Katoliknews.com — Kita, umat katolik, di Indonesia menetapkan bulan September sebagai Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN). Kita mengkhususkan bulan ini sebagai bulan di mana kita diajak untuk semakin akrab dengan Kitab Suci, Sang Pelita dan Terang bagi jalan dan kaki kita (baca: Mazmur 119:105).
Kini, tanpa terasa kita sudah memasuki masa pertengahan dan menuju akhir dari bulan penuh rahmat ini. Banyak kegiatan yang sudah dibuat untuk mengisi bulan Kitab Suci ini. Ada kegiatan pendalaman Kitab Suci, sharing, lomba baca Kitab Suci, kuis Kitab Suci, dll., dilakukan berbagai tempat di Tanah Air.
Di level sekolah, seperti di Kampus St. Ursula Ende, tempat penulis mengabdi, juga diadakan banyak kegiatan yang berhubungan dengan Kitab Suci. Misalnya, membaca kitab Suci secara bersama di pagi hari, perlombaan story telling kisah dari Kitab Suci, dan lomba dramatisasi Kitab Suci.
Semua kegiatan tersebut bermaksud mengakrabkan isi Kitab Suci dengan kehidupan kita, sehingga hidup kita sungguh-sungguh dituntun oleh terang firman Tuhan. Selain itu, dengan kegiatan-kegiatan ini, orang bisa memupuk kebersamaan dan kegembiraan di dalam perlombaan-perlombaan yang dilakukan. Di sini, Kitab Suci sebagai Kabar Gembira justru sungguh terasa.
Namun, di samping berbagai kegiatan itu, Bulan Kitab Suci tahun ini berada di dalam situasi khusus.Tidak seperti di tahun-tahun sebelumnya, tahun ini berjalan bersama situasi pandemi Covid 19. Hal ini yang menjadikan pengalaman sukacita dari Kitab Suci mesti beriringan dengan fakta bahwa kita juga mesti menghadapi banyak pengalaman yang menyulitkan dan bahkan situasi kedukaan.
Dalam situasi ini, ada banyak saudara kita yang mesti dipotong gajinya atau di-PHK. Ada juga anak-anak yang tidak bersekolah dan juga mengalami kesulitan bersekolah secara daring karena keterbatasan fasilitas. Atau, ada saudara-saudari kita yang mesti meninggal dunia akibat virus ganas ini, mulai dari kaum awam, biarawan, dan para imam.
Kendati demikian, sebenarnya ada hal-hal dari Kitab Suci yang bisa membantu kita sebagai umat katolik. Di sini, kita diajak melalui Kitab Suci melihat, berpikir, dan berefleksi tentang beberapa hal.
Pertama, kita mengingat ajakan duc in altum dari Yesus (Luk. 5:4). Seperti pada perikop Kitab Suci pada pembukaan bulan September ini, di mana Yesus mengajak para murid-Nya untuk bertolak ke tempat yang lebih dalam. Tuhan mengajak kita sebagai orang Katolik untuk melihat situasi pandemi ini tidak hanya dipermukaan, tetapi kita baiknya bisa melihat secara lebih mendalam.
Artinya, kita bukan hanya melihat situasi ini sebagai kesulitan dan membuat kita pasrah. Tidak hanya terus berkeluh kesah atau menyalahkan berbagai pihak dan juga curhat di medsos tentang penderitaan hidup. Sebaliknya, kita mengubah cara berpikir kita bahwa situasi pandemi sebagai tantangan.
Tantangan ini yang mesti membuat orang bisa berpikir dan berefleksi lebih jauh, bahwa manusia mesti lebih kuat, kompak untuk bekerja sama mengatasi setiap kesulitan dan ancaman maut dari pandemi. Hal itu bisa berarti bahwa kerja sama dan toleransi antara kita sebagai umat Katolik ataupun dengan saudara-saudari kita beragama lain mesti terus dipupuk.
Gerakan untuk melawan Covid-19 dan menciptakan dunia yang lebih baik merupakan tanggung jawab semua pihak. Hal ini senada dengan pandangan Hans Küng (2004), dalam karyanya Responsibility: In Search of a New World Ethics, di mana manusia dan agamanya mesti bisa menjadi penggerak terciptanya suatu dunia yang lebih baik. Kerja sama di antara umat beragama bisa jadi salah satu jalannya.
Kedua, usaha, kerja sama, dan solidaritas yang kita bangun harus memiliki dasar. Dan, itu hanya bisa kuat jika kita menjadikan Tuhan dan firman-Nya sebagai pegangan kita terutama dalam masa-masa sulit seperti sekarang ini. Hal ini akan membuat tindakan akrab terhadap Kitab Suci tidak hanya pada Bulan Kitab Suci Nasional, tetapi juga akan terus berlanjut selama masa sulit pandemi ini.
Ketiga, sebagaimana yang sudah dinyatakan Paus Fransiskus dalam khotbahnya pada 25 Desember 2020 lalu, bahwa solidaritas dan persaudaraan amat dibutuhkan di masa-masa sulit ini (Pikiranrakyat.com, 18/9/2021). Untuk itu, perlu memantapkan sikap pantang menyerah, memupuk kerja sama, dan solidaritas. Dengan melakukan ini secara bersama, kita akan bisa menemukan jalan untuk mengatasi berbagai kesulitan di masa Covid ini.
Dari kebersamaan itu bisa muncul berbagai buah pikir dan inovasi untuk mencari solusi atas berbagai masalah di tengah situasi Covid-19, seperti untuk membantu mereka yang sedang berkekurangan. Beberapa kegiatan selama Bulan Kitab Suci Nasional, bisa menjadi langkah kecil untuk memupuk kebersamaan dan menciptakan kegembiraan, sehingga meningkatkan imun tubuh agar tetap sehat di masa pandemi ini.
Ada adagium yang menyatakan bahwa sesuatu yang tidak membunuhmu akan menguatkanmu. Searas dengan adagium ini, pandemi Covid-19 ini mestinya bukan menjadi hal yang membunuh kita. Sebaliknya, ia mestinya menguatkan kita sebagai orang Katolik. Kita tetap kuat untuk menghadapi tiap tantangan dan tetap berpegang teguh pada iman, harap, dan kasih.
Akhirnya, sesuai tema Bulan Kitab Suci Nasional tahun ini, marilah kita menjadikan Bulan Kitab Suci Nasional tahun ini untuk terus menyadari bahwa Yesus adalah teman seperjalanan kita. Yesus ada bersama kita dalam doa dan hadir melalui firman-Nya. Sabda-Nya menjadi inspirasi untuk mencari banyak solusi di tengah masa sulit akibat bencana pandemi Covid-19.
Rully Raki, pengajar di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat St. Ursula, Ende, Flores
Komentar