Katoliknews.com – Paus Fransiskus memimpin Misa memperingati Hari Orang Miskin Sedunia, yang biasanya jatuh pada setiap pekan biasa ke-33 dalam kalender liturgi Gereja, di Vatikan, Minggu, 15 November 2020.
Adapun Hari Orang Miskin Sedunia ditetapkan oleh Paus Fransiskus pada empat tahun silam dalam surat apostolik “Misericordia et Misera” yang diterbitkan pada 20 November 2016, pada puncak Tahun Luar Biasa Kerahiman.
Hadir dalam Misa tersebut para relawan dan donatur, juga 100 orang yang secara simbolis mewakili kaum miskin di seluruh dunia.
Pada perayaan Hari Orang Miskin Sedunia tahun ini, Paus tidak menyediakan makan siang setelah Misa untuk penduduk miskin di sekitar Roma seperti yang dia lakukan di tahun-tahun sebelumnya, karena situasi pandemi yang mengharuskan orang-orang menjaga jarak.
Dalam homilinya, Paus mengatakan, orang miskin adalah inti dari Injil. “Jangan lupa: orang miskin berada di pusat Injil; Injil tidak dapat dipahami tanpa orang miskin,” katanya dilansir CNA.
Paus menambahkan, “Orang miskin menjamin kita mendapat anugerah kehidupan kekal dan bahkan sekarang mereka membantu kita menjadi kaya dalam cinta. Kemiskinan terburuk yang perlu diberantas adalah kemiskinan cinta.”
Oleh karena itu, ia mendesak umat Katolik mengambil risiko untuk membantu jutaan orang di seluruh dunia yang hidup di bawah garis kemiskinan, terutama saat ini, menurut data Bank Dunia pada Juni 2020, lebih dari 200 juta orang yang kehilangan pekerjaan dan lebih dari 100 juta orang yang masuk dalam kemiskinan ekstrem karena pandemi.
Hari ini, lanjut Paus, di masa ketidakpastian dan ketidakstabilan karena pandemi global, janganlah kita menyia-nyiakan hidup kita hanya dengan memikirkan diri kita sendiri, atau menipu diri kita sendiri dengan berpikir: ‘damai dan aman!’ (1 Tesalonika 5:3).
“Jika kita tidak ingin hidup dengan buruk, marilah kita memohon rahmat untuk melihat Yesus di dalam orang miskin, untuk melayani Yesus di dalam orang miskin,” katanya.
Di akhir homilinya, Paus Fransiskus memberikan penghormatan kepada Fr. Roberto Malgesini, yang ditikam hingga tewas di Como, Italia, 15 September lalu. Pastor berusia 51 tahun itu dikenal karena pengabdiannya kepada orang miskin, seperti para tunawisma dan migran.
“Saya ingin berterima kasih kepada semua hamba Tuhan yang setia yang dengan tenang hidup seperti ini. Saya pikir, misalnya, Fr. Roberto Malgesini. Pastor ini tidak tertarik pada teori; dia hanya melihat Yesus dalam diri orang miskin dan menemukan makna hidup dalam melayani mereka. Dia mengeringkan air mata dengan kelembutannya, atas nama Tuhan yang menghibur,” ucapnya.
Ian Saf. Sumber: Catholic News Agency
Komentar