Katoliknews.com – Sejumlah fasilitas milik gereja Katolik di Myanmar termasuk beberapa gedung seminari siap digunakan sebagai pusat karantina.
Langkah ini dibuat sebagai usaha untuk melawan penyebaran virus corona di Negara tersebut.
Seperti dilansir Ucannews.com pada Kamis 24 April 2020, gerakan ini dimulai dari Seminari Tinggi Katolik St. Joseph di kota Yangon dimana telah disiapkan tempat untuk menampung 130 orang. Sementara pusat karantina dengan kapasitas 300 tempat tidur akan disiapkan di tanah milik gereja di Thanlyin, sebuah kota pelabuhan dekat Yangon.
Kemudian, sebuah bangunan milik Konferensi Agama Katolik Myanmar yang berada di dekat sebuah rumah sakit umum di Yangon, telah ditawarkan untuk menampung para perawat dan dokter.
Di Keuskupan Agung Mandalay, empat fasilitas gereja termasuk dua seminari telah disiapkan untuk digunakan sebagai pusat karantina. Lalu sebuah seminari kecil milik Keuskupan Pyayjuga disiapkan untuk menyimpan perlengkapan karantina.
Di Keuskupan Banmaw – di negara bagian Kachin yang sedang dilanda konflik – pusat pelatihan keterampilan yang selama ini dikelola gereja telah diubah menjadi tempat karantina untuk kapasitas 30 orang.
Sebelumnya, sebuah tim koordinasi nasional yang dipimpin oleh Kardinal Charles Bo dibentuk pada 30 Maret. Tim ini khusus menangani masalah Covid-19.
Dalam sebuah pernyataan, Mgr Charles mendesak para uskup setempat mempersiapkan pusat karantina dan melakukan kampanye pencegahan dan penyadaran terkait Covid-19 di keuskupan masing-masing.
Selain itu, ia meminta seluruh umat Katolik untuk terlibat dalam pencegahan, pengendalian, dan pengobatan pandemi corona.
Ia juga mengimbau umat untuk “membantu lewat donasi, melayani sebagai sukarelawan dan giat berdoa”.
Uskup Raymond Sumlut Gam – kepala salah satu organisasi kemanusiaan di Myanmar yakni Karuna Mission Social Solidarity (KMSS) – mengatakan Gereja Katolik telah berpartisipasi dalam pertempuran negara melawan Covid-19 melalui kampanye kesadaran yang dijalankan oleh Karuna dan tim nasional.
KMSS, jelasnya, juga telah berperan dalam memberikan bantuan pencegahan seperti masker wajah, pembersih tangan dan sabun ke desa-desa dan kamp-kamp pengungsi.
“Gereja telah berjanji untuk berkontribusi secara masif melalui Karuna dan tim nasional,” kata Mgr Gam yang saat ini bertugas di Keuskupan Banmaw di negara bagian Kachin.
Selain para Uskup, Komisi Pemuda Katolik Nasional Myanmar juga ikut terlibat dalam gerakan melawan Covid-19. Mereka meminta muda-mudi Katolik untuk bersedia menjadi sukarelawan dalam penanganan virus corona.
Hingga saat ini, lebih dari 7.000 fasilitas karantina telah didirikan di Myanmar dan 38.964 orang sudah berada di pusat-pusat itu pada 22 April, demikian laporan dari Kementerian Kesehatan dan Olahraga setempat.
Dalam laporan yang sama, tercatat sekitar 46.000 pekerja migran telah kembali dari luar negeri pada 16 April, sebagian besar dari Thailand. Sementara 10.000 pekerja migran dari Tiongkok telah kembali ke Myanmar sejak 16 April.
Penasihat Negara, Aung San Suu Kyi mengumumkan melalui laman Facebook-nya pada 23 April bahwa aturan dan arahan yang dikeluarkan oleh komite pusat nasional tentang pencegahan, kontrol dan penanganan Covid-19 telah diperpanjang dari 30 April hingga 15 Mei.
“Gelombang Covid-19 pertama masih bersama kita. Sama seperti tidak mungkin untuk mengetahui seberapa tinggi gelombang akan terjadi, kita masih tidak tahu kapan gelombang akan surut. Kita terus berharap untuk yang terbaik dan bersiap untuk yang terburuk,” kata Suu Kyi.
Pemerintah daerah Yangon, pada 23 April juga telah mengumumkan larangan keluar masuk jam malam – mulai 22.00-04.00 waktu setempat – di 45 kota di wilayah tersebut yang akan tetap berlaku sampai 18 Juni 2020.
Negara bagian dan wilayah lain seperti Naypyitaw, Mandalay, Shan dan Karen juga memberlakukan larangan serupa hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Myanmar telah melaporkan 144 kasus Covid-19, dimana sembilan orang dinyatakan sudah sembuh sementara lima orang lainnya meninggal dunia.
Aleksander AN
Komentar