Katoliknews.com– Pastor Carlo Bertolini Yalai OMI, misionaris asal Italia, wafat di Usia 86 tahun. Selama lebih dari empat dekade, Pastor Carlo berkarya dan melakukan penginjilan di wilayah-wilayah pedalaman Kalimantan.
Pastor Carlo Bertolini Yalai OMI meninggal dunia pada 9 Januari di Pastoran Paroki St. Petrus dan Paulus Dahor Balikpapan, tempat tugas terakhirnya sejak 2010.
Berita meninggalnya menimbulkan dukacita bagi umat Katolik setempat yang memiliki banyak kenangan dengan misionaris itu. Umat silih bergantian melayati jenazahnya yang dibaringkan di gereja paroki.
Pastor Tarsisius Eko Saktio, Provinsial OMI Indonesia mengatakan, Pastor Carlo “dikenal sebagai pribadi pendoa, rendah hati dan hidupnya dipenuhi dengan sukacita.”
“Setiap orang yang berjumpa dengan beliau akan menemukan sukacita yang terpancar dari pribadinya yang energik, humoris dan bersahaja,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Pastor Carlo yang lahir di Domodossola, Italia pada 23 Oktober 1937 langsung diutus ke Kalimantan saat tiba di Indonesia pada 1980.
Ia adalah bagian dari generasi pertama misionaris OMI yang melakukan penginjilan di wilayah yang didominasi suku asli Dayak itu.
Pastor Ignasius Priyantoro, Pastor Paroki St. Petrus dan Paulus Dahor, mengatakan Pastor Carlo menyebarkan misi hampir ke seluruh wilayah Kalimantan Timur, mulai dari Balikpapan, Grogot, Bontang, hingga Tarakan —yang sekarang masuk Provinsi Kalimantan Utara—, dan lokasi-lokasi terpencil lainnya.
“Beliau suka bergaul dengan orang-orang kecil. Makanya dia sampai mendapat nama Dayak. Nama belakang Yalai itu nama suku Dayak yang diberikan oleh masyarakat,” katanya.
Ia mengatakan, meski sejak 2000 ia mulai melayani di Balikpapan, Pastor Carlo tetap konsisten menjalankan misinya mengajak orang untuk beriman kepada Tuhan Yesus.
“Semangatnya sebagai misionaris tinggi. Ia senang bergurau, bersemangat dan dia tidak pernah marah pada kami, para imam muda,” kenangnya.
Ia mengatakan, karena cintanya pada daerah misi, Pastor Carlo berpesan agar dimakamkan di Indonesia jika meninggal dunia.
“Pada tanggal 24 Februari 2023 ia harusnya merayakan ulang tahun imamat ke-60, tetapi sepertinya Pastor Carlo sudah tidak sabar bertemu Tuhan Yesus dan berpulang saat ini,” katanya.
Margaretha Adesti, 24, salah satu umat yang pernah dibabtis Pastor Carlo mengatakan, ia mengenal imam itu sejak kecil ketika mengunjungi kampungnya yang masuk Stasi Tembalang.
“Pastor Carlo rela berjalan kaki keliling kampung untuk membawa umat datang ke gereja setiap hari Minggu. Anak sekolah Minggu sering dibagikan permen. Yang bisa pimpin doa diberikan hadiah,” katanya kepada Katoliknews.
Ia mengatakan bertemu terakhir kali pastor itu pada 2016 dan ia amat terkesan karena pastor itu masih mengingatnya.
“Mendengar Pastor Carlo telah berpulang, tidak terasa air mata saya menetes. Banyak umat di sini yang sayang Pastor Carlo,” katanya.
Sejumlah umat lain yang mengenal imam itu menyampaikan pesan-pesan dukacita di media sosial mereka.
Fabianus Sidi, seorang umat Katolik di Samarinda menulis di Facebook-nya, “jasamu sungguh besar untuk masyarakat Kalimantan.
“Doakan kami yang masih berjuang mewartakan kerajaan Allah di bumi Borneo,” tulisnya.
Jenazah Pastor Carlo disemayamkan di Gereja Paroki Dahor pada 10-11 Januari untuk memberi kesempatan kepada umat memberi penghormatan terakhir.
Jenazahanya akan dipindahkan ke kapel di Biara OMI Regina Pacis Balikpapan pada 12 Januari, lalu dimakamkan keesokan harinya.
Arya
Komentar