Oleh: SR. RACHELA KRISTIYANTI WA ADA MR, CB
Perkembangan teknologi informasi, termasuk media sosial, yang kita alami saat ini tidak hanya membawa pengaruh positif bagi hidup kita. Kadang media sosial justru membuat kita cemas.
Hal ini terjadi karena banyak orang yang menggunakan media sosial secara keliru, yang berujuang pada aksi-aksi yang mencederai kemanusiaan, keragaman, kebersamaan, toleransi, dan sebagainya.
Di media sosial hoaks bertebaran. Data Masyarakat Anti Fitnah Indonesia pada tahun 2019, ada 100 hoaks per bulan, 60 persen di antaranya berkaitan dengan perhelatan politik saat itu; sementara untuk saat ini, rata-rata lebih dari 100 hoaks per bulan, sebagai besar terkait pandemi COVID-19.
Pada titik ini, pertanyaan untuk kita sebagai orang beriman adalah, mampukah dan masihkah kita menemukan wajah Allah di sana?
Tulisan sederhana ini berikhtiar agar kita tidak termakan sekaligus tidak menjadi penyebar hoaks; juga agar dalam perjumpaan di media sosial itu kita menemukan wajah Allah.
Pada Hari Komunikasi Sedunia tahun 2020, Paus Fransiskus berpesan, “Supaya engkau dapat menceritakan kepada anak cucumu” (Kel. 10:2). Paus dan juga Gereja melihat bahwa media sosial dapat membantu manusia untuk bercerita tentang kebaikan Allah terhadap manusia dalam dan melalui aneka pengalaman dan penemuan manusia, termasuk media sosial itu sendiri.
Dengan kehadiran media sosial, pada satu sisi, kita menemukan atau menikmati kemudahan yang dibawanya. Kita percaya itu bukan melulu prestasi manusia, melainkan terutama peran Allah dalam menyertai perjalanan sejarah manusia.
Manfaat Media Sosial
Aneka kemudahan itu antara lain sebagai berikut. Pertama, media sosial dapat menyatukan. Dalam situasi saat ini di mana banyak orang beraktivitas di rumah, interaksi online menjadi andalan. Orang melakukan pertemuan dengan menggunakan berbagai macam aplikasi. Orang bisa berinteraksi, menyampaikan pendapat dan memberi informasi tanpa harus tatap muka secara fisik.
Kedua, media sosial memberi kemudahan untuk berkomunikasi. Orang dapat mengakses berbagai macam informasi, renungan atau apa pun yang dapat meneguhkan serta menginspirasi di media sosial
Ketiga, media sosial menjadi tempat untuk berbagai informasi. Kita dapat mengakses dengan mudah berbagi macam berita dan informasi. Soal COVID-19 misalnya, kita dapat mengetahui tentang keadaan yang terjadi di belahan dunia lain dalam waktu yang begitu cepat.
Keempat, media sosial dapat menggerakkan orang untuk berbuat baik. Banyak orang menggalang aksi solidaritas melalui media sosial. Dengan berbagai kemudahan yang disediakan media sosial, penggalangan solidaritas menjadi lebih efektif. Sebagai contoh, ketika kita mengunggah foto atau video kegiatan peduli kasih, orang-orang yang melihat foto dan video tersebut bisa tergerak untuk ikut ambil bagian.
Akan tetapi, di sisi lain, kemajuan media sosial itu juga bagai pedang bermata dua.
Di tangan orang yang “gagap” secara moral dan juga pengetahuan, media-media itu bisa digunakan untuk hal-hal yang tidak baik: mengeksploitasi, menghasut, menyebarkan fitnah dan menyebarkan hoaks. Saat ini banyak terjadi penipuan. Orang membuat cerita yang tidak benar atau tidak sesuai fakta demi mencapai keuntungan pribadi.
Selain itu, media sosial bisa juga membuat orang semakin individualistis. Orang hanya sibuk dengan dirinya sendiri dan mengabaikan manusia-manusia konkret yang hadir di sekitarnya.
Atau, orang lebih memilih berelasi secara virtual daripada dengan yang konkret. Apalagi, untuk berelasi melalui media sosial sungguh mudah, hanya dengan memainkan jari untuk mengklik, sudah dapat berinteraksi dengan orang lain.
Cerdik dan Bijak Bermedia Sosial
Paus Fransiskus mengajak kita untuk menemukan seraya memaksimalkan media sosial untuk kebaikan kehidupan pribadi juga terutama kehidupan bersama.
Kita ditantang untuk bukan hanya sekadar mengikuti logika pencitraan atau mengiklankan diri, melainkan untuk selalu mengingat siapa diri kita di hadapan Allah.
Media sosial adalah sarana yang dapat kita gunakan untuk berjumpa dengan Allah. Namun, yang perlu selalu diingat dan berupaya untuk dijalankan adalah selalu berefleksi diri sekaligus berdiskresi: apakah kita bermedia sosial sungguh-sungguh untuk kebaikan atau untuk menghancurkan?
Hal penting dan utama dalam berelasi di media sosial adalah kita berupaya menemukan wajah Allah di sana. Hal itu hanya mungkin terjadi kalau kita mau menyediakan diri untuk menjadi saksi-saksi-Nya dalam apa yang kita unggah dan apa yang kita sebarkan.
Dengan tidak turut menyebarkan hoaks, menghasut, menyulut konflik, kita ambil bagian tugas menjadi saksi-Nya. Karena, kita tahu bahwa dalam wajah-wajah mereka yang menjadi sasaran dan korban hoaks, Allah hadir di situ.
Allah menghendaki kita bersikap cerdik dan bijak terhadap media sosial dan aneka sarana yang Ia anugerahkan lewat kecapakan-kecakapan manusia.
Media sosial layak disyukuri. Menggunakannya secara benar dan untuk kebaikan adalah cara konkret dari ungkapan syukur itu.
Penulis adalah biarawati, sedang menempuh pendidikan S1 Bimbingan dan Konseling di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Komentar