes Charitas Roosendal, berkarya di Talang Jawa, Palembang.
Pada tahun 1928, Romo Kanjeng tiba di Tanjung Karang. Saat itu, ia berkarya sebagai pastor pembantu prefek apostolik, Pastor HJD van Oort SCJ. Pada tahun yang sama atas saran dari Pastor FX Strater SJ, ia berangkat ke Yogyakarta untuk belajar bahasa Jawa.
Sekembalinya dari Yogyakarta pada tahun 1929, Romo Kanjeng mendapatkan tugas mengajar di Holland Chineesche School (HSC) di Teluk Betung. Tahun 1930, ia bertugas di sebagai pastor di Tanjungsakti.
Satu tahun kemudian, Romo Kanjeng untuk sementara waktu diangkat menggantikan Pastor HJD van Oort SCJ, sebagai Pro-prefek di Tanjung Karang. Tahun 1932, Romo Kanjeng menetap di Pringsewu. Ia meletakkan dasar misi gereja Katolik di Pringsewu.
Pada masa penjajahan Jepang, Romo Kanjeng bersama pastor lain dan para suster diinternir di penjara Lebak Budi, Bandar Lampung. Pengasingannya pun terus berpindah-pindah hingga terakhir di kamp Belalau, Lubuk Linggau. Setelah Indonesia merdeka, Romo Kanjeng dan pastor lainnya pun dibebaskan. Ia menetap dan berkarya di Talang Jawa.
Pada tahun 1949, Romo Kanjeng kembali ke Tanjung Karang. Dua tahun kemudian kembali ke rumah lamanya di Pastoran Pringsewu. Pada tahun 1952, ia diangkat sebagai Prefek Apostolik Tanjung Karang. Ia dilantik oleh Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Mgr. Jonge de Ardonye SCJ.
Tahun 1953, Romo Kanjeng menjadi warga negara Indonesia. Namanya bertambah dengan nama belakang Gentiaras.
Kedua: Mgr. Andreas Soewijata Henrisoesanta SCJ
Setelah Monsinyur Hermelink purnatugas, Keuskupan Tanjungkarang dipimpin oleh Mgr. Andreas Soewijata Henrisoesanta SCJ.
Mgr. Henrisoesanta lahir 7 Juni 1935. Ia menggembalakan Keuskupan Tanjungkarang dari 18 April 1979 sampai 6 Juli 2012.
Beliau ditahbiskan menjadi Imam pada 2 Juli 1961 dan terpilih menjadi Uskup di Keuskupan Tanjungkarang pada 18 April 1979. Romo Andreas Henrisoesanta SCJ ditahbiskan menjadi uskup di halaman SMA Xaverius Pahoman, Bandar Lampung pada 11 Februari 1976 oleh Penahbis Utama Mgr. Justinus Kardinal Darmojuwono, Uskup Agung Semarang, sementara Uskup Agung Vincenzo Maria Farano, Uskup Agung Tituler Cluentum sekaligus Nuncio Apostolik untuk Indonesia dan Uskup Albert Hermelink Gentiaras SCJ, Uskup Tanjungkarang menjadi Uskup Ko-konsekrator.
Kemudian pada 21 Desember 1978, Paus Yohanes Paulus II mengangkatnya menjadi Uskup Keuskupan Tanjungkarang. Pada 13 Mei 1979, Mgr. Albertus Hermelink Gentiaras SCJ menyerahkan jabatannya sebagai Episcopus residentalis Keuskupan Tanjungkarang kepada Mgr. Andreas S. Henrisoesanta SCJ
Mgr. Henri juga merupakan seorang ahli hukum Gereja Katolik. Setelah menjadi sarjana, ia melanjutkan Pendidikan Teologinya dengan gelar Licentiat theologi yang ia peroleh dari Universitas Gregoriana Roma pada Juni 1962. Ia menyandang gelar Doktor Hukum Gereja dari Universitas Gregoriana, Roma dengan tesisnya De Probatione per Documente in Precessu Canonico pada 10 Juli 1966.
Pada Kamis, 10 Maret 2016 pukul 14.20 WIB, Mgr. Andreas Herisusanta S CJ mengembuskan napas terakhirnya di Ruang ICU Rumah Sakit St. Carolus, Jakarta. Misa Requiem untuknya dilakukan di Katedral Jakarta dipimpin oleh Kardina Ignatius Suharyo pada hari itu pukul 20.00 WIB. Pada pukul 07.00, jenazahnya diterbangkan dari Jakarta ke Lampung dan disemayamkan di Gereja Katedral Tanjungkarang.
Ketiga: Mgr. Yohanes Harun Yuwono
Setelah digembalakan oleh Mgr. Henrisoetanta selama tiga dekade lebih, tongkat estafet Uskup Tanjungkarang akhirnya diserahkan kepada Mgr. Yohenase Harun Yuwono.
Mgr. Yu, demikian ia biasa disapa, lahir 4 Juli 1964. Ia menggembelakan Keuskupan Tanjjungkarang dari tahun 2013 sampai tahun 2021, karena beliau ditunjuk menjadi uskup Agung Palembang menggantikan Mgr. Aloysius Sudarso SCY yang purnatugas.
Pasca wafatnya Mgr. Hilarius Moa Nurak SVD, Mgr. Yuwono juga ditugaskan menjadi Administrator Apostolik Keuskupan Pangkalpinang dari 7 Mei 2016 hingga terpilihnya Mgr. Adrianus Sunarko OFM sebagai Uskup Keuskupan Pangkalpinang pada 28 Juni 2017.
Ia juga ditunjuk oleh Paus Fransiskus sebagai Administrator Apostolik Keuskupan Tanjungkarang hingga Uskup baru terplih pada Sabtu, 17 Desember 2022.
Keempat: Mgr. Vinsensius Setyawan Triatmojo
Romo Vinsensius Setiawan Triatmojo, imam diosesan Keuskupan Agung Palembang, ditunjuk oleh Paus Fransiskus menjadi uskup baru Keuskupan Tanjungkarang.
Romo yang biasa disapa Avien itu menggantikan Uskup Harun Yuwono yang pada 3 Juli 2021 diangkat menjadi Uskup Agung Palembang.
Pastor Avien lahir di Sindang Jati, 5 April 1971. Ia mengenyam pendidikan Sekolah Dasar di SD Xaverius XIX Sindang Jati (Tahun 1978–1984); kemudian melanjut pendidikan menengah pertama di SMP Xaverius Tugumulyo (Tahun 1984–1986) dan SMP Idhata Sindang Jati (Tahun 1986–1987).
Setamat SMP, pastor Avien masuk Seminari Menengah Santo Paulus Palembang (1987 –1991), kemudian lanjut ke Seminari Tinggi Santo Petrus Pematangsiantar/STFT Santo Yohanes Kim(Tahun 1991– 1999), dan setelahnya Studi Licenciat Teologi di Paris (2009 – 2015).
Sejumlah karya pastoral yang pernah ia tangani antara lain di Paroki Trinitas BK III/Diakonat (1999– 2000); pastor rekan di Paroki Trinitas BK III (2000 –2001); Pastor Paroki Santo Paulus Plaju (2001– 2007); Pastor Paroki Katedral Santa Maria (2007 –2009); Ketua Komisi Kepemudaan (2002–2008); Ketua Komisi Kateketik, Ketua Komisi liturgi, dan Komisi Kitab Suci (2014– sekarang).
Ian Saf
Komentar