Katoliknews.com – Kesulitan yang dihadapi keluarganya selama masa pandemi COVID-19 melahirkan ide kreatif dalam diri seorang ketua lingkungan di Paroki Serpong Gereja Santa Monika, Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) untuk membantu sesama.
Antonius Saptorahardjo, Ketua Lingkungan St. Gonzaga itu mengalami susahnya memesan makanan via aplikasi online, karena banyaknya tempat menjual makanan yang gulung tikar, sebagai dampak dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Hal itu kemudian memantik niat dalam dirinya untuk mencari cara bagaimana menjembatani konsumen dan para penjual makanan.
Dan, itu dimulai dari lingkungan tempat tinggalnya di Cluster Puspita Loka, Bumi Serpong Damai (BSD).
“Mengapa kita nggak buat wadah untuk memudahkan pembeli mencari makanan,” katanya.
“Para penjualnya khusus warga Puspita Loka agar perekonomian di sini bergairah,” tambahnya.
Anton mengakui selama masa pandemi, akses hilir mudik sangat terkendala, sementara secara ekonomi banyak orang terdampak karena usahanya surut atau karena kehilangan pekerjaan.
“Jika ada sarana alternatif untuk menggerakkan roda perekonomian, tentu akan sangat berarti,” katanya.
Bermula dari Grup WA
Di lingkungannya selama ini sudah ada Grup Whats App (WA), di mana selalu ada unggahan soal penawaran makanan, seperti kue atau cemilan.
Karena itu adalah grup umum yang membahas berbagai macam hal, penawaran-penawaran tersebut terasa kurang pada tempatnya dan seringkali sekedar ‘iklan numpang lewat.’
Anton pun memutuskan membuat sebuah grup WA baru, Puspita Loka FoodCourt, dengan target khusus untuk menawarkan makanan di antara sesama warga cluster.
Ternyata, idenya itu disambut antusias.
“Dalam 24 jam pertama, 100 anggota sudah bergabung,” kata Anton.
Dan, hanya dalam tiga hari, anggota grup sudah mencapai batas maksimal sebuah grup WA, yakni 256 nomor ponsel.
Anggota grup berasal dari lintas RT- RW, lintas agama, suku, dan strata sosial ekonomi.
Grup tersebut kini menjadi tempat bagi warga di lingkungannya untuk memasarkan berbagai makanan dan minuman produksi rumah tangga.
Untuk ibu-ibu yang pintar masak dan belum pernah menjual hasil olahannya, Anton mengajak dan melatih mereka tentang cara memasarkannya.
Saat ini sudah terkumpul lebih dari 125 jenis produk makanan/minuman yang ditawarkan oleh sekitar 50 anggota grup.
Transaksi yang terjadi ditaksir sudah lebih dari seratus juta rupiah, walaupun belum genap satu bulan.
Semua transaksi dilakukan langsung antara penjual dengan pembeli dan tidak ada biaya atau komisi untuk semua transaksi.
Kesan dan komentar positif pembeli yang sudah mencoba makanan makin menggairahkan semangat penjual dan memancing anggota lain yang masih “mengintip” karena ragu untuk memesan.
Di grup itu kerap muncul komentar yang memuji. “Luar biasa rasa sop buntut dari Dapur Hj. Mursinah. Empuknya bikin ketagihan,” demikian contoh salah satu komentar. Ada juga yang menulis, “Sore-sore ngopi ditemani ontbijtkoek Ibu Mira, nikmatnya tak terkira.”
Beragam komentar demikian memacu semangat setiap anggota untuk berusaha memberi yang terbaik.
Sangat Membantu
Bagi mereka yang menjual makanan, inisiatif Anton itu membawa berkah di tengah situasi pandemi.
Wiwie Soedjana, seorang ibu yang sebelumnya hanya menjual jus buatannya di lingkup ibu-ibu arisan dengan pesanan terbatas, kini sudah bisa merambah hingga ke banyak warga lain.
“Ada yang memesan jus hingga 60 botol sekaligus dan pesan berulang,” ungkap ibu yang terampil mengolah kedondong menjadi jus segar ini.
Lain lagi cerita Lani Sucipto, penjual mie ayam yang kantinnya harus tutup karena aturan PSBB.
“Waktu kami berjualan di kantin, sehari tidak sampai laku 60 porsi. Sekarang, pesanan bisa 150 porsi,” katanya.
“Nyatanya, ada saja jalan Tuhan untuk kelancaran ekonomi rumah tangga kami,” tambah Lanni.
Sementara bagi mereka yang menikmati berbagai makanan merasa sangat terbantu.
Susanto, salah satu pembeli setia aneka produk, merasakan ikut terbantu saat Lebaran kali lalu, di mana ada yang menawarkan ‘Dapur Fitri.’
“Dapur Fitri membuka pesanan paket ketupat komplit yang dikirim pada malam takbiran,“ katanya.
Velita, salah seorang pelanggan yang cermat dalam memilih produk mengapreasiasi.
“Semua yang ditawarkan di sini sudah layak untuk bisnis, baik dari segi rasa maupun kualitas,” katanya.
Namun, menurut ibu tiga putri ini, beberapa penjual masih perlu dibantu terkait tampilan penyajian dan kepastian pengiriman.
Ruang Membangun Silahturahmi
Dari ide tempat menjual makanan, grup itu kini menjadi ajang silahturahmi antartetangga.
Para tetangga yang selama ini tidak saling kenal, bahkan tidak tahu bahwa tetangga sebelah rumah pintar masak atau menjual madu, sekarang menjadi saling terhubung.
Dari perut naik ke hati, sesama warga jadi kenal. Mereka bisa saling sapa karena biasanya penjual sendiri yang mengantarkan dagangannya yang langsung diterima oleh pembeli di rumahnya.
Karena melihat tingginya antusiasme warga terhadap inisiatifnya, Anton kini sudah menyiapkan langkah lebih lanjut untuk proses pengembangan.
Ia menjelaskan, sudah menyiapkan akun di Instagram @puspitalokafoodcourt dengan harapan pasar makin luas dan ekonomi warga Puspita Loka juga makin bergairah.
View this post on Instagram
PEPES BANDENG PRINGSEWU . Ready setiap hari SABTU untuk melengkapi makan siang bapak2 n ibu2 . Harga per boxnya: Rp75rb . Hubungi: *BLOSSOM 08164835209* .
Selain itu, kini ia juga kerap membagikan pengalamannya membangun inisiatif ini kepada kawan-kawannya yang tinggal di area lain melalui webinar.
Anton berharap kian banyak orang yang terinspirasi untuk mengisi hari-hari di rumah dengan hal-hal positif positif.
Laporan Winda Susanto
Komentar