Oleh: Yornes Panggur OFM, seorang Fransiskan, sedang menjalankan masa diakonat di Paroki Cianjur, Jawa Barat
“May the Lord show His mercy upon you; May the light of His presence be your guide; May He guard you and uphold you; may His Spirit be ever by your side”
Demikianlah penggalan lagu ‘A Clare Benediction’ karya Johnn Rutter (1998). Lagu dengan perpaduan antara coral klasik dan harmoni kontemporer itu sangat teduh di telinga.
Jika Saudara sedang berdoa, lagu ini sangat meneguhkan dan meneduhkan, seolah cahaya kebaikan memenuhi diri saudara.
Saudara akan siap diutus dan wajah Allah selalu memandang saudara.
Clara (clare) adalah kosa kata latin yang berarti ‘terang’ atau ‘cahaya’ (Italia: Chiara). Kata ‘clara’ atau ‘clare’ mengingatkan kita pada nama St. Clara dari Assisi (1193-1253). Dara bangsawan Assisi yang jatuh cinta pada Yesus berkat cara hidup si filsuf Injil, Fransiskus dari Assisi (1182-1226).
St. Fransiskus menyebut Klara sebagai ‘fioretti’, nama yang terlebih dahulu disematkan kepada kuntum-kuntum kecil bunga di lereng Assisi.
Dari kesederhanaan dan kesahajaannya, kuntum-kuntum kecil itu memberi keindahan tersendiri yang tiada duanya di muka bumi. Klara adalah alasan mengapa hal-hal kecil selalu berharga.
Bagi Fransiskus, Klara adalah Fioretti, yang mungkin tak dikenal dunia yang riuh-ramai. Ia seumpama bunga bakung di padang, mungil dan tidak dihiraukan orang, namun tetap saja tiada duanya, hanya sekali dalam kehidupan serta tak tergantikan.
Salomo dalam kemegahnya tetap saja tidak mampu menggantikannya.
Klara membangkitkan optimisme manusia. Ia melawan pesimisme, menegur narsisme, dan membangkitkan keyakinan diri.
Klara, sang Fioretti, adalah prototipe manusia yang rendah hati dan miskin. Ia menyimpan kekayaan Ilahi dalam kesederhanaan dan kesahajaan.
Dewasa ini, semangat St. Klara tetap hidup dan terpelihara dalam keheningan dan kontemplasi para suster2 Ordo Sancta Clara (OSC).
Mereka lebih dikenal sebagai saudari-saudari atau suster-suster Klaris.
Ordo Santa Clara adalah ordo Kedua Fransiskan namun tidak seperti Ordo Pertama (OFM, OFMCap, dan OFM Conv) dan ordo Ketiga (OSF, FMM, FSGM, OFS, MTB, dst.) yang aktif, para suster Klaris hidup dalam kontemplasi.
Seluruh hidup dituntaskan bersama Allah dalam doa dan kebaktian suci.
Barangkali terbesit pikiran: bagaimana bisa ajakan Yesus untuk ‘pergi ke tengah dunia dan wartakanlah Injil’ dapat diaktualisasikan para Klaris dan para rubiah kontemplatif pada umumnya?
Ketika seorang menyeberangi padang gurun dan kehabisan air, oase adalah harapan satu-satunya untuk dijumpai.
Klara dan kontemplatif-nya adalah oase manusia zaman ini. Materi tidak cukup menghapus dahaga manusia karena ia juga adalah makhluk rohani. Manusia membutuhkan asupan rohani. Para pengikut St. Klara adalah oase rohani.
Setiap waktu mereka berdoa, bukan lagi untuk kekudusan mereka, melainkan untuk saudara dan saudarinya yang merantau dan menjadi musafir di dunia ini.
Selanjutnya, kita juga dapat secara khusus belajar dari pribadi Klara. Ia adalah lambang kepekaan mata hati untuk melihat dunia secara bening lewat keheningan doa.
Memandang dunia akhirnya bukan melulu soal bagaimana berhadapan dengan kenyataan material yang tampak saja melainkan juga soal kepekaan dan kebeningan hati sebelum bersikap.
Klara mengingatkan kita agar menyediakan waktu dan perhatian barang sejenak untuk hening, berdoa dan berpikir jernih sebelum berusaha. Barangkali, itulah yang masih kurang dalam dunia kita yang serba cepat dan panik ini.
Banyak saudara dann saudari menghabiskan waktu berjam-jam di dalam bus TransJakarta atau mobil pribadi atau sepeda motor. Pikiran kacau, emosi labil, jenuh, lelah, dan sebagainya bercampur baur. Saat hening menjadi sulit.
Namun, tak bisa disangkal, kebisingan kota tidak mampu memadamkan gerak refleksi dalam hati. Kita selalu bertanya tentang arti kehidupan ini dan makna di balik setiap kerja keras.
Dalam ruang refleksi itu, kita butuh cahaya/terang (clara, clare, chiara) agar apa pun situasi kita, ada makna yang bisa kita petik. Jika tanpa cahaya Allah, semuanya memang akan absurb. Hidup akan hambar dan penuh keluh kesah.
Semoga, sosok Klara dan pengalaman akan cahaya Ilahi bukan hanya rahmat milik Bunda Klara dan para saudarinya.
Semoga, cahaya kebaikan (clare benediction) juga menyinari hati dan langkah kita semua, kapan dan dimanapun. “May the light of His presence be our guide”.
Santa Klara, doakan kami. Amin.
Cianjur, 11 Agustus 2016, Pesta St. Klara dari Assisi
Komentar