Katoliknews.com – Dalam kesempatan pengumuman uskup baru untuk Keuskupan Amboina pada Rabu, 8 Desember, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC sempat menyentil perihal para imam yang menurutnya bercita-cita untuk menjadi uskup.
Ia mengatakan, imam yang bercita-cita seperti itu, yang ia gambarkan sebagai bentuk kesombongan, biasanya tidak akan dipilih, karena kesombongan “tidak disukai Allah.”
Kata-kata uskup agung itu disampaikan saat ia meminta kesediaan umat Katolik, juga para imam di Keuskupan Amboina untuk menaati uskup terpilih, Inno Ngutra.
“Hendaklah umat, khususnya para pastor, mengungkapkan ketaatan kepada uskup yang baru,” kata Mgr. Mandagi yang sejak November tahun lalu menjadi Uskup Agung Merauke.
“Jangan ada yang membangkang karena mengatakan ‘itu bukan calon saya, saya lebih baik dari dia, saya berada dalam strata sosial yang lebih tinggi dari dia, saya bukan satu suku dengan dia,” tambahnya.
Ia melanjutkan: “Saya sampaikan dengan tegas, mereka yang bercita-cita menjadi uskup, pada umumnya dan biasanya tidak jadi, sebab kesombongan tidak disukai oleh Allah.”
Mgr. Mandagi tidak mengelaborasi alasan pernyataan itu, terkait apakah memang ada imam di keuskupan yang ia pimpin sejak 1994 itu yang bercita-cita menjadi uskup.
Ia kemudian meminta umat untuk berhenti menyebarkan gosip tentang uskup baru dan sebaliknya berdoa untuknya.
“Beliau bukanlah malaikat, sama dengan kita semua, tetapi diangkat secara istimewa sebagai gembala Keuskupan Amboina,” katanya.
Mgr. Mandagi, 72 tahun, mengatakan, uskup terpilih itu akan ditahbiskan setelah Paskah pada 23 April 2022.
Pengumuman penunjukkan uskup baru itu disampaikan menjelang berakhirnya Misa kaul kekal para suster Tarekat Maria Mediatrix (TMM) di Gereja St Maria Bintang Laut, Ambon dan disiarkan langsung di kanal Youtube Komisi Komsos Keuskupan itu.
Rabu
Dalam kesempatan itu, Uskup Mandagi membacakan surat dari Duta Besar Vatikan di Jakarta, Mgr. Piero Pioppo, yang berisi penunjukan uskup terpilih oleh Paus Fransiskus.
Uskup Mandagi mengatakan, penunjukkan uskup baru itu merupakan anugerah luar biasa, mengingat baru tahun lalu kursi uskup di keuskupan itu kosong.
“Tuhan mencintai keuskupan Amboina karena begitu cepat menghadirkan uskup yang baru,” katanya.
Uskup terpilih Inno merupakan uskup keempat di keuskupan itu yang terbentuk sejak 1961 dan merupakan uskup diosesan pertama yang dipercayakan Vatikan setelah sebelumnya keuskupan itu dipimpin oleh uskup dari kongregasi Misionaris Hati Kudus (MSC).
Selain sebagai sekretaris keuskupan, selama ini ia juga mengajar Hukum Gereja di Seminari Tinggi St. Fransiskus Xaverius, Poka Rumah Tiga, Ambon.
Dia lahir di Waur, Kei Besar pada 7 November 1970 dan menamatkan pendidikan Sekolah Dasar di Waur, lalu menempuh pendidikan menengah di Seminari St. Yudas Thadeus Langgur.
Setelah itu ia mengikuti studi filsafat dan teologi di Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Manado, Sulawesi Utara.
Ia ditahbiskan menjadi imam oleh Uskup Agung Mandagi pada 6 Oktober 2001 bersama dengan tiga orang rekannya.
Ia pernah menjadi pembina di Seminari Yudas Thadeus Langgur (2001-2003) dan sebagai ekonom keuskupan Amboina sambil melayani beberapa paroki di Kota Ambon (2003-2007).
Ia sempat mengikuti kursus formasi di Institut Antipolo, Filipina dan pada 2009-2010 melanjutkan studi di Universitas Santo Thomas Aquinas Manila, Filipina, dengan spesialisasi bidang Hukum Gereja.
Uskup terpilih ini ini cukup popular di media sosial seperti Facebook dan Youtube, dengan pengikutnya lebih dari 8.000 di kedua platform itu. Setiap malam ia biasanya mengunggah renungan singkat untuk keluarga Katolik.
Imam itu akan melayani 119.665 umat yang tersebar di 47 paroki, menurut data yang dipublikasi di situs milik Konferensi Waligereja Indonesia.
Komentar