Katoliknews.com – Tidak pernah ada dalam benak Stefani Leoni sebelumnya bahwa suatu saat ia akan membaca ensiklik Laudato Si.
Mengaku tidak suka membaca, gadis 23 tahun ini mengatakan memutuskan membuka lembar demi lembar dokumen itu secara kebetulan saat membaca informasi soal lomba cipta lagu untuk Orang Muda Katolik (OMK) se-Keuskupan Agung Jakarta.
Lomba itu bertujuan mengajak OMK untuk peduli terhadap alam sekitar dengan menggunakan media bermusik.
Lomba yang diluncurkan 13 Mei itu digelar untuk menyambut Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada 5 Juni. Karena itu, lagu yang diciptakan harus menyuarakan pesan utama Laudato Si, ensiklik Paus Fransiskus yang berbicara tentang penghargaan terhadap bumi sebagai rumah bersama.
Melihat persyaratan untuk lomba itu, di mana lagu yang diciptakan harus bisa mendapat like yang banyak saat diunggah ke Youtube oleh panitia, ia sempat berpikir untuk tidak akan ikut serta karena ragu untuk bisa menang.
Namun, karena merasa cukup banyak waktunya yang kosong selama bekerja dari rumah akibat pandemi COVID-19, ia memutuskan untuk mencoba membuka-buka Laudato Si.
“Kebetulan lagi punya waktu senggang. Baca ensiklik gak ada ruginya,” kata Stefani, OMK asal Gereja Stella Maris Paroki Pluit, Jakarta Utara ini.
Setelah lembar demi lembar dilahap, Stefani rupanya jatuh cinta pada dokumen itu, yang pada 25 Mei lalu genap berusia 5 tahun.
Tanpa terasa, ia mengaku menikmatinya hingga halaman ke-40 dari total 151 halaman dokumen itu.
BACA JUGA: Vatikan: Ulang Tahun Kelima ‘Laudato Si’ Diperingati Sepanjang 24 Mei 2020-24 Mei 2021
Stefani mengatakan itu adalah pengalaman pertama bisa membaca selama dan sebanyak itu. Sebelumnya, katanya, untuk dokumen seperti itu, ia hanya mampu membaca maksimal tiga halaman.
Stefani pun mengaku tergugah dengan pesan-pesan moral dalam Laudato Si.
Lantas, ia yang awalnya tidak tertarik untuk mengikuti lomba, memantapkan tekad untuk berpartisipasi.
“Saya tersentuh, jadi tersadar kalau bumi ini segini parah,” katanya.
Ia mengatakan, dirinya bukan orang yang terlalu peduli dengan masalah lingkungan.
“Tapi habis baca ensiklik ini kok tergerak, rasanya ada sesuatu yang penting dari ensiklik ini yang harus disampaikan ke banyak orang,” jelasnya.
Ibu Juri Pertama
Leoni pun mulai menulis lirik lagunya. Selama semalam suntuk, ia meramu kata-kata yang sesuai.
Setelah merasa lagunya sudah pas, ia meminta pendapat ibunya.
Rupanya, kritikan yang ia peroleh. Ibunya menilai bahwa lagunya kurang menyentuh perasaan.
Mendengar itu, ia mengaku tersinggung dan ngambek.
BACA JUGA: Lewat ‘Doa Rosario Laudato Si’ Umat Katolik Indonesia Diajak Dalami Pesan Ensklik Laudato Si
Stefani mengakui, saat itu ia memang sedang tidak tenang, lantas mulai berdoa untuk menenangkan diri.
Dalam doanya, ia tiba-tiba teringat pesan Bunda Teresa: “Jika Anda rendah hati, tak akan ada yang dapat menyentuh Anda, baik pujian ataupun kritik karena Anda tahu diri Anda sendiri. Jika kita menerima segala-galanya, apa yang kita miliki sesungguhnya?”
Ia tersentak dengan kata-kata orang suci yang dikanonisasi tahun 2016 itu itu.
“Saya pun ingat bahwa pusat dari karya yang saya mau buat ini adalah pesan yang disampaikan Paus Fransiskus melalui ensikliknya,” katanya.
