RD Eduardus Endi
(Pastor Rekan Paroki Santo Klaus, Kuwu-Ruteng)
Pada Minggu, 5 Februari 2023, kita memasuki Hari Minggu Biasa Ke-5. Bacaan-bacaan suci pada hari Minggu ini, mengajak kita menjadi berkat bagi sesama. Dalam bahasa Injil, menjadi berkat bagi sesama adalah dengan menjadi garam dan terang dunia.
Barangkali muncul pertanyaan dalam benak kita sekarang: Apa arti perumpamaan Yesus tentang menjadi garam dan terang dunia?
Garam atau Salt (Inggris) merupakan salah satu jenis bahan makanan yang mengandung mineral, terbuat dari bahan mentah air laut. Kalau kita menyebut garam, kita langsung tahu rasanya, yakni asin.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, garam selalu dekat dengan kita dan tidak pernah luput dari perhatian kita. Masing-masing kita sungguh merasakan kegunaan garam ini. Sekadar untuk menyebut beberapa contoh, yaitu untuk mengasinkan sayur, Tapi, terkadang kalau sayur tidak ada, garam bisa dipakai sebagai pengganti lauk (nasi+garam).
Garam juga dipakai untuk dicampur pada daging. Juga untuk menjinakkan hewan peliharaan. Kalau sapi atau kerbau diberi garam secara rutin pasti menjadi jinak. Masih banyak kegunaan lainnya.
Jadi, kita bisa melihat bahwa garam menjadi bagian yang sangat penting dalam menjamin kebahagian dan juga untuk mempertahankan hidup kita. Kita bisa membayangkan kalau garam tidak ada, pasti segala sesuatu menjadi hambar.
Yesus dalam Injil hari ini menyebut secara jelas tentang garam. Dan ungkapan “garam” disematkan kepada para murid: “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang” (Mat. 5:13).
Di sini pesannya sangat jelas. Bahwa para murid, termasuk kita harus menjadi garam. Artinya harus menjadi pribadi yang bermakna atau berguna bagi orang lain dan dunia sekitar. Hal itu dapat kita tunjukkan melalui sikap dan tutur kata kita setiap hari.
Selain garam, Yesus juga singgung tentang “Terang”.
Fungsi terang adalah untuk mengusir kegelapan. Kalau terang tidak ada, atau kalau dunia ini gelap terus, kita tentu tidak dapat mengenal apa-apa, juga kita tidak bisa berjumpa dengan siapa-siapa. Kecuali kucing dan kelelawar. Karena, dia sangat suka pada gelapnya malam.
Yesus berkata: “Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi” (Mat. 5:14).
Pesan dari sabda Yesus ini sangat jelas. Bahwa para murid, termasuk kita harus menjadi tanda kehadiran Allah di tengah kebersamaan dengan orang lain. Menjadi terang berarti menjadi pribadi yang mendatangkan sukacita, yang membantu orang untuk menemukan kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidup, bukan sebaliknya: menyesatkan orang.
Panggilan menjadi garam dan terang dunia pertama-tama yang dituntut dari kita adalah mesti berani meninggalkan sikap ego yang berlebihan, sikap ingat diri yang akut. Kita mesti terbuka terhadap situasi dan keberadaan orang lain atau dunia sekitar.
Menjadi Saluran Berkat
Menjadi garam dan terang berarti menjadi penyalur berkat dan jembatan yang bisa menghadirkan Tuhan di tengah sesama dan mengantar sesama kepada perjumpaan dengan Tuhan. Bukan menjadi tembok yang membatasi perjumpaan dengan Allah.
Karena itu, baiklah kita meneladan spiritualitas hidup Yesus. Ia selalu hadir sebagai berkat yang mendatangkan keselamatan bagi begitu banyak orang yang dijumpai-Nya. Hal itu ditunjukkan lewat setiap sabda dan tindakan-Nya dalam seluruh karya pelayanan-Nya.
Misi perutusan Yesus sangat jelas yakni untuk menyembuhkan orang-orang sakit, membebaskan yang menderita, serta menyelamatkan orang-orang berdosa. Ia selalu mengedepankan misi kemanusiaan. Ia datang untuk melayani dan bukan untuk dilayani.
Sebagai murid-murid Kristus, kita mesti meneladan semangat pelayanan Yesus ini. Setiap kata dan tingkah laku kita mesti membuat orang lain bahagia, dan bukan mendatangkan luka dan derita bagi orang lain. Karena itu, berusahalah untuk selalu berpikit positif tentang orang lain. Hanya dengan cara demikian, kita sungguh menjadi garam dan terang bagi sesama.)***
Komentar