Katoliknews.com – Kantor berita Vatikan, Agenzia Fides, yang berbasis di Palazzo de Propaganda Fide di Vatikan—bagian dari Kongregasi Evangelisasi Bangsa-Bangsa—merilis data misionaris yang mati terbunuh sepanjang tahun 2022
Kantor berita itu menyebut 18 misinoaris yang terbunuh sepanjang tahun ini: 12 imam, 1 bruder, 3 suster religius, 1 seminaris, 1 orang awam, yang terjadi di berbagai belahan dunia.
Tiga dari 18 misionaris itu merupakan misionaris asing, yang lainnya bermandikan darah mereka di bumi yang sama yang telah melihat mereka lahir, tumbuh, memberikan diri mereka sepenuhnya kepada Tuhan dalam penahbisan.
Secara wilayah, jumlah tertinggi misionaris yang terbunuh tercatat di Afrika, yakni 9 orang yang terdiri 7 imam dan 2 biarawati.
Mereka adalah Pastor Joseph Aketeh Bako (Nigeria), Pastor Vitus Borogo (Nigeria), Pastor Christopher Odia Ogedebbe (Nigeria, Pastor John Mark Cheitnum (Nigeria), Pastor Richard Masivi Kasereka (Kongo), Pastor Godefroid Pembele Mandon (Kongo), Suster Marie-Sylvie Kavuke Vakatsuraki (Kongo), Pastor Michael Mawelera Samson Tanzania—Misionaris Afrika berasal dari Malawi), dan Suster Maria De Coppi (Mozambik, seorang misionaris Comboni Italia).
Kemudian diikuti oleh Amerika Latin, di mana 8 misionaris terbunuh yang terdiri dari 4 imam, 1 bruder, 1 suster, 1 seminaris, 1 orang awam.
Mereka adalah Pastor Jose Guadalupe Rivas (Meksiko), Pastor Javier Campos SJ (Meksiko), Pastor Joaquín Mora SJ (Meksiko), José Dorian Piña Hernández (Meksiko, seminaris), Pablo Isabel Hernández (Hnduras, awam), Pastor Enrique Vasquez (Honduras), Bruder Wilberth Daza Rodas OFM (Bolivia), Sister Luisa Dell’Orto (Haiti).
Lalu, di Asia 1 pastor terbunuh, yakni Pastor Joseph Tran Ngoc Thanh, seorang imam Dominikan Vietnam (OP). Ia ditikam sampai mati saat mendengarkan pengakuan dosa di Paroki Dak Mót, Keuskupan Kon Tum, oleh seorang pria yang tidak stabil secara mental.
“Dalam beberapa tahun terakhir, Afrika dan Amerika bergantian menempati urutan pertama dalam peringkat peristiwa tragis ini: Amerika selama 8 tahun dari 2011 hingga 2021 dan Afrika selama 3 tahun (2018, 2019, 2021), ” tulis kantor berita yang didirikan pada 5 Juni 1927—tercatat sebagai kantor berita misionaris pertama milik Gereja Katolik Roma.
Dari tahun 2001 hingga 2021, menurut data Agenzia Fides, sebanyak 526 misionaris telah terbunuh di dunia, baik mereka yang tertahbis, biarawan/ti, maupun umat awam terbaptis.
Kantor berita itu menjelaskan, kematian tragis belasan misionaris memperlihatkan keadaan wilayah penginjilan mereka yang ditandai “kekerasan, kemiskinan, kurangnya keadilan dan penghormatan terhadap kehidupan manusia.”
“Para imam terbunuh ketika mereka akan merayakan Misa dengan komunitas yang mereka pimpin, untuk memecahkan roti dan menguduskan anggur yang akan menjadi makanan dan kehidupan bagi begitu banyak orang beriman,” tulis Kantor Berita itu.
Suster Marie-Sylvie Kavuke Vakatsuraki yang berprofesi dokter terbunuh di pusat kesehatan keuskupan, saat dia “siap menyelamatkan nyawa orang lain, dan entah berapa banyak yang telah dia selamatkan di masa lalu.”
Seorang lagi misionaris terbunuh dalam penyerangan terhadap misi, “alih-alih berpikir untuk menyelamatkan hidupnya sendiri, dia mengkhawatirkan keselamatan gadis-gadis yang tinggal di asrama”.
Orang awam lainnya, seorang pekerja pastoral, terbunuh dalam perjalanannya ke gereja untuk memimpin ibadat Sabda bagi umat beriman di daerah itu, yang tidak memiliki seorang imam.
“Tapi ini bukan tentang kenaifan, kurangnya pengalaman, sebaliknya: permuliaan. Misionaris dan semua orang Kristen, terutama di tempat-tempat tertentu, ketika mereka melayani dalam situasi dan keadaan berbahaya, melakukannya “untuk Bapa dan untuk kemanusiaan”, yang mengatasi semua ketakutan dan keragu-raguan,” tulis Agenzia Fides.
Ian Saf
Komentar