Katoliknews.com – Ruang interaksi langsung dengan umat yang kian terbatas selama pandemi COVID-19 mendorong Romo Aloysius Susilo Wijoyo, Pr, mencari cara untuk tetap bisa dekat dengan mereka.
Pandemi memang membawa banyak perubahan, termasuk baginya, di mana pelayanan sakramen yang biasanya rutin dilakukan, mendadak berhenti.
Berada terus di rumah sejak 21 Maret setelah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menerapkan pembatasan sosial berskala besar, Pastor Paroki St. Gabriel Pulogebang, Jakarta Timur ini mengaku sempat merasa bosan.
Namun, karena mengingat umatnya yang pasti mengalami hal serupa, ia terdorong untuk menjangkau mereka.
Dianugerahi bakat di bidang seni musik, Romo Joy – sapaannya – berusaha memaksimalkan hal itu.
Ia memilih mencipta lagu, di mana lewat lirik-liriknya ia mau menemani umat di saat situasi krisis akibat virus ini.
Selama tinggal di wisma pastoran, dalam waktu hampir tiga bulan ini, ia menciptakan 19 lagu baru dan meramu kembali 20 lagu lamanya.
“Ada kegembiraan tersendiri (saat menciptakan lagu-lagu itu), syukur-syukur bisa membuat banyak orang ikut happy,” katanya.
Inspirasi Kitab Suci
Beberapa judul lagunya antara lain Terpujilah Bunda, Bunda Penolong dan Pendoa, Berkati Janji Kami, Santapan Surgawi, Wartakan Damai, dan Kita Sukacita.
Imam yang ditahbiskan pada 15 Agustus 1996 ini mengaku selalu menjadikan Alkitab sebagai sumber inspiras lagu-lagu itu.
Dengan lirik yang bernafaskan iman kristiani, ia menyebut itu menjadi ciri khas dan letak kekuatan lagu-lagunya.
Lewat salah satu lagunya, Saksikanlah, ia juga berusaha merefleksikan pandemi ini dalam cara pandang yang lain, mengajak orang untuk melihat sisi baiknya.
Ia bercerita tentang bagaimana selama pandemi ini manusia bisa melihat “langit yang bersih, burung-burung yang bebas beterbangan melintas awan di angkasa, cuaca yang senyap seketika, yang sudah sejak lama kita tak mengenalnya.”
Bagian lain lagu itu adalah ajakan untuk bersyukur. “Kumandangkan kidung syukur bagi yang Esa dan Kuasa,” karena Ia-lah “yang memberi isi dan arti kehidupan.”
Lagu berdurasi 2 menit 57 detik itu dipublikasikan Romo Joy pada 21 April, saat krisis Covid-19 tengah memuncak di Indonesia.
Ia mengatakan, produksi musik lagu-lagunya yang kini total berjumlah 60 tak semewah penyanyi-penyanyi rohani lainnya.
Suara bariton Romo Joy hanya ditemani bunyi gitar yang cukup mendominasi dan kibor yang lamat-lamat.
Memang, kata dia, kesederhanaan itulah yang mau disodorkan.
“Fokus pendengar jadi tak beranjak dari liriknya,” katanya.
Imam 52 tahun itu mengunggah semua karyanya di kanal YouTube E DJ, yang dikelola seorang umat dan kini sudah memiliki lebih dari 400 subscriber.
Kolaborasi dengan Umat
Di beberapa lagu, Romo Joy berkolaborasi dengan umat.
Selain demi variasi musik, kata dia, hal itu dilakukan agar semakin banyak orang yang sungguh menimba pesan iman yang disampaikannya.
Dalam lagu “Maria Ratu Rosari” yang secara khusus dipersembahkan untuk menghormati Bunda Maria, Romo Joy bernyanyi secara virtual dengan 20 umat.
James Karinda, salah satu umat yang dilibatkan Romo Joy mengaku senang menyanyikan lagu itu.
“Senang sekali bisa menyanyikan lagunya Romo Joy,” katanya.
“Lagu ini sederhana tapi isi ceritanya mampu memberikan kesan sangat mendalam tentang Bunda Maria,” tambah James.
Hal senada juga dirasakan rekannya, Emanuela Haryati.
“Saya termasuk salah satu penggemar lagu-lagu Romo Joy,” katanya.
“Senang sekali saat diajak nyanyi oleh Romo Joy.”
Romo A. Setya Gunawan, Pr, rekan pastor Romo Joy di parokinya mengatakan, musik rohani memang menjadi salah satu hiburan iman umat di tengah krisis saat ini.
Ia pun berharap Romo Joy terus berkarya dan memaksimalkan bakat bermusik yang dianugerahkan Tuhan.
“Lagu-lagu yang diciptakan selalu bernada iman dan bersifat rohani, sungguh dapat membantu umat semakin mencintai Tuhan dan dapat menguatkan iman mereka,” katanya.
“Dalam suasana pandemi ini, lagu-lagunya pasti menjadi penghiburan yang segar bagi kita yang sedang dalam keprihatinan. Kita yakin itu adalah karya Tuhan sendiri,” tambah Romo Setya.
Makin Kreatif
Tidak hanya lewat musik, Romo Joy juga memaksimalkan medium lain untuk menyapa umat, yakni vlog dan pantun, yang kontennya berisi renungan harian sesuai bacaan Kitab Suci.
Ia membuat vlog setiap pagi dan pantun setiap sore yang dibagikan di grup Whats App umat dan di media sosial paroki, termasuk akun Instagram @parokipulogebang.
“Vlog dan pantun bisa mengingatkan umat akan sapaan Tuhan setiap hari. Harapannya kerinduan umat terobati dengan vlog dan pantun walau di rumah saja,” harapnya.
Selain itu, karena tidak semua umat juga hanya butuh hiburan rohani, tetapi juga bantuan langsung untuk mereka yang terimbas pandemi, ia menggerakkan tim di paroki memberi donasi kepada warga terdampak.
Melalui Panitia Tanggap Darurat COVID-19, parokinya sudah membagikan paket sembako serta hand sanitizer, masker dan vitamin.
Pembagiannya dilakukan setidaknya lima kali sejak April-Mei, dengan total 2.205 paket sembako.
Berbagai langkah itu, bagi Romo Joy, adalah upaya untuk tetap bisa berbuat hal positif bagi sesama, di tengah situasi krisis yang dampaknya dirasakan semua.
Ia mengaku pandemi ini justeru membawa ia pada sisi lain dari karya pelayanannya; ia diuji untuk bisa mengelaborasi berbagai model pelayanan dan pewartaan yang kreatif.
Ia pun menyebut waktu yang lebih banyak di rumah adalah sebagai “sebuah rahmat.”
Dengan berada di rumah, Romo Joy yang sudah 24 menjadi imam ini merasa terdorong untuk memaksimalkan bakatnya bernyanyi, agar bisa membawa berkat bagi banyak orang.
Laporan Deny Kus Indarto
Komentar