Katoliknews.com – Paus Fransiskus mengatakan bahwa empat suster yang dibunuh bersama 12 orang lain di Yaman sebagai martir-martir masa kini.
“Mereka adalah martir saat ini,” kata Paus Fransiskus, Minggu 6 Maret 2016 di Lapangan Santo Petrus, Vatikan seperti dilansir Radio Vatikan.
Selama khotbahnya, Paus berdoa untuk para suster dari Misionaris Cinta Kasih itu yang dibunuh pada Jumat pekan lalu saat sedang melayani di panti jompo di kota Aden.
Paus juga menyebut para biarawati itu “memberikan darah mereka untuk Gereja.” Ia menambahkan, mereka bukan hanya korban kekerasan. “Mereka juga korban atas ketidakpedulian era globalisasi,” imbuh Paus.
“Semoga Bunda Teresa menemani para biarawati di surga.”
Vatikan juga mengutuk penyerang bersenjata tersebut. “Paus Fransiskus mendoakan bahwa pembantaian tak berguna itu akan membangkitkan hati nurani, menginspirasi semua pihak untuk meletakkan senjata, dan mengambil jalan dialog,” kata Sekretaris Negara Vatikan, Pietro Parolin.
Sejauh ini belum ada kelompok militan yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Al Qaeda pun membantahnya. “Ini bukan cara kami menyerang,” ungkap salah satu juru bicara grup tersebut.
Ansar al-Sharia, sebuah kelompok yang dinaungi Al Qaedah di Yaman juga demikian. Mereka bahkan mengeluarkan peringatan kepada wartawan untuk menghindari pelaporan yang tak benar.
“Orang-orang kami di Aden terhormat, kami Ansar al-Sharia menyangkal ada hubungan atau kaitannya dengan operasi yang ditargetkan di rumah jompo,” kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan pada Minggu, 6 Maret.
“Ini bukan operasi kami dan itu bukan cara kami memberikan perlawanan.”
Menurut laporan resmi Vatikan News, orang-orang bersenjata menyerbu masuk ke panti itu pada Jumat lal masuk ke kamar, memborgol korban dan kemudian menembak di bagian kepala.
Agenzia Fides menyebut, para biarawati 2 di antaranya berasal dari Rwanda, 1 dari India, dan 4 lainnya dari Kenya.
“Aksi itu tindakan kekerasan yang tidak masuk akal dan jahat. Memicu teguran tajam dari Paus Fransiskus,” jelas Pietro Parolin.
Radio Vatikan/Agenzia Fides
Komentar