Katoliknnews.com – Sebuah cuplikan video ceramah seorang ustad yang menyinggung tentang orang Katolik viral beberapa hari terakhir.
Dalam video itu, ia menyebut bahwa orang-orang Katolik tidak langsung menyembah Tuhan, tetapi menyembah melalu perantaraan Santo Domingo.
“Cara menyembah orang-orang Katolik sampai sekarang itu gak langsung menyembah Tuhannya, lewat perantara,” demikian kata Ustad Adi Hidayat itu.
“Jadi kalau mau ditebus dosanya datang ke Bapak, minta pengakuan dosa dan sebagainya, disebut dengan Santo Domingo,” tambahnya.
Ia pun mengaitkan Santo Domingo itu dengan Hari Minggu. “Lisan orang kita senang menyingkat, Santo Dominggo, Dominggo menjadi Minggu sampai hari ini. Minggu itu tidak adak pak bu, itu bukan bahasa Indonesia asli. Dulu Ahad, semua mengatakan Ahad,” katanya.
Video itu rupanya sudah lama, yang versi aslinya diunggah ke Youtube pada 2016, dengan judul “Mengejutkan, Ternyata ini Asal Usul Penyebutan Hari Minggu.”
Merespon pernyataan ustad itu, beragam tanggapan munculnya. Salah satunya adalah oleh seorang imam, Pastor Postinus Gulo OSC, memberi uraian via cuitan di Twitter.
Berikut adalah cuitan imam tersebut:
- Setelah mendengar ceramah Bapak AH ini, maka muncul pertanyaan lain: apakah benar kata Minggu dari Santo Domingo? Mari kita ikut pelan-pelan pembahasan berikut. Kita perlu meluruskan informasi yang tidak benar.
- Dlm ceramahnya, Bpk AH mengatakan: “..orang-orang Katolik, tidak langsung menyembah Tuhannya, tapi lewat perantara..yaitu Santo Domingo .. kalau berangkat ke Gereja, utk menyembah Santo Domingo. Orang suka menyingkat, Santo Domingo mjd Minggu”. Ini jelas, SALAH, TIDAK BENAR!
- Dlm tradisi Kristiani, Minggu disebut dominica (Bhs. Latin) atau doménica (Bhs. Italia), yg berarti Hari Tuhan. Kata ini dlm bahasa Portugis disebut Domingo (jika dibaca terdengar seperti Dominggo), yg dlm bahasa Latin disebut dies Dominicus atau Dies Domini (Hari Tuhan kita).
- Tahukah Anda bahwa Santo Domingo itu rupanya nama ibu kota dan kota terbesar di Republik Dominika dan wilayah metropolitan terbesar di Karibia menurut jumlah penduduk. Nama asli kota ini: La Nueva Isabela, dinamai oleh Bartholomew Columbus.
- Pada tahun 1495 nama kota La Nueva Isabela diubah menjadi “Santo Domingo”, untuk menghormati Santo Dominikus, seorang imam Katolik yang kemudian menjadi pendiri Ordo Dominikan, yang lebih dikenal dengan nama: Ordo Praedicatorum (O.P) atau Ordo Pewarta/Pengkhotbah.
- Santo Dominikus (sering dipanggil juga Dominic de Guzmán atau Domingo Félix de Guzmán) hidup dalam kurun waktu 8 August 1170 – 6 August 1221. Pada zaman Santo Dominikus, umat Kristiani jelas sudah punya tradisi merayakan liturgi pada hari Minggu.
- Mari kembali ke pembahasan: benarkah orang Kristiani pergi ke Gereja pada hari Minggu untuk menyembah Santo Domingo? Jawabnya: TIDAK BENAR. Mengapa Hari Minggu menjadi hari yang sangat penting bagi umat Kristiani? Mengapa perayaan liturgis hari Minggu menjadi sangat penting?
- Salah satu jawabannya bisa kita temukan dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK) no. 2174 : “Bagi warga Kristen, hari Minggu telah menjadi hari segala hari, pesta segala pesta, “hari Tuhan” [he kyriake hemera, dies dominica], “hari Minggu”.
- “Pada hari Minggu kami semua berkumpul, karena itulah hari pertama, padanya Allah telah menarik zat perdana dari kegelapan dan telah menciptakan dunia, dan karena Yesus Kristus. Penebus kita telah bangkit dari antara orang mati pada hari ini” (Yustinus, apol. 1,67).
- Santo Yohanes Paulus II mengajarkan: “..hari Minggu adalah hari di atas semua hari yang lain, yang memanggil umat Kristen untuk mengingat keselamatan yang diberikan kepada mereka dalam Baptisan dan yang telah membuat mereka baru di dalam Kristus..” (Dies Domini, no. 25).
- Dalam KGK 2176, Gereja mengajarkan: “Perayaan hari Minggu berpegang pada peraturan moral, yg dari kodratnya telah ditulis dalam hati manusia: memberikan kepada Allah “satu penghormatan yang tampak, yang resmi dan yang teratur sebagai peringatan akan perbuatan baik dan umum,..
