Katoliknews.com – Di tengah pandemi Covid-19, keluarga besar Seminari St. Yohanes Paulus (SEMYOPAL) II Labuan Bajo tetap merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) yang ke-33 Seminari dan HUT ke-5 SMAK Seminari pada Selasa, 25 Agustus 2020 lalu. Dalam pelaksanaannya, mereka tetap memperhatikan protokol kesehatan dan arahan new normal.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang ditandai dengan gegap gempita dan aneka perlombaan menyambut hari istimewa itu, tahun ini dirayakan secara sederhana. Sebagian besar siswa/i Seminari dan SMAK Seminari tidak hadir karena dirumahkan kembali setelah mereka datang pada awal tahun ajaran baru. Sementara yang terlibat hanya para seminaris dan orang tua seminaris yang berdomisili di sekitar Kota Labuan Bajo.
Petrus Ekoprasetyo Amando, siswa SMAK Seminari mengungkapkan perasaan yang dialaminya saat mengikuti perayaan HUT Semyopal dari rumah. “Rasanya seperti asing, tidak seperti yang sudah – sudah. Hampa sekali. Pokoknya suasana-suasana perayaannya seperti hilang,” kata siswa kelas XI program IPA itu.
Hal yang sama diungkapkan oleh Katarina Rosa Leonida, kelas XII program IPA. “Perasaan saya ketika mengikuti Pesfam dari rumah itu sedih, karena saya tidak menikmati kebersamaan yang biasanya dilakukan saat Pesfam. Apa lagi ada timbul rasa cemburu ketika ada teman yang lain bisa ikut pesfam secara langsung,” katanya.
Sementara itu, Gloria Perdana, siswi kelas XII IPA mengungkapkan Pesfam tahun ini sebagai Pesfam yang unik dan akan selalu dikenang.
“Bagi saya, walaupun dirayakan dari rumah, pesfam yang dilaksanakan kemarin merupakan hari yang dapat mengenang sejarah kebersamaan di sekolah,” ungkap Gloria Perdana.
Ia menambahkan, “Ini merupakan pengalaman yang patut diingat sepanjang sejarah hidup saya. Karena di balik semua ini kita juga dapat meraih pengalaman baru dalam hidup kita.”
Perayaan ulang tahun atau juga sering disebut Pesta Familly (Pesfam) tahun ini dirayakan dalam perayaan Ekaristi dan resepsi ala kadarnya di Ketentang, Labuan Bajo, tempat pembinaan dan pendidikan bagi siswa seminari yang menjalani masa Kelas Persiapan Bawah selama satu tahun.
Perayaan Ekaristi dipimpin oleh RD Didi Mbembo dan didampingi oleh RD Sonny Selatan. Sementara itu, RD Lorens Sopang selaku Praeses dan RD Emil Sarimas selaku Prefek tidak ikut dalam perayaan ini karena sedang menjalani retret para imam Keuskupan Ruteng di Waelengkas, Manggarai, NTT.
Dalam kotbahnya, RD Sonny Selatan mengatakan bahwa perayaan ulang tahun kali ini sebagai perayaan ulang tahun yang unik karena adanya pandemi Covid 19.
Pastor yang bertugas sebagai ekonom seminari itu menekankan pentingnya nilai kesetiaan dan keyakinan bagi para seminaris yang sedang belajar dan para guru serta karyawan dalam berkarya di lembaga tersebut
“Kita perlu selalu yakin bahwa doa St. Yohanes Paulus II tetap menguatkan dan membimbing kita,” katanya.
Semoga, lanjut Romo pembimbing KPB ini, “di usia yang ke-33 Semyopal dan ke-5 SMAK Seminari, bisa mendidik anak yang berkualitas, yang memiliki integritas diri, dan tentunya jujur dalam bertutur dan dalam bertindak.”
Setelah perayaan Ekaristi, para guru, para siswa dan orang tua yang hadir mengikuti acara makan bersama di depan halaman rusun KPB sambil menikmati acara-acara hiburan yang dipersiapkan oleh para guru dan seminaris.
Untuk diketahui, Seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo merupakan salah satu dari dua lembaga pendidikan calon imam (seminari) milik Keuskupan Ruteng, di samping Seminari Pius XII Kisol, Manggarai Timur, Flores, NTT.
Sejak awal, siswa-siswa SEMYOPAL II Labuan Bajo dititipkan di SMAK St. Ignatius Loyola untuk mendapatkan pendidikan formal. Dari pagi hingga siang hari, para seminaris berada di SMAK St. Ignatius Loyola, pendidikan khusus seminari di selenggarakan di asrama seminari pada malam hari.
Namun, sejak diresmikannya SMAK Seminari pada 25 Agustus 2016 lalu, lembaga SEMYOPAL memiliki lembaga pendidikan formal sendiri yang berada di bawah binaan DITJEND BIMAS Katolik, Kementerian Agama Republik Indonesia, bersama 24 sekolah Katolik lain di seluruh Indonesia.
Berdirinya SMAK Seminari juga menjadi babak baru perjalanan sejarah lembaga SEMYOPAL II, yang ditandai dengan penerimaan murid-murid perempuan untuk dididik dan dibina layaknya siswa seminari.
Sama seperti para seminaris, siswi-siswi SMAK seminari ini juga hidup di asrama yang dikelola oleh para suster.
Firstson Kega, OFM
Komentar