Katoliknews.com – Pada Agustus 2015 beredar di dunia maya foto imam Keuskupan Agung Semarang (KAJ), Romo Aloysius Budi Purnomo Pr tengah memeluk dan mencium tangan KH A Mustofa Bisri (Gus Mus).
Foto tersebut sempat membuat heboh. Sebagian orang mengapresiasi, sebagian lain berprasangka miring.
Romo Budi yang merupakan Ketua Hubungan Antaragama dan Kepercayaan KAS menceritakan, peristiwa itu terjadi saat ia dan Gus Mus sama-sama diundang menjadi narasumber seminar tentang kebangsaan di Auditorium RRI Semarang.
Ia mengaku perilakunya tersebut adalah hal yang positif.
“Gus Mus itu sudah seperti simbah saya. Bukan hanya sahabat, beliau juga idola saya waktu saya masih SMA. Karya-karya puisinya, karya-karya sastranya menginspirasi saya bersama karya-karya Romo Mangunwijaya,” katanya dalam acara Mata Najwa yang disiarkan Metro TV, Rabu (14/4) malam, yang dikutip Nu.or.id.
Romo Budi Purnomo diminta menceritakan kembali aksi cium tangan itu dan kehebohan yang ditimbulkannya.
Menurutnya, tak semestinya hal tersebut dipersepsi negatif karena justru itu merupakan simbol kerukunan dan persahabatan sejati.
Dan, mencium tangan Gus Mus pun tidak ia lakukan hanya sekali. Romo Budi mengaku melakukan hal serupa saat bertemu dengan tokoh NU itu di Rembang tahun 2004.
“Setiap kali berjumpa dengan Gus Mus, sebagai yang lebih muda, saya selalu mencium tangan beliau, tapi beliau selalu tidak kerso (bersedia), ditarik (tanganya). Entah mengapa. Tapi begitulah kebiasaan saya berjumpa dengan yang saya hromati. Saya tidak hanya mencium pipi kanan pipi kiri, tapi juga cium tangan beliau,” kisahnya.
Baginya, ada dua kehebohan saat peristiwa peluk-cium antara romo dan kiai, yakni heboh positif dan heboh negatif.
Lantas bagaimana bila ada sebagian orang yang mengambil sikap yang kedua?
“Lho, apa masalahnya? Mengapa harus heboh negatif? Lebih baik heboh positif karena itu menjadi berkat banyak orang,” tuturnya.
Dalam acara Mata Najwa bertajuk “Panggung Gus Mus” itu, Romo Budi dan Gus Mus berduet dalam musikalisasi puisi berjudul “Sajak Atas Nama”.
Malam itu Gus Mus juga membacakan puisi berjudul “Bila Kutitipkan” dan “Puisi Islam”.
Aria/Katoliknews
Komentar