Katoliknews.com – Gus Marjuki, Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Klaten mengingatkan pentingnya menghargai keberagaman, baik terkait suku, budaya maupun agama.
Ia mengatakan hal itu saat menjadi pembicara dalam sarasehan bertajuk “Multikultural Asia” yang digelar Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Santa Maria Assumpta, Klaten pada Senin malam, 24 Oktober 2016.
“Kita bersyukur kepada nenek moyang kita sudah meletakkan dasar Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa,” ujar Marjuki.
Karena itu, kata dia, kalau ada orang indonesia yang menolak atau tidak sepakat dengan Bhinneka Tunggal Ika, lebih baik keluar dari Indonesia.
“Jangan hidup di Indonesia,” tandasnya.
Pernyataan demikian ia sampaikan usai menyaksikan film “Yerusalem” yang diputar dalam acara sarasehan multikural itu di mana diceritakan tentang kehidupan agama-agama dan umat di Yerusalem yang rukun dan damai.
Ia memuji hal itu, apalagi di Yerusalem, kata dia, terdapat situs dari tiga agama yang sangat dijunjung tinggi, yakni Masjid Al Aqsa (Muslim), Gereja dan makam Yesus (Kristus) serta Tembok Ratapan (Yahudi).
Sementara itu, Pendeta Hery Windarto dari Gereja Kristen Jawa Gantiwarno, yang juga hadir sebagai narasumber dalam sarasehan itu mengatakan, pada dasarnya, ketika keyakinan atau agama dikaitkan dengan multikultur, tidak ada masalah.
“Tetapi kalau itu dikaitkan dengan kepentingan ekonomi dan politik bisa jadi masalah, karena agama bisa menjadi produk yang sensitif dan murah,” terangnya.
Theodorus Krisna Aditama, panitia acara menyatakan, sarasehan itu merupakan rangkaian kegiatan Kirab Salib Asian Youth Day (AYD) 2017 yang diadakan di Paroki Klaten pada tanggal 21-28 Oktober 2016.
“Sarasehan ini bertujuan untuk mengenalkan kepada OMK bahwa di luar Gereja juga ada “perbedaan” yang harus dihormati dan dihayati, sehingga kita bisa hidup bersama secara harmonis dan rukun dengan agama atau umat lain,” katanya.
Laurentius Sukamta/Katoliknews
Komentar