Katoliknews.com — Serangan terhadap Gereja Katolik terjadi di Myanmar yang menewaskan 1 orang sipil dan lima lainnya mengalami luka-luka. Hal serupa terjadi di India, gereja diserang, segala prabotnya dirusak dan hosti yang sudah dikonsekrasi dihancurkan.
Gereja Katolik Santo Mikael di Negara Bagian Kacchin yang mayoritas beragama Kristen di utara Myanmar diserang aparat militer pada Jumat, 30 Desember 2022. Dalam peristiwa itu, 5 orang warga sipil mengalami luka-luka termasuk dua anak-anak dan satu yang harus meregang nyawa, seperti dilansir Uca News.
Media lokal di Myanmar dengan mengutip penduduk setempat mengatakan, militer telah menembaki Perkampungan Hpakant sejak November lalu meski tidak ada bentrokan dengan kelompok pemberontak, Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA).
Serangan terbaru terjadi dua bulan setelah salah satu serangan terburuk di negara bagian Kachin di mana militer membom sebuah konser yang menewaskan sedikitnya 63 orang termasuk penyanyi terkenal.
Sebagian besar korban adalah anggota Organisasi Kemerdekaan Kachin, sayap politik kelompok pemberontak yang telah memperjuangkan kemerdekaan selama puluhan tahun.
Junta militer terus menargetkan gereja, biara, institusi, dan klinik di wilayah mayoritas Kristen di negara bagian Kachin, Kayah, Karen, dan Chin.
Serangan terus berlanjut di desa-desa termasuk desa bersejarah untuk Gereja Katolik di wilayah Sagaing.
Sejak kudeta militer tahun lalu, puluhan gereja, biara, dan klinik telah diserang dan rusak parah.
Laporan Komisi Hukum Internasional yang dirilis pada 28 Oktober menyebut setidaknya 92 situs keagamaan di seluruh negeri itu termasuk wilayah yang didominasi Kristen di negara bagian Kachin, Kayah, dan Chin dihancurkan atau dirusak antara Februari 2021 dan Mei 2022.
Paus Fransiskus dan para uskup Myanmar telah berulang kali menyerukan untuk menghormati martabat manusia serta menuntut diakhirinya serangan terhadap tempat ibadah, sekolah, dan rumah sakit.
Dalam pesan Natalnya, Paus berdoa untuk “rekonsiliasi” di Negara-negara Asia Tenggara termasuk di Yaman dan Suriah yang dilanda konflik.
Kardinal Charles Bo dari Yangon menyerukan perdamaian di Myanmar karena jutaan orang masih telantar dan mengalami kelaparan dalam kondisi tidak manusiawi di permukiman kumuh, jauh dari rumah mereka.
Ribuan orang Kristen yang telantar mencari perlindungan di gereja, rumah kerabat, dan di hutan.
“Perdamaian itu mungkin, perdamaian adalah satu-satunya jalan. Biarkan harapan Myanmar Baru meningkat pada tahun 2023,” kata Kardinal Bo dalam pesan Tahun Barunya.
Hal Serupa Terjadi di India
Di India, ratusan penduduk desa bersenjatakan tongkat kayu dan gagang besi berbaris menuju Gereja Hati Kudus di Desa Edka di Distrik Narayanpur di wilayah selatan negara bagian yang berhutan dan kaya mineral pada 2 Januari.
Para penyerang menghancurkan kaca jendela gereja, altar, salib, patung, dan menyebarkan hosti yang telah dikonsekrasi.
Massa juga merusak gua Maria dan pastoran di desa tersebut.
“Situasi tegang terjadi di sini,” kata Romo Jomon Devasia, Pastor Paroki Gereja Hati Kudus.
“Massa menghancurkan segalanya, Gereja dan pastoran,” katanya.
Romo Jomon Devasia menyesali bahwa Gereja yang berusia lebih dari lima dekade itu, lalu dibangun kembali lima tahun yang lalu, sekarang semua yang ada di dalamnya telah dihancurkan.
Kekerasan pecah ketika sekelompok orang pribumi penganut animisme memprotes bentrokan sebelumnya. Dalam bentrokan itu dilaporkan bahwa beberapa orang dari mereka terluka. Protes berubah menjadi kekerasan dan massa menerobos masuk ke dalam kompleks gereja.
Massa mulai melempari gereja dengan batu dan kemudian mendobrak pintu gereja.
Personel polisi yang mendampingi pengunjuk rasa berusaha menghentikan massa yang menyerang gereja. Beberapa dari mereka dilaporkan terluka. Inspektur Polisi Distrik Sadanand Kumar menderita luka di kepala.
Sumber-sumber gereja mengatakan, perselisihan itu bersumber pada penduduk asli non-Kristen yang bersikeras agar orang-orang pribumi yang sudah jadi Kristen melepaskan iman mereka dan kembali ke praktik animisme tradisional mereka. Tetapi, orang-orang yang mengikuti agama Kristen menolak untuk mematuhinya.
Lebih dari 1000 penduduk asli yang beragama Kristen diusir dari rumah mereka di desa-desa dekat Narayanpur dalam beberapa bulan terakhir, kata sumber-sumber Gereja.
Banyak yang diserang, rumah mereka ditempati secara paksa, tanaman dihancurkan dan hewan peliharaan dibunuh, yang diduga menjadi korban dari serangan yang terkoordinasi.
Uskup Agung Victor Henry Thakur yang berbasis di ibukota negara bagian Raipur mengatakan, serangan itu tidak ada hubungannya dengan umat Hindu yang menentang pindah ke agama Kristen.
“Serangan itu tidak ada hubungannya dengan perpindahan agama seperti yang telah dibuat. Ini jelas masalah hukum dan ketertiban,” katanya.
“Polisi negara bagian tidak memulai tindakan terhadap kelompok yang melakukan kekerasan terhadap orang Kristen sebelumnya. Sekarang, mereka tanpa takut menyerang kami,” kata Uskup Agung Thakur seperti dikutip UCA News.
Ian Saf
Komentar