- ….yang menyangkut semua manusia” (Tomas Aquinas, Summa Theologiae. 2-2,122,4). Perayaan hari Minggu memenuhi perintah yang berlaku dalam Perjanjian Lama, yang mengambil irama dan artinya di dalam perayaan setiap minggu akan Pencipta dan Penebus umat-Nya”.
- Minggu merupakan HARI PERTAMA DALAM SATU PEKAN, yang menurut Kitab Suci merupakan hari Kebangkitan Yesus yg menjadi pusat dan inti Misteri iman Kristiani.
- Dalam Injil Matius 28:1; Mrk 16:2; Luk 24:1; Yoh 20:1, disabdakan bahwa Yesus bangkit dari kematian pada HARI PERTAMA MINGGU (bdk. KGK no. 2174).
- Dalam Injil Matius 28: 1 disabdakan: “Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada HARI PERTAMA MINGGU itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu”. Ini peristiwa saat Yesus bangkit dari antara orang mati!
- Injil Markus 16: 2 mengisahkan hal yang sama: “Dan pagi-pagi benar pada HARI PERTAMA MINGGU itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur”.
- Begitu pula Yoh 20: 1 mengisahkan demikian: “Pada HARI PERTAMA MINGGU itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur”.
- Pada HARI PERTAMA MINGGU, Yesus menampakkan diri kepada dua orang murid di Emaus dan memecah-mecahkan roti (Luk 24:13-36). Pada Hari Pertama Minggu juga Yesus menampakkan diri kepada para murid (Yoh 20:19).
- Jadi, Hari Minggu terkait erat dengan Yesus Kristus. Maka, Hari Minggu disebut juga Hari Tuhan.
- Para Rasul kemudian melestarikan perayaan kenangan akan Yesus Kristus pada HARI PERTAMA MINGGU. Hal ini ditulis dlm Kitab Kisah para Rasul 20: 7: “Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul utk memecah-mecahkan roti….”
- Pelestarian hari Minggu juga tampak alam 1 Kor 16: 2: “Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing – sesuai dengan apa yang kamu peroleh – menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang”.
- Umat Kristiani datang ke Gereja dengan berbagai tujuan. Tidak juga selalu hanya pada hari Minggu. Ada yang pergi ke Gereja untuk berdoa, bermeditasi, menenangkan diri.
- Sebelum pandemi Covid-19, banyak kelompok Doa (Legio Maria, Taize, Karismatik, Kerahiman Ilahi, dll) berkumpul di Gereja untuk berdoa.
- Ada juga yang pergi ke Gereja oleh karena ikut perayaan Ekaristi, yang merupakan sumber dan pucak (fons et culmen) seluruh kehidupan Kristiani serta rangkuman iman Katolik.
- Dalam KHK Kanon 897 & Ensiklik Redemptoris Hominis (dari Paus Yohanes Paulus II), Tuhan Yesus sendiri hadir dalam Ekaristi, mempersembahkan diri sebagai Makanan Rohani yang menjadi jaminan keselamatan kekal.
- Ajaran Gereja dalam KGK Kan 897 dan Redemptoris Hominis ini punya landasannya dalam Injil Yoh 6: 4 8-59, di mana Yesus mengatakan: Aku adalah Roti kehidupan”.
- Semoga dgn paparan ini, kita semakin memahami makna di balik peribadatan pada Hari Minggu. 1 Yoh 4: 1: “janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia”.
Sementara itu, imam lain Pastor Jufri Kano, CICM dalam ulasannya di Jalapress.com, ikut memberi tanggapan yang lengkap terhadap pernyataan-peernyataan Ustad Adi.
Terkait hari Minggu, imam itu menyatakan, kata itu diambil dari bahasa Portugis, Domingo (dari bahasa Latin Dies Dominicus) yang berarti Hari Tuhan Kita.
Kata itu, jelas dia, sudah digunakan jauh sebelum Santo Domingo lahir. Santo Domingo atau Santo Dominikus lahir pada tahun 1170 di Caluruega, Spanyol. Ia meninggal dunia di kota Bologna pada 6 Agustus 1221, karena penyakit keras; dan digelari Santo pada tahun 1234 oleh Paus Gregorius IX.
Pastor Jufri menjelaskan, kemungkinan besar, seperti halnya kata ‘Gereja’ yang berasal dari kata igreja dibawa ke Indonesia oleh para misionaris Portugis, demikian juga kata Minggu yang berasal dari kata Domingo dibawa ke Indonesia oleh para misionaris Portugis,” jelasnya.
“Sampai di sini menjadi jelas bahwa si pendakwah dalam video viralnya itu sebenarnya tidak tahu apa yang sedang dibahasnya,” tulisnya.
“Karena itu, saran saya, alangkah lebih baik para tokoh agama, apapun agamanya, cukup membahas inti agamanya sendiri saja supaya umatnya paham agamanya, tanpa perlu ‘melompat pagar’ dan mencoba-coba menerka ajaran agama tetangga,” tambahnya.
Baca ulasan lengkap Pastor Jufri di sini: Umat Katolik Tidak Pernah Menyembah Santo Domingo: Tanggapan terhadap Kajian Ustad Adi Hidayat
Komentar