Katolinews.com – Sebanyak 113 orang siswa Sekolah Dasar (SD) Pangudi Luhur Yogyakarta mengikuti retret. Retret ini sebagai upaya memberikan kepada siswa/i itu bekal iman dan mental yang tangguh untuk hidup di era digital.
Para peserta itu adalah kelas VI dari empat unit SD Pangudi Luhur di Yogyakarta. Mereka didampingi langsung oleh kepala sekolah masing-masing, yakni Agustina Lina Raharjaningsih, S.Pd (Kepala SD PL 1 dan 2) dan Br. Agustinus Marjito FIC (Kepala SD PL 3 dan 4).
Siswa/i yang diasuh oleh para bruder FCH itu tenggelam dalam keheningan Rumah Retret Syalom Bandungan, Semarang dari tanggal 5 -7 Januari 2023.
Acara itu berlangsung dalam suasana gembira. Mereka difasilitasi oleh tim retret dari Rumah Retret Syalom Bandungan, yakni Bruder Bimo FIC dan Suster Agnes AK serta dibantu Tim Outdoor Learning Activities dari Paroki Ambarawa.
“Hidup dan perubahan yang begitu cepat saat ini membutuhkan bekal kompetensi dan karakter yang tangguh untuk terus-menerus menyesuaikan diri dan belajar terus-menerus hal-hal baru yang terjadi,” kata Bruder Marjito, menjelaskan tujuan kegiatan itu.
Menurutnya, para peserta didik mesti memiliki berbagai kompetensi untuk mengarungi zaman ini, sehingga tidak terlindas oleh berbagai kemajuan yang ada.
“Beberapa kompetensi yang dituntut dan diperlukan di abad ke-21 ini antara lain kemampuan berkolaborasi, kemampuan berkomunikasi, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan untuk berinovasi serta harus dilandasi oleh iman dan sikap mental yang tangguh dan tidak mudah menyerah dengan tantangan,” ujarnya.
Selain dibekali dengan materi, para siswa juga berdinamika dalam kelompok. Mereka melakukan outbond dengan berbagai bentuk permainan, yang mengasah mereka untuk mampu bekerja sama dan berani menghadapi tantangan.
“Mereka semua berusaha untuk mewujudkan semangat Kerja sama dan ketangguhan mereka dalam menghadapi setiap rintangan dalam permainan,” kata Biarawan FIC itu.
Permainan yang diberikan antara lain carbonet, meniti tali di atas kolam, dan pipa bocor.
“Pada akhir permainan, mereka diajak berefleksi dan menyadari makna dan pelajaran yang diperoleh. Mereka mengalami bagaimana mengalahkan ketakutan, bagaimana mereka bekerja sama dengan orang lain,” tambah Bruder Marjito.
Setelah berdinamika dalam kelompok, para peserta didik diajak kembali ke dalam diri untuk berefleksi pada malam pertobatan atau rekonsiliasi.
“Peserta retret diajak untuk menyadari segala kekurangan dan membangun niat untuk memperbaiki kekurangan dirinya. Hal tersebut dinyatakan dalam bentuk surat kepada orang tua,” jelas Bruder Marjito.
Pada akhir retret, para siswa membuat niat bersama sebagai satu kelas. Mereka mau berhasil dalam belajar dan ujian. Niat itu mereka sampaikan dalam perayaan Ekaristi.
Perayaan Ekaristi penutup kegiatan ini dipersembahkan oleh Pastor Agustinus Budi Nugroho SJ.
Ian Saf
Komentar