Katoliknews.com – Selama 48 tahun, umat Stasi Kristus Raja Lampur, Bangka Tengah, Keuskupan Pangkalpinang merayakan Misa atau ibadat lain di sebuah Gereja Oikumene, milik Katolik dan jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP).
Namun, pada Minggu, 21 Agustus 2016, stasi yang masuk dalam wilayah Paroki St Bernadeh itu mengukir sejarah baru, dengan diadakannya upacara peletakan batu pertama pembangunan Gereja mereka.
Vikjen Keuskupan Pangkalpinang, Romo Nugroho Krisusanto SS.CC memimpin upacara itu.
Romo Vincent Tamba Pr, Pastor Paroki St Bernadeth mengatakan, ke depan umat di stasi wilayah bekas tambang timah itu akan merayakan Misa dan ibadat lainnya di Gereja sendiri.
“Puji syukur kepada Tuhan, umat Stasi Lampur akan mempunyai Gereja sendiri,” ujar Romo Vincent kepada katoliknews.com, Minggu.
Ia menjelaskan, selama ini umat Stasi Lampur sangat ingin mempunyai Gereja sendiri.
“Oleh karena itu, mereka berusaha dengan mengumpulkan uang, selain juga mencari dana dari para donator. Tujuannya agar mereka mempunyai Gereja sendiri,” ujar Romo Vincent.
Untuk diketahui, sebelum ditetapkan sebagai bagian dari Paroki St Bernadeth, Stasi Lampur masuk dalam wilayah Paroki Katedral St Yoseph, Pangkalpinang.
Pada awal 2000, stasi ini diserahkan ke Paroki Fransiskus Xaverius, Koba.
Dan, pada tanggal 07 Oktober 2006, Stasi Lampur baru resmi menjadi wilayah dari Paroki St Bernadeth, yang merupkan paroki ketiga belas di Keuskupan Pangkalpinang.
Selama memanfaatkan Gereja Oikumene, umat Stasi Lampur dilaporkan tidak pernah terlibat konflik dengan jemaat HKBP, terutama terkait pembagian waktu penggunaan Gereja.
Antonius Abu/Katoliknews
Catatan Redaksi: Berita ini mengalamai pembaruan pada Senin, 22 Agustus 2016, pukul 18.20 WIB, terkait kesalahan penulisan, di mana sebelumnya tertulis bahwa Stasi Lampur memanfaatkan Gereja Oikumene selama 30 tahun. Padahal, sebenarnya, 48 tahun. Dengan demikian, kesalahan telah diperbaiki.
Komentar