Berita Terkait Gereja Katolik
Senin, 6 Februari 2023
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Dunia
  • Vatikan
  • Sosok
  • Opini
  • Katekese
  • Inspiratif
  • Nusantara
  • Dunia
  • Vatikan
  • Sosok
  • Opini
  • Katekese
  • Inspiratif
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Berita Terkait Gereja Katolik
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Home Feature

“Tikus-tikus Nusantara,” Sajian Penutup Pertemuan Para Fransiskan

26 Agustus 2016
in Feature, Headline
0
“Tikus-tikus Nusantara,” Sajian Penutup Pertemuan Para Fransiskan

Pementasan teater Tikus-tikus Nusantara oleh para frater OFM pada Kamis malam, 25 Agustus 2016 saat hari penutup pertemuan para animator Komisi JPIC sejumlah tarekat religius yang menghayati spiritualitas St Fransiskus dari Assisi. (Foto: JPIC-OFM)

Katoliknews.com – Sejatinya, membicarakan tema korupsi berkaitan erat dengan tingkah laku manusia yang tidak jujur, mencuri, menyalahgunakan wewenang, dan menilep uang rakyat untuk kepentingan pribadi atau kelompok.

Akan tetapi, sekarang ini, orang sering mengaitkan pembicaraan tentang korupsi dengan hewan, tikus.

Berbagai bentuk pemberitaan media seringkali menampilkan tikus sebagai ‘maskot’ kejahatan korupsi.

Kemudian, muncul pertanyaan: kenapa tikus dijadikan sebagai ‘maskot’ koruptor? Padahal, yang berbuat jahat manusia. Kok hewan ikut-ikutan jadi ‘korban’ pencemaran nama baik? Apa salah tikus?

BacaJuga

HUT Ke-43 Gereja Katolik Nanga Kantuk: Jadilah Berkat dan Biarkan Tuhan Tersenyum

HUT Ke-43 Gereja Katolik Nanga Kantuk: Jadilah Berkat dan Biarkan Tuhan Tersenyum

1.2k
Uskup Paskalis Kenang Permintaan Terakhir Pastor Alfons Suhardi OFM

Uskup Paskalis Kenang Permintaan Terakhir Pastor Alfons Suhardi OFM

1.3k

Bagi sebagian orang, pertanyaan semacam itu murahan.

Tetapi, bagi sebagian lainnya pertanyaan-pertanyaan seperti itu justru menjadi inspirasi untuk menghasilkan karya seni: teatrikal.

Itulah yang dilakukan oleh Frater Damianus Asep Cahyono OFM dan Pastor Vinsensius Darmin Mbula OFM lewat teater ‘Tikus-tikus Nusantara’.

Dipentaskan pada Kamis malam, 25 Agustus 2018, teater itu menjadi sajian penutup dari pertemuan sepekan INFO-JPIC, forum para animator Komisi JPIC sejumlah tarekat religius yang menghayati spiritualitas St Fransiskus Assisi.

Teater itu dipentaskan para frater OFM yang kini sedang mengenyam pendidikan di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta.

Menurut Frater Asep, “Tikus-tikus Nusantara” hendak menyentil budaya politik korupsi sebagai akar perusak alam semesta sebagai Taman Eden.

“Korupsi turut menghancurkan kehidupan mahluk di bumi,” katanya.

Melalui teater ini juga, kata dia, mereka ingin menyampaikan pesan untuk menjaga bumi.

“Belumlah terlambat untuk menyelamatkan Bumi sebagai rumah kita bersama. Krisis yang melanda di mana-mana menumbukan kesadaran untuk menjaga bumi,” katanya.

“Dibutuhkan tindakan moral-spiritual untuk mengharmonisasikan kembali alam semesta, menjalin kembali persaudaraan multikultrual dan universal. Di sinilah kita membutuhkan sosok yang berani dan membawa perubahan.”

Tikus Sawah Menjadi Tikus Nusantara

Dalam teater itu, yang diangkat dari cerita rakyat Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur, konon tikus adalah sahabat dan penolong manusia.

Tikus dalam bahasa Manggarai disebut lawo yang (konon) terbentuk dari dua kata: lami woja. Lami artinya menjaga dan woja artinya padi. Jadi, tikus memiliki peran dalam menjaga padi di ladang para petani.

Ada masanya di mana manusia dan bangsa tikus hidup berdampingan dalam damai. Tikus menyandang peran ‘menjaga padi,’ entah di ladang atau juga sawah.

Malang segera datang ketika manusia mengusik keharmonisan itu dengan memburu tikus untuk dijadikan lauk pauk.

