Katoliknews.com – Sebanyak 20 orang calon imam Serikat Sabda Allah atau SVD menerima tahbisan diakon di Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, Flores pada Minggu, 26 Juli 2020.
Misa tahbisan itu dipimpin oleh Uskup Maumere Mgr. Ewaldus M. Sedu, Pr, dan didampingi Provinsial SVD Ende, P. Lukas Djua, SVD dan Rektor Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, P. Frans Cheunfin, SVD.
Pihak Seminari memutuskan bahwa perayaan tahbisan ini tidak dibuka untuk umum karena situasi COVID-19, di mana yang dapat hadir hanya anggota komunitas Seminari dan tim medis.
Perayaan tahbisan ini juga dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan, di mana Uskup, imam konselebran, dan setiap orang yang hadir wajib mengenakan masker, mencuci tangan, mengukur suhu tubuh, dan menjaga jarak.
Mgr. Ewaldus dalam amanatnya kepada para diakon mengatakan bahwa tahbisan diakon bukanlah sekadar seremoni liturgis.
Rahmat tahbisan diakon, kata dia, menjadi kesempatan untuk pembaruan komitmen pelayanan dan kesaksian hidup nyata setiap hari.
“Tahbisan diakon bukan merupakan sebuah prestasi apalagi prestise seperti yang dialami oleh Salomo yang memiliki masa lalu yang serba mewah dan hidup dalam kemapanan, serta Paulus yang memiliki masa lalu yang hebat dan hidup dalam kegembiraan duniawi,” kata Mgr. Ewaldus, seperti dikutip Seminariledalero.org.
Sebaliknya, lanjut dia, “menjadi diakon berarti menyadarkan kita akan makna dan karakter manusiawi kita untuk berani memulai sebuah karya pelayanan dengan penuh cinta, meski mengorbankan segala kemapanan dan kenyamanan duniawi kita.”
Untuk mencapai hal itu, menurut uskup, ada tiga hal pokok yang harus dilakukan oleh para diakon, yakni belajar mengosongkan diri, belajar mendengarkan bisikan Allah dan bertolaklah ke tempat yang dalam.
Mgr. Ewaldus mengatakan, kaum tertahbis perlu belajar mengosongkan diri dari segala kemewahan dan kehebatan dunia dengan segala kenikmatannya.
“Kita perlu menjadi Gereja yang sederhana, tulus, dan berani memohon maaf untuk keangkuhan hidup kita yang kerap kali menjadikan prestasi dan nama besar sebagai target,” katanya.
Gelar, jabatan, dan status, lanjutnya, bisa menjadi “jebakan iblis” yang membuat kita jadi sombong.
“Belajarlah untuk mendengarkan bisikan Allah yang hadir dalam keheningan kontemplasi, meski dalam situasi bising apa pun,” ujarnya.
Menurut Uskup Ewaldus, seorang putra SVD sejati hendaknya menjadi inspirasi keheningan Sabda Allah dalam setiap perjalanan tugas imamat kelak.
“Karena itu, jangan pernah menyusahkan Kongregasi dengan tabiat-tabiat pribadi yang melenceng,” katanya.
Mengajak para diakon “bertolaklah ke tempat yang dalam yakni menjadi rasul di tengah pergolakan zaman yang kian maju,” kata dia, “pada saatnya akan Anda tampil dan maju ke depan altar suci dan membawa altar suci lebih dekat ke dalam komunitas dan pastoral pelayananmu.”
“Ingat, tidak boleh membangun sekat-sekat kompetisi dan persaingan yang tidak sehat,” katanya.
Sementara menurut P. Lukas Djua, “diakonat bukan sekadar tahap menjelang tahbisan Imam.”
Kata diakonia, jelasnya, “mengingatkan kita semua bahwa klerus itu bukan soal jabatan, melainkan tentang pelayanan.”
“Oleh karena itu, meski di tengah wabah COVID-19, praktik diakonat tetap dijalankan,” katanya.
Dua orang diakon baru, Iwan Agung, SVD dan Dede Beo, SVD menyampaikan ungkapan hati mereka usai menerima rahmat tahbisan itu.
Diakon Iwan mengatakan bahwa sebagian besar perasaannya diliputi rasa bahagia, namun ia juga sedih karena momen berahmat itu terjadi justru pada saat dunia sedang dilanda wabah COVID-19, di mana perayaan tahbisan dilakukan secara tertutup dan tidak bisa dihadiri oleh orang tua, keluarga, sahabat dan kenalan.
Sementara, Diakon Dede mengakui bahwa rahmat tahbisan yang ia terima bukan semata-mata berkat bagi dirinya sendiri, melainkan bagi semua orang, khususnya bagi mereka yang menjadi korban COVID-19 dan mereka yang berjuang menghadapi situasi sulit di masa pandemi ini.
Kedua puluh diakon yang menerima tahbisan itu akan menjalankan praktik diakonat mereka di tiga wilayah keuskupan di Flores, yakni 8 diakon di wilayah Keuskupan Agung Ende, 5 diakon di wilayah Keuskupan Maumere, dan 7 diakon di wilayah Keuskupan Larantuka.
Anand Putra
Komentar