Dengan terlebih dahulu berdoa kepada Roh Kudus untuk memakainya dalam membuat karya itu, Stefani mengaku mengulang seluruh proses dari awal, yang baru rampung dini hari berikutnya.
Setelah dirasa sudah bagus, ia kembali menunjukan hasil karyanya kepada sang Ibu.
“Saya bersyukur pada saat Mama mendengarkan lagu yang baru ini, ia merasa tersentuh dan pesan yang saya tulis tersampaikan dengan baik,” ungkap Stefani.
Ia menjelaskan, lagu berjudul “Karena Allah Hadir” itu berusaha membawa pesan bahwa Allah hadir dalam setiap ciptaan-Nya.
“Jika kita sungguh mengasihi Allah, maka mari kita mengasihi makhluk ciptaan-Nya, karena Ia hadir di dalam mereka,” katanya.
“Mengasihi ini berupa peduli, menjaga habitat, tidak merugikan makhluk lain, tidak merusak, memelihara, menolong dan merawat satu sama lain,” tambah Stefani.
Lagu sudah selesai ditulis, tapi perjuangannya belum usai.
BACA JUGA: Kesalehan Ekologis dan Laudato Si
Stefani hanya memiliki dua hari untuk merekam audio dan video sebelum diserahkan ke panitia.
Ia menyadari bahwa ia bukanlah seorang penyanyi yang memiliki suara bagus.
“Biasanya saya meminta bantuan teman untuk menyanyikan lagu saya, tetapi saya tahu ini adalah lomba cipta lagu bukan lomba menyanyi,” kata Stefani yang sejak usia 7 tahun sudah mempelajari piano dan usia 15 tahun belajar biola.
Ia pun kembali berdoa sebelum proses rekaman berjalan, di mana ia memohon kepada Tuhan agar mengirimkan malaikat untuk membantu dan menemaninya.
Ia hanya berpikir agar nyanyian dan lagu yang ia buat ini dapat menyenangkan hati Tuhan.
“Selama proses rekaman, saya merasa merinding. Kerennya saya tidak pernah bisa bernyanyi dengan teknik vibrato, tetapi pada saat saya menyanyikan lagu ini semua seperti mudah sekali,” cerita Stefani.
Usai proses perekaman, ia segera mengirimnya ke panitia.
Jadi Pemenang
Usaha keras dan langkah Stefani mengandalkan Tuhan memang akhirnya berbuah manis.
Dari 34 peserta lomba yang diinisiasi Pertemuan Mitra Kategorial (PEMIKAT) KAJ dan Gerakan Orang Muda Peduli Sampah dan Lingkungan Hidup (GROPESH) KAJ itu, ia keluar sebagai pemenang.
Trio dewan juri – Romo Andang L Binawan, SJ; Romo A. Susilo Wijoyo, Pr, dan Reynaldo Antoni Haryanto, Pr – mantap memilih karyanya sebagai yang terbaik saat pengumuman pada 5 Juni disiarkan langsung di kanal YouTube Hidup TV.
Karya Stefani sudah diunggah ke akun YouTube panitia Laudato Si KAJ dan kini sudah ditonton lebih dari 9,5 ribu kali dan disukai 2.6 ribu kali.
Ini lagu karya Stefani Leoni yang sudah diunggah di YouTube pada 24 Mei 2020.
Dari rangkaian proses yang dilalui Stefani yang saat ini bekerja di bidang audio pasca produksi, termasuk membuat musik atau efek suara untuk film, iklan, atau serial TV dan pada akhir pekan ia bekerja sebagai violinis untuk berbagai jenis acara mengaku merasakan tuntunan Tuhan.
“Saya menerima segala-galanya dari Dia, bahkan sikap saya pun Ia proses menjadi lebih baik,” katanya, menyinggung bagaimana Tuhan membantunya bangkit hingga akhirnya bisa menghasilkan karya yang maksimal.
“Saya sangat bersyukur,” aku Stefani dengan mata berbinar.
Laporan Demas Putra Oktora
Komentar