Katoliknews.com — Umat Katolik di Keuskupan Mopti, Mali, bergembira atas dibebaskannya Pastor Léon Dougnon setelah lebih dari tiga minggu berada dalam tahanan para penculiknya. Ia dibebaskan pada Selasa, 13 Juli 2021.
Pastor kelahiran 2 September 1969 di Barapireli, Koro Cercle, Mali Tengah itu diculik pada Senin, 21 Juni lalu bersama empat umat parokinya dalam perjalanan untuk menghadiri pemakaman seorang imam, Pastor Oscar Théra, pada keesokan harinya, di Keuskupan San, wilayah Ségou, Mali.
Beberapa hari setelahnya, beberapa umat yang diculik itu dibebaskan, sementara pastor yang ditahbiskan menjadi imam pada 15 Setember 2002 itu tetap ditahan di tangan para penculik.
Penculikan itu dikonfirmasi oleh otoritas regional, tetapi tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas insiden tersebut. Namun, wilayah itu sering didatangi oleh militan Islam ekstremis.
Pastor Ferdinand Koulibaly, Kordinator Media Konferensi Waligereja Mali, membenarkan laporan bebasnya Pastor Dougnon dalam sebuah wawancara dengan Vatican News, dan menyatakan kegembiraannya atas berita tersebut.
“Saya harus mengakui bahwa ketika kami mendengar berita itu [Pembebasan Pastor Leon Deugnon-red], saya tidak melihat siapa pun yang tidak menari atau melompat kegirangan. Kami berterima kasih kepada Tuhan atas peristiwa ini,” kata Pastor Koulibaly, seperti dilansir Vatican News, Kamis, 15 Juli 2021.
Pastor Koulibaly menegaskan, dia telah berkontak dengan Pastor Dougnon yang masih diliputi perasaan gembira setelah dibebaskan. Dia ingat kata-kata pertama yang diucapkan Pastor Duognon adalah ucapan terima kasih atas doa-doa yang dipanjatkan untuk kepulangannya dengan selamat.
Sejak diumumkannya berita pembebasan Pastor Dougnon, kata Koulibaly, beberapa orang termasuk para imam, telah meminta agar merayakan Misa syukur atas pembebasan tersebut, seraya mengatakan, ia sendiri merayakan Misa ketika mendengar berita tersebut.
Penculikan di Mali
Serangan yang ditargetkan terhadap komunitas Kristen di negara bekas jajahan Prancis itu memang tidak sering terjadi. Akan tetapi, ada sejumlah preseden yang muncul. Pastor Koulibaly mencatat bahwa Pastor Dougnon bukanlah yang pertama. Dia ingat bahwa pada 2017 silam, Sr. Gloria Argoti, biarawati asal Kolombia, ditangkap dan diyakini masih berada dalam tahanan para penculik.
“Penculikan belum berhenti di Mali (dan) di Burkina Faso dan itu mengkhawatirkan bagi kami,” ujar Pastor Koulibaly “kami tidak tahu kelompok mana yang melakukan ini atau apa motif mereka, tetapi kami bertanya-tanya: Mengapa biarawati? Mengapa imam?”
Lebih lanjut, dia menyatakan keprihatinannya atas tindakan kelompok yang terlibat dalam penculikan itu akan mengancam kerukunan di negara yang ber-ibu kota Bamako itu dan membuat orang hidup dalam kecurigaan satu sama lain.
Meskipun demikian, Koulibaly menegaskan bahwa Gereja Mali hadir, dihargai dan didukung oleh umat, serta terlibat penuh dalam aksi sosial di negara tepi barat Benua Afrika itu.
“Kami mewartakan kasih satu sama lain,” tandas Koulibaly, “kami bekerja dalam semangat Frateli tutti [ensiklik ketiga Paus Fransiskus tentang persaudaraan dan persahabatan sosial-red], agar umat Kristen dan Muslim bergandengan tangan. Gereja Mali telah mempromosikan ini sejak ada di negara ini.”
Ian Saf
Komentar