Berita Terkait Gereja Katolik
Sabtu, 10 Juni 2023
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Dunia
  • Vatikan
  • Sosok
  • Opini
  • Katekese
  • Inspiratif
  • Nusantara
  • Dunia
  • Vatikan
  • Sosok
  • Opini
  • Katekese
  • Inspiratif
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Berita Terkait Gereja Katolik
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Home Inspiratif

Ketika Perempuan Muslim Disambut Hangat Sebuah Keluarga Katolik di Italia

13 Desember 2016
in Inspiratif
0
Ketika Perempuan Muslim Disambut Hangat Sebuah Keluarga Katolik di Italia

Ilustrasi

Farhana, seorang perempuan Muslim membagikan kisahnya tentang bagaimana ia disambut hangat sebuah keluarga Katolik di Palermo, Italia saat ia mengikuti sebuah program pertukaran pelajar tiga setengah tahun lalu.

Kisahnya yang diunggah di LINE itu pada Kamis, 8 Desember 2016  kemudian menjadi viral dan dibagikan lagi oleh sesame pengguna lain.

Tak ketinggalan ratusan komentar netizen di bawah artikel tersebut. Namun, seperti dilansir Tribunnews.com, sejumlah netizen menyayangkan justru maraknya perang komentar antarpihak yang berbeda pendapat.

Berikut ini kisah yang ditulis Farhana:

Tiga setengah tahun lalu, sebuah keluarga Katolik di Palermo, Italia memutuskan untuk menerima seorang pelajar pertukaran Muslim dari Indonesia untuk tinggal di rumah mereka selama setahun secara sukarela.

BacaJuga

Jokowi kepada para Kepala Daerah: Orang Katolik Punya Hak untuk Beribadah

Sambut HAKTP dan Sikapi Terorisme di Sigi, Wanita Katolik: Tidak Ada Toleransi terhadap Radikalisme dan Terorisme

Buka Rakernas PMKRI, Jokowi Minta Generasi Muda Jaga Persatuan Bangsa

JK Bertemu Paus Fransiskus di Vatikan, Bahas Zayed Award for Human Fraternity

Tanpa dibayar 1 Euro pun.

Keluarga tersebut adalah keluarga Aiello, dan pelajar yang dimaksud adalah saya sendiri.

Bagi orang-orang yang seringnya mengutamakan sesamanya saja, mungkin yang saya lakukan adalah sesuatu yang aneh.

Tentunya ada perbedaan-perbedaan yang kentara; mereka berkulit putih dan saya berkulit coklat, mereka biasa makan pasta dan saya terbiasa makan nasi, mereka menyembah Tuhan Yesus dan saya menyembah Allah SWT.

Tapi tidak pernah sekali pun saya terpikir untuk tidak menyukai apalagi membenci mereka, karena itu tidak menghalangi kami berbuat baik kepada satu sama lain.

Dalam keluarga yang sebagian dari Anda mungkin sebut orang-orang kafir, saya diperlakukan seperti anak sendiri. Tiap hari diantar jemput ke sekolah, dipastikan makan tiga kali sehari, diajarkan bahasa Italia kata demi kata, dan selalu dibantu saat harus beradaptasi di lingkungan yang sepenuhnya asing.

Tiap Sabtu di rumah nenek, saya diajak main seperti seorang kakak, adik, atau sepupu mereka sendiri.

Saya masih ingat kali pertama minta izin untuk solat di rumah setelah makan malam. 
Saya bilang mau berdoa sebentar, saya tunjukkan sajadah dan mukena. Dengan polosnya, Mamma menawarkan agar saya dan mereka berdoa bersama. “Così non preghi da sola”, katanya (baca: supaya kamu ga berdoa sendirian).

Saya tidak akan pernah lupa pengalaman absurd namun mengharukan; saya melaksanakan solat isya di ruang makan, dengan Mamma membaca Alkitabnya di belakang saya.

Malam ini saya tergerak membuat tulisan ini karena kenyataan yang sejujurnya membuat saya sedih; ternyata intoleransi bisa terjadi bahkan di depan mata sendiri. Di kampus, di dunia maya, di televisi. Di jalanan. Untuk Anda yang secara langsung atau tidak langsung pernah menyebarkan hate speech terhadap kaum atau agama lain; percayalah, ada lebih banyak persamaan dibanding perbedaan diantara satu manusia dengan yang lain.

Ketahuilah bahwa setiap orang hanya berusaha mencapai kebahagiaannya masing-masing; orang Muslim ingin berlebaran dengan keluarga terdekat, orang Kristen ingin merayakan natal dan menerima berkat, dsb. Setelah satu tahun hidup sebagai orang yang dianggap ‘berbeda’, saya jadi mengerti betapa hidup sebagai kaum minoritas jauh lebih sulit dibandingkan sebagai mayoritas.

Kaum mayoritas seringkali beranggapan bahwa suatu atribut darinya adalah sesuatu yang umum, lalu ‘yang minoritas bisa menyesuaikan’. Mungkin Anda belum pernah merasakan jika situasinya dibalik, mungkin juga Anda tidak peduli.

Katoliknews.com

Artikel Berikut
Bencana Alam, Tanda Tuhan Murka?

Konsumerisme dan Krisis Ekologi

Nota Pembelaan Ahok: Tidak Mungkin Saya Berniat Menistakan Islam

Nota Pembelaan Ahok: Tidak Mungkin Saya Berniat Menistakan Islam

Komentar

Berita Terkait Gereja Katolik

Katoliknews.com menyajikan berita-berita tentang Gereja Katolik dan hal-hal yang terkait dengannya, baik di Indonesia maupun di belahan dunia lain.

Artikel Terbaru

  • Gereja Katolik Dorong Solidaritas Nasional untuk Membantu Pengungsi di Indonesia
  • Tujuh Kutipan Kitab Suci yang Menarik untuk Momen Pernikahan Anda

Ikuti Kami

Facebook Twitter Instagram

Tentang Kami

  • Tentang Kami
  • Kirim Tulisan
  • Pedoman Media Siber
  • Iklan dan Partner
  • Kontak

© Katoliknews.com

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Dunia
  • Vatikan
  • Sosok
  • Opini
  • Katekese
  • Inspiratif

© 2020 Katoliknews

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In