Katoliknews.com – Pastor Dr. Bernadinus Herry Priyono SJ mengembuskan napas terakhir di RS Sint Carolus, Jakarta, Senin, 21 Desember 2020, sekitar pukul 11.20 WIB.
“Keluarga besar STF Driyarkara berduka atas berpulannya dosen pengampu ilmu politik, Pater Bernadinus Herry Priyono SJ,” demikian rilis di fanpage Sekolah Tinggi Filsafat Driyarka-STFD.
Pastor kelahiran 31 Mei 1960 itu mengalami serangan jantung. Ia sempat jatuh sekitar pukul 10.05 WIB, kemudian dilarikan ke RS Sint Carolus, Jakarta.
“Beliau (Romo Herry, sapaannya-red) tidak tertolong lagi dan dinyatakankan meninggal oleh dokter,” kata Romo Alexander Koko Siswijayanto SJ, Minister Kolose Canisius, Jakarta-tempat almarhum tinggal.
Kepulangan alumnus London School of Economics and Political Science (LSE) itu, membuat komunitas akademik STF Driyarkara, Jakarta, kehilangan sosok yang mumpuni dalam bidang ilmu sosial dan filsafat politik.
“Hari ini kembali kehilangan seorang dosen, pengampau mata kuliah Ilmu Sosial Dasar, Filsafat Politik, Filsafat Ekonomi, dan lain-lain. Romo Herry, selamat jalan,” kata Pastor Dr. Andre Atawolo OFM, dalam tulisannya di blog pribadinya, Christusmedium.com.
Adapun pada 15 Desember 2020, komunitas akdemik STF Driyarkara juga telah kehilangan seorang dosen yang mumpuni dalam bidang moral kristiani dan ajaran sosial Gereja, yakni Romo Dr. Petrus Canisius Aman OFM.
Romo Andre, yang menjadi rekan kerja Romo Herry selama tiga tahun terakhir di lingkup Pascasarjana STF Driyarkara mengatakan, “Romo Herry seorang yang cerdas, kemampuan analitiknya tinggi, terutama dalam ilmu ekonomi dan sosial.”
Imam Fransiskan itu menambahkan, koleganya dari Serikat Yesus itu juga seorang eksekutor yang andal. Pemikiran dan ide-idenya yang muncul dalam rapat selalu membuka cakrawala baru.
“Dalam rapat bersama, beliau lebih lincah untuk memberikan solusi-solusi praktis ketika peserta lain masih berpikir,” kata Romo Andre.
Romo Herry yang pernah bekerja sebagai peneliti dan Wakil Direktur Istitut Sosial Jakarta (ISJ) yang aktif mendampingi kaum miskin kota dan melakukan pembelaan terhadap hak-hak dasar masyarakat, juga selalu memberikan pesan dan motivasi yang bernas bagi mahasiswa, terutama dalam bimbingan akademik dan bimbingan tesis atau skripsi.
“Bukan hanya tentang urusan kuliah, tetapi lebih-lebih tentang pandangan hidup, ia mau membuka kesadaran mereka (mahsiswa-red) tentang jalan hidup yang baik dan benar,” kata Romo Andre.
Romo Herry, terang Romo Andre, juga selalu mengajak mahasiswa STF Driyarakara untuk berbangga memiliki STF; berbangga boleh menimba ilmu Filsafat.
Tidak hanya dengan mahasiswa, tetapi juga dengan sesama kolega dosen dan para staf di Sekretariat Driyarkara.
“Masih teringat kata-kata beliau di akhir rapat formal atau obrolan di group WA kami: take good care! Kepada kedua rekan kami di sekretariat, ia tak bosan mengingatkan untuk menjaga kesehatan. ‘We love you’, begitu kata-kata beliau mengingatkan dan meneguhkan mereka,” cerita Romo Andre.
Sebagaimana diketahui, Romo Herry yang selama ini mengemban jabatan Ketua Pascasarjana STF Driyarakara telah mengabdi hingga akhir hayatnya untuk perkembangan komunitas akdemik STF Driyarkara, yang terletak di Jembatan Serong, Cempaka Putih Indah, Jakarta Pusat.
Ia membagi gagasan-gagasannya di berbagai jurnal nasional dan internasional, seminar nasional dan internasional, opini populer di media nasional dan internasional, dan buku-buku.
Salah satu mahakarya yang teranyar adalah buku Filsafat Antikorupsi, dengan judul “Korupsi: Melacak Arti, Menyimak Impilikasi”. Buku setebal 600-an halaman itu menjadi pegangan baik akademisi maupun aktivis antikorupsi di Tanah Air.
Ian Saf
Komentar