Katoliknews.com – Puluhan tahun umat Stasi Pesi, Paroki St Damian Bea Muring, Keuskupan Ruteng menjalankan ibadah di Gedung Sekolah Dasar Katolik di kampung mereka.
Rindu memiliki gedung kapel, mereka pun merintis upaya swadaya.
Pawal 2018, bertempat di rumah Ketua Kelompok Basis Gereja (KBG), para tokoh masyarakat di kampung itu mengadakan rapat membahas hal itu.
Blasius Edon, Ketua Panitia Pembangunan Kapel ini mengatakan, dalam pertemuan itu mereka bersepakat untuk melakukan pertemuan lebih lanjut bersama seluruh umat.
Pertemuan bersama yang dilaksanakan di rumah adat atau Mbaru Gendang itu akhirnya sampai pada keputusan bahwa setiap kepala keluarga mengumpulkan dana sebesar Rp 500 ribu.
Selain itu, setiap keluarga bersedia untuk swadaya tenaga dan bahan lokal seperti kayu, batu dan lainnya.
“Dalam pertemuan itu, umat juga sepakat mengumpulkan dana lagi, apabila dana dana tahap awal selesai digunakan,” kata Blasius.
“Mereka kumpul uang itu dengan senang hati, karena pada dasarnya ada kerinduan umat untuk beribadah di gereja,” lanjutnya.
Pada Agustus 2018, kegiatan pengumpulan dana awal mulai dilakukan dan 100 persen berhasil dikumpulkan.
Total dana terkumpul adalah Rp 50 juta, yang berasal dari 100 kepala keluarga.
Proses pembangunan pun mulai dilakukan.
“Awalnya, kami hanya sewa satu orang tukang. Semua umat bekerja gotong-royong untuk bantu tukang, seperti campur semen, angkat campuran semen dan pekerjaan lainnya,” ujarnya.
Ia mengatakan, kerja gotong-royong adalah budaya masyarakat di kampung mereka.
Dalam sepekan, setiap umat mendapat jatah bekerja membantu pembangunan kapel itu dua hari.
“Tujuannya, supaya pembangunan kapel cepat selesai dan menghemat biaya sewa tukang, apalagi kami bayar tukang itu per hari,” ungkapnya.
Pastor paroki Bea Muring, Romo Marsel Hasan, Pr, mengatakan, melihat semangat swadaya dari umat tersebut ia berinisiatif untuk mencari donatur untuk meringankan beban dana.
“Pada Juni 2019, kami berhasil mendatangkan donatur dari Jakarta yaitu Yayasan Vinea Dei,” katanya kepada Katoliknews.com.

Yayasan Vine Dei yang dirintis sejumlah awam Katolik di Jakarta merupakan lembaga yang banyak membantu pembangunan gereja di pelosok, dengan dana yang digalang dari ribuan donatur.
Berdasarkan hasil kunjungan perwakilan Yayasan Vinea Dei, kata Romo Marsel, pihak Yayasan menyatakan bersedia.
“Namun, biaya makan dan minum tukang tetap menjadi tanggung jawab umat serta swadaya tenaga,” katanya.
Adanya bantuan dari donatur ini, kata Romo Marsel, membuat seluruh umat semakin semangat untuk menyelesaikan proses pembangunan.
Ia menambahkan, setelah dihitung total biaya, umat masih kembali mengumpulkan dana sebesar Rp 800 ribu per kepala keluarga.
“Total swadaya tunai sebesar Rp. 1.300.000, tidak terhitung sawadaya tenaga, bahan-bahan lokal seperti kayu stelen dan batu serta swadaya makan minum untuk tukang,” ujarnya.
Ia menambahkan, perlengkapan lain panti imam seperti altar, ambo, mimbar bacaan, kursi telah disumbangkan oleh seorang ibu donatur dari Jakarta.
Blasius mengatakan, dari Yayaan Vinea Dei, total sumbangan adalah Rp 300 juta,
Rencananya, kata dia, proses pembangunan selesai pada April 2020. Namun, target itu gagal karena pandemi COVID-19.

“Selama pandemi COVID-19 ini, pengerjaan tetap dilakukan, tapi umat yang terlibat kami batasi jumlahnya sehingga selesainya agak terlambat” ujarnya.
Hingga kini, pembangunan kapel itu sudah mencapai sekitar 85 persen.
“Semoga pada Natal tahun ini sudah bisa dipakai,” tutupnya.
Anand Putra
Komentar