Bangsa tikus yang merasa dirugikan karena tindakan manusia itu berbalik menyerang manusia dengan memakan segala hasil bumi manusia. Sejak saat itu, manusia dan tikus bermusuhan.

Kini, permusuhan itu terlihat makin  nyata dengan berkembangnya pandangan yang seolah menyudutkan tikus.

Para koruptor yang rakus, serakah, dan munafik disamakan dengan sifat tikus yang rakus, menjijikkan, kotor dan bahkan menjadi sumber penyakit.

Tikus-tikus itu pun keluar dari ladang dan sawah, melewati got-got, melebarkan jangkauan pengrusakan.

Mereka segera mengenakan dasi dan menjangkau ruang-ruang di gedung mewah.

Wartawan, yang malam itu diperankan oleh Frater Yeri OFM,  membaca fenomen ini dan membuat liputan tentang tikus-tikus kantor, suatu sentilan kecil untuk korupsi, kejahatan luar biasa yang mewabah di negeri kita dan menjadi penyakit yang menyerang seluruh sendi kehidupan bangsa.

Seharusnya manusia sadar, penyakit korupsi itu tidak lagi identik dengan sifat-sifat tikus di luar sana, tetapi telah menjadi penyakit manusia di kedalaman dirinya yang makin dangkal dan busuk.

Ketua INFO-JPIC Indonesia periode 2014-2016, Pastor Mike Peruhe OFM, memberi apresiasi luar biasa untuk pementasan itu.

Tikus-tikus Nusantara, kata Pastor Mike, mengungkapkan dengan bernas keresahan, kegelisahan dan harapan peserta INFO-JPIC Indonesia ketika mengadakan pertemuan sepekan dengan tema “Memberantas Korupsi: Tanggung Jawab demi Keadilan dan Iman.”

“Para frater ini menangkap dengan baik apa yang kita bicarakan dalam sepekan ini. Mereka menampilkannya dengan sangat menarik. Singkat, namun sarat makna!” tegas Pastor Mike.

Disadur dari tulisan Fr Alders Jangkar OFM yang dimuat di website JPIC-OFM Indonesia

Tags: Info JPICOFM Indonesia
Artikel Berikut
Dua Belas Imam Baru Bakal Ditahbiskan di Keuskupan Malang

Dua Belas Imam Baru Bakal Ditahbiskan di Keuskupan Malang

Misdinar Paroki Wedi Gelar Acara ‘Tarcisius Cup’

Misdinar Paroki Wedi Gelar Acara ‘Tarcisius Cup’

Komentar

Artikel Terkini

Paus Berbicara dengan Pemenang Zayed Award 2023 dan Mendorong Dialog Antaragama

Paus Berbicara dengan Pemenang Zayed Award 2023 dan Mendorong Dialog Antaragama

1k
[Buku Baru] Gereja: Bahtera yang Mulai Bocor?

[Buku Baru] Gereja: Bahtera yang Mulai Bocor?

1.1k
Renungan Hari Minggu Biasa V: Jadilah Garam dan Terang bagi Sesama

Renungan Hari Minggu Biasa V: Jadilah Garam dan Terang bagi Sesama

1.2k
Uskup Baru Jayapura: Doa adalah Senjata Ampuh untuk Perdamaian di Tanah Papua

Uskup Baru Jayapura: Doa adalah Senjata Ampuh untuk Perdamaian di Tanah Papua

1k
Komunitas Katolik Sant’ Egidio dan Aktivis Perdamaian Kenya Raih Zayed Award 2023

Komunitas Katolik Sant’ Egidio dan Aktivis Perdamaian Kenya Raih Zayed Award 2023

1k
Sesaat Setelah Ditahbiskan Jadi Uskup Jayapura; Mgr Yanuarius You Serukan Perdamaian di Tanah Papua

Sesaat Setelah Ditahbiskan Jadi Uskup Jayapura; Mgr Yanuarius You Serukan Perdamaian di Tanah Papua

1.1k
Berita Terkait Gereja Katolik

Katoliknews.com menyajikan berita-berita tentang Gereja Katolik dan hal-hal yang terkait dengannya, baik di Indonesia maupun di belahan dunia lain.

Artikel Terbaru

  • Paus Berbicara dengan Pemenang Zayed Award 2023 dan Mendorong Dialog Antaragama
  • [Buku Baru] Gereja: Bahtera yang Mulai Bocor?

Ikuti Kami

Facebook Twitter Instagram

Tentang Kami

  • Tentang Kami
  • Kirim Tulisan
  • Pedoman Media Siber
  • Iklan dan Partner
  • Kontak

© Katoliknews.com

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Dunia
  • Vatikan
  • Sosok
  • Opini
  • Katekese
  • Inspiratif

© 2020 Katoliknews

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In