Katoliknews.com – Hari Minggu, 14 Juni 2020 adalah Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Lazimnya, di paroki-paroki diadakan upacara penerimaan komuni pertama untuk anak-anak.
Di Gereja St. Paulus Kleca, Surakarta, Keuskupan Agung Semarang (KAS), hal itu juga sudah direncanakan sejak lama.
Jauh sebelum COVID-19 melanda Indonesia pada Maret lalu, para katekis dan pendamping iman di paroki itu sudah memulai mempersiakan 78 anak untuk menerima Tubuh dan Darah Kristus pertama kalinya.
Sejak Januari lalu, setiap Jumat sore proses pembinaan dan pendampingan itu dimulai.
Namun, situasi berubah setelah pandemi COVID-19 melanda. Ruang gereja yang biasanya ramai mendadak sepi. Anak-anak dan para pendamping tidak bisa lagi berkumpul di gereja.
Meski demikian, pembinaan tetap dilanjutkan. Tempatnya bukan lagi di gereja melainkan di rumah masing-masing. Anak-anak dibimbing via online.
Tim pendamping pun menyusun buku panduan. Hal ini membantu anak-anak mencari materi pembinaan. Mereka diberi tugas, yang dinilai oleh orangtua masing-masing dan dalam koordinasi dengan para katekis.
Selain itu, FX Juli Pramana, salah seorang katekis, juga mempersiapkan bahan-bahan pelajaran online.
Selama pembinaan jarak jauh itu, anak-anak diwajibkan mengikuti Misa online bersama keluarga. Orangtua diminta mengarahkan mereka untuk bersikap hormat dan pantas selama perayaan berlangsung.
Seiring berjalannya waktu, demi menjaga mental anak-anak, tugas-tugas online terpaksa dihentikan. Orangtua diminta lebih mengambil peran dalam meneruskan pembinaan iman di rumah.
“Keteladanan iman orangtua sangat penting karena sangat menentukan bagi perkembangan iman anak-anak,” kata Romo Emmanuel Nuwa, MSF, Pastor Paroki St. Paulus Kleca dalam sebuah kesempatan rekoleksi.
Orangtua diminta pula untuk ikut memantau perkembangan anak, khususnya perihal rajin berdoa dan membaca Kitab Suci.
Hingga 14 Juni, pandemi global ini masih belum berhenti. Di Indonesia, angka yang terpapar masih terus meningkat.
Uskup Agung Semarang, Mgr. Robertus Rubiyatmoko juga memperpanjang masa darurat COVID-19 untuk batas waktu yang belum pasti.
Dengan demikian, penerimaan komuni pertama yang sudah direncanakan jauh-jauh hari itu pun ditunda. Belum ada kepastian kapan diadakan.
Mungkin ke-78 anak tersebut kecewa. Namun, di balik itu, penundaan ini diharapkan tidak melunturkan semangat mereka untuk mendalami iman Katolik, tetapi justru semakin mematangkan mereka; hati mereka pun makin siap untuk menerima Tubuh Tuhan secara pantas.
Pada titik ini, peran orangtua menjadi krusial untuk senantiasa mendampingi serta memotivasi anak.
Anak-anak diarahkan untuk belajar dari pengalaman orangtua dan saudara-saudarinya, yakni menerima komuni secara batin sebelum menerima komuni secara sakramental.
“Anak-anak telah dibesarkan dan dipelihara oleh santapan rohani semenjak sebelum menerima komuni,” kata Juli.
Akhirnya, harapannya mereka bisa bersatu dengan Tuhan yang diimani dan menerima kata-kata Tuhan: “Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagimu …, inilah Darah-Ku yang ditumpahkan bagimu … .”
Elias Anwar
Komentar