Katoliknews.com – Uskup Pangkalpinang, Mgr Hilarius Moa Nurak dalam Surat Gembala Prapaskah tahun ini menyoroti tiga bentuk kepedulian yang sedang menggeroti kehidupan manusia.
Pertama, kata dia, adalah ketidakpedulian terhadap Tuhan Allah. Ketidakpedulian ini, menurut uskup, adalah pokok dari ketidakpedulian manusia terhadap sesama dan lingkungan hidup.
“Dengan sikap ketidakpedulian terhadap Tuhan, manusia menempatkan nafsu keduniawiannya sebagai norma dan nilai tertinggi,” katanya.
Kedua, menurut Mgr Hila, ketidakpedulian terhadap sesama. Karena tidak peduli terhadap Tuhan, jelas episkopal kharismatik Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) itu, manusia tidak peduli terhadap apa yang terjadi di sekitar diri dan terhadap sesamanya.
“Paus Fransiskus mengatakan bahwa benar sekali manusia dewasa ini sangat tertarik dengan berbagai berita dalam dunia ini. Tetapi manusia hanya mendengar tanpa satu rasa belas kasih atau terlibat terhadap apa yang dialami sesamanya,” tegasnya.
“Rasa kerahiman atau belas kasih manusia dewasa ini terhadap penderitaan sesama dan perusakan lingkungan, sudah sangat tumpul,” tegas Mgr Hila.
Ketiga, lanjutnya, ketidakpedulian terhadap lingkungan hidup. Demi kerakusan akan harta, kata dia, manusia tidak segan merusak lingkungan yang merupakan “rumah kita bersama“.
Dengan merusak lingkungan hidup, menurut uskup ini, manusia tidak peduli akan dampak kerusakan lingkungan terhadap sesama, khususnya yang miskin.
“Oleh perusakkan lingkungan, orang-orang kaya akan semakin menjadi kaya. Sedangkan orang miskin akan semakin miskin dan sengsara,” katanya.
Uskup ini juga menyinggung soal pesan perdamaian yang digaungkan Paus Fransiskus pada Hari Perdamaian dunia, awal Januari lalu.
“Kerahiman dan belas kasih sepertinya sudah mulai menghilang dari dunia. Cinta manusia selalu diikuti berbagai persyaratan. Cinta tanpa syarat seperti yang dihayati oleh Tuhan Allah sudah mulai menghilang dari kehidupan manusia,” urainya menyinggung keperihatinan Paus.
Ia pun mengajak umat untuk memanfaatkan momentum Jubileum Kerahiman Ilahi saat ini untuk mewujudkan ajakan “bermurah hati seperti Bapa di Surga” dalam spirit kebersamaan di Kelompok Basis Gereja (KBG) lewat sharing injil dan aksi nyata untuk membangun komunitas yang berbelas kasih.
Mengutip kisah tentang Bunda Maria dalam Pesta Nikah di Kana, di mana ia peduli dengan tuan pesta yang kehabisan anggur lalu mendatangi Yesus, kata Mgr Hila, itu menjadi contoh agar umat Katolik selalu mengisi tempayan hidup yang tawar dan hambar, dengan lebih sering membaca, mendengarkan dan merenungkan Sabda Tuhan dalam sharing Injil.
“Supaya dengan itu kita mengalami anggur kegembiraan dan suka cita Injili yang paling enak dan lezat dalam kehidupan kita sehari–hari, terutama dalam kebersamaan dan persekutuan di KBG–KBG,” ajak Mgr Hila.
Loy/Katoliknews
Komentar