RD Venan Gusman
(Imam Keuskupan Ruteng, Pastor Rekan Paroki Lando-Terang)
Pada perayaan Kamis Putih, kita semua mengenangkan kembali pemberian diri Kristus yang total dan tuntas. Ia memberikan diri sampai tuntas: dengan tubuh dan darah-Nya sendiri. Kata Yesus: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagimu.” Yesus juga katakan demikian: “Cawan ini adalah Perjanjian Baru yang dimeteraikan dengan darah-Ku”.
Dalam Perjanjian Lama, awalnya pada setiap perayaan Paskah setiap keluarga mempersembahkan anak domba kepada Tuhan sebagai syukur hasil panen. Kemudian perayaan Paskah dimaknai sebagai peringatan pembebasan dari perbudakan Firaun, dengan memakan daging anak domba. Darah anak Domba itu menjadi tanda dan meterai di rumah-rumah orang Israel. Dengan demikian, Yesus itu adalah anak Domba Allah.
Yesus memberikan diri-Nya sampai tuntas juga dengan membasuh kaki para murid-Nya. Dasar tindakan Yesus ini adalah kasih. Dengan amat jelas, Penginjil Yohanes mengatakan demikian: “Sebagaimana Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya, demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai saat terakhir.” Pekerjaan kasih Yesus sampai tuntas dan tidak setengah-setengah, dan tidak asal buat, asal selesai.
Yesus melakukan hal ini juga karena “Ia datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah”. Dengan amat jelas juga Yohanes mengatakan demikian: “Yesus… tahu bahwa Ia datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Maka bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya”.
Apa maksud tindakan pembasuhan kaki dari Tuhan Yesus ini? Petrus tidak tahu, para murid lain tidak tahu. Dalam dialognya dengan Petrus, Yesus menjelaskan maksud dari tindakan-Nya: “Jika Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak akan mendapat bagian bersama Aku.”
Menariknya, di bagian akhir perikop itu, Yesus berkata demikian: “Jikalau Aku, Tuhan dan Gurumu, membasuh kakimu, maka kamu pun wajib saling membasuh kaki.” Kita saling membasuh kaki dengan maksud dan dasar yang sama seperti yang dilakukan oleh Yesus.
Pembasuhan kaki dalam Injil hari ini mau menegaskan dua identitas penting kita. Yang pertama, kita semua adalah orang-orang dikasihi Allah sampai saat terakhir, selesai, tuntas, tidak setengah-setengah. Yang kedua, kita semua adalah orang-orang berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah.
Karena itu, jika semua orang sadar akan identitas seperti ini, maka saya yakin bahwa semua orang dengan tahu dan mau mengambil bagian perayaan keselamatan hari Minggu; semua orang dengan tahu dan mau saling membasuh kaki, saling mencuci kotoran dosa, saling mengampuni; semua orang akan saling mengasihi satu sama lain; semua orang itu terlibat dalam gerakan bersama ekonomi SAE (Sejahtera, Adil, dan Ekologis). Berbanggalah dan beraksilah.
Komentar