Katoliknews.com – Sanggar Prathivi dan The Jakarta Consulting Group (JCG) meluncurkan Sinergio TV di Jakarta, media Katolik berbasis digital yang menjadikan manajemen bela negara sebagai salah satu produk unggulan.
Dalam acara peluncuran pada Sabtu, 4 Juli 2020, Direktur Sanggar Prathivi, Romo Robertus Bambang Rudianto, SJ menjelaskan, Sinergio TV pertama-tama sebagai wadah kolaborasi.
Hal itu, jelasnya, sesuai dengan makna yang terkandung dalam kata sinergi – berasal dari kata Yunani synergos yang berarti bekerja bersama-sama -, sebuah ajakan untuk bersama-sama membangun negeri.
“Produk konten media ini sifatnya kolaboratif. Ada tema-tema katolik, selain soal umum seperti manajemen bela negara yang akan jadi program unggulan,” katanya.
Ia menjelaskan, hal itu sejalan dengan spirit awal berdirinya Sanggar Prathivi sebagai studio yang bergerak di bidang pelayanan sosial kebangsaan.
Selain manajemen bela negara, di tahap awal Sinergio TV akan menayangkan via kanal resmi Youtube-nya, program Servant Leadership, Quality Ageing, Christian Leadership, Manajemen Paroki, Agribisnis, Confucianism dan Tourism Management.
AB Susanto, pendiri JCG mengatakan, tema-tema itu terlihat beragam, tetapi ada nilai-nilai Katolik yang akan disampaikan dalam setiap produk konten.
Konsep itulah, kata dia, “yang menjadikan media ini khas, berbeda dan diharapkan jadi alternatif unggulan.”
“Itulah kenapa studio utama media ini berada di Sanggar Prathivi, milik Serikat Jesuit Indonesia. Ini pesan kuat bahwa semua produk konten yang dihasilkan Sinergio TV akan selalu berlandaskan nilai-nilai Katolik,” ungkap Guru Besar Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta itu.
Softlaunching Studio Sinergio TV dilakukan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate.
Menteri beragama Katolik asal Flores ini mengapresiasi terobosan media Katolik dan akan selalu mendorong “digitalisasi penyiaran untuk menjaga koeksistensi industri penyiaran di Indonesia.”
“Siaran streaming melalui platform digital seperti yang dilakukan Sinergio TV adalah hasil dari proses disrupsi dan informasi teknologi,” katanya.
“Ini patut disyukuri, tetapi tetap waspada karena banyak konten digital ilegal yang sulit dipertanggungjawabkan,” katanya, sambil menambahkan bahwa media-media Katolik perlu melahirkan konten-konten berbobot yang dibutuhkan masyarakat.
Manajemen Bela Negara
Saat ini Indonesia dihadapkan pada dilema bangsa di mana tuntutan dalam bela negara dari berbagai perspektif mengemuka.
Lantas, konsep bela negara seperti apa yang sebenarnya perlu dilakukan?
“Sinergio TV akan menjawab itu dengan memperkenalkan konsep bela negara yang holistik, tidak disempitkan pada urusan pertahanan militer,” kata Susanto.
Menurut Doktor Ilmu Manajemen dan Bisnis ini, yang mendesak dilakukan saat ini adalah bela negara dari segi kedaulatan ekonomi.
Di tengah gempuran globalisasi yang kian menggila, jelasnya, sistem ekonomi Indonesia berada di ujung tanduk, di mana kemiskinan, pengangguran dan kesejangan sosial adalah masalah serius yang butuh kerja sama semua pihak dalam upaya mencari jalan keluar.
“Saya pikir masalah itu jugalah yang selalu menjadi keprihatinan serius Gereja hingga saat ini,” ungkapnya, sambil menambahkan bahwa keprihatinan itu sudah saatnya didengar oleh para pengusaha.
Ia mengatakan, setidaknya dibutuhkan 2 persen pengusaha dari total penduduk agar Indonesia dapat mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi, sementara saat ini Indonesia hanya memiliki 1.4 persen pengusaha dan mayoritas mengelola bisnis keluarga.
Untuk konteks Indonesia, bisnis keluarga sudah menjadi penggerak utama perekonomian nasional.
Dan menurut Susanto, bela negara dan bisnis keluarga memiliki kaitan yang erat, di mana dengan ekonomi yang kuat, negara dapat membeli alutsista untuk memperkuat pertahanannya.
Peran inilah, kata dia, yang diisi oleh bisnis keluarga, yang di seluruh dunia telah terbukti menjadi motor penggerak ekonomi dan penyumbang penciptaan lapangan kerja.
“Beberapa perusahaan keluarga sudah sadar mengenai pentingnya bela negara.
Namun banyak yang belum mengetahui keterkaitan antara pekerjaan yang dilakukan dengan rasa cinta terhadap bangsa untuk mendapatkan fungsi bela negara,” jelasnya.
Untuk itu, tambah Sausanto, perlu ada sosialisasi yang luas mengenai konsep dan manajemen bela negara.
”Sinergio TV akan mengambil peran itu,” katanya.
Setelah acara launching ini, juga diadakan seminar via zoom tentang “Membeda Mitos Kepemimpinan.”
Selain AB Susanto, ada tiga pembicara lain seminar itu, yakni Menteri Pertahanan Indonesia periode 2009-2014, Purnomo Yusgiantoro; Ketua Pembina Yayasan Tarumanegara, Indra Gunawan Masman dan Romo Andang L. Binawan SJ.
Alexander AN
Komentar