Oleh: RULLY RAKI, Pengajar Sekolah Tinggi STPM St. Ursula Ende, Flores
Pada setiap bulan Oktober, umat Katolik memperingati Bulan Rosario. Di dalam bulan ini, umat Katolik secara kolektiktif bisa diajak untuk berdoa bersama Bunda Maria. Patung Bunda Maria akan ditempatkan secara bergilir di rumah-rumah.
Di beberapa tempat, seperti di Flores, Nusa Tenggara Timur, bahkan ada perarakan Patung Bunda Maria. Hal ini menunjukkan bagaimana penghormatan orang Katolik dan devosi yang luar biasa kepada Bunda Maria.
Menoleh pada sejarah, bulan Oktober didedikasikan sebagai Bulan Rosario berlatarbelakangkan beberapa kejadian.
Peristiwa pertama ialah kemenangan tentara Katolik yang meskipun jumlahnya sedikit tetapi mereka bisa menang melawan tentara Turki pada pertemuparan di Lepanto, lepas barat pantai Yunani. Hal ini mendorong Paus Gregorius XIII pada tahun 1573 menetapakan tanggal 7 Oktober sebagai Pesta Santa Perawan Maria Ratu Rosario.
Namun pada masa itu, perayaan itu masih dibuat khusus di gereja-gereja tertentu saja, yang altarnya khusus untuk Bunda Maria. Dalam perkembangannya, pada tahun 1716, Paus Klemens XI memperluas perayaan Pesta Ratu Rosario itu ke seluruh Gereja. Selanjutnya, setelah seratus tahun kemudian, Paus Leo XIII pada tanggal 1 September 1883 menetapkan bulan Oktober sebagai Bulan Rosario (Sukur, 2018)
Atas rentangan peristiwa sejarah di atas, bisa dilihat bahwa Bunda Maria yang dikenang khusus pada Bulan Rosario ini adalah sosok yang akan membantu ketika umat Katolik mengalami kesulitan dan permasalah hidup. Hal ini membuat Maria juga dijuluki sebagai Bunda Penolong Abadi.
Sekarang ini pun, di masa globalisasi, revolusi industri dan suasana disrupsi akibat pendemi Covid 19, umat Katolik tetap membutuhkan bantuan Bunda Maria. Itu demikian, karena ada begitu banyak permasalahan di masa sekarang ini.
Permasalahan-permasalah itu bisa dibentangkan mulai dari soal yang paling genting sekarang, yakni pandemi Covid 19, sampai soal-soal menyangkut perang di Timur Tengah yang sepertinya tidak pernah usai. Ada konflik Israel-Palestina yang sudah berepisode-episeode lamanya, atau yang terakhir di Afghanistan yang membuat banyak orang lari meninggalkan kampung halamananya
Masalah lain ialah menyangkut persoalan etnis Rohingya yang masih mendapat ancaman pembunuhan dan pengejaran. Ada juga masalah pengungsi baik dari Afrika maupaun Amerika Selatan yang berusaha menuju Eropa dan Amerika Utara. Italia dan Yunani sudah menjadi tempat penampungan massal bagi para pengungsi ini. Sementara itu, sekarang, ada 4000 pengungsi dari Haiti dengan tujuan Amerika Serikat yang kini penuh sesak di Panama.
Di pihak lain pun masih banyak persoalan penyerangan dan pengrusakan pada gereja-gereja serta tindakan persekusi terhadap umat Kristen dan Katolik. Data dari Open Doors sampai tahun 2021 ini, menunjukkan, ada sekitar 340 juta orang Kristen yang hidup di wilayah dengan resiko tinggi memperoleh pengainayaan dan diskriminasi. Ada sekitar 4.761 orang Kristen dibunuh karena iman mareka. Sekitar 4.488 gereja telah diserang dan dirusak. Selain itu, sekitar 4.277 umat berimat yang ditangkap dan ditahan tanpa proses pengadilan yang jelas.
Atas banyaknya permasalahan tadi, banyak orang Katolik mesti ingat bahwa kita tidak bisa menutup mata atas persoalan-persoalan tadi. Untuk itu, Bulan Rosario ini menjadi kesempatan yang amat tampan dan baik untuk berdoa sehingga ada titik terang untuk upaya penyelesaian dari banyaknya permasalahan yang ada di dunia. Dalam kaitan hal berdoa untuk keselamatan dan perdamian dunia ini, Bunda Maria sudah pernah menyampaikan pesan ini dalam penampakannya di Fatima, kepada Lucia, Jacina dan Fransisco di tahun 1971.
Jika situasi memang demikian adanya, dengan berbagai persoalan di dunia, maka di dalam bulan ini, kebanyakan orang Katolik mesti sadar dan ingat bahwa di bulan dan di masa sekarang ini, berdoa Rosario tidak bisa sekedar untuk rutinitas tahunan. Ada beberapa alasan yang penting disimak berikut ini.
Pertama, mengingat dan melihat situasi sekarang ini, apalagi di daerah dengan mayoritas umat Katolik yang situasi hidupnya agak jauh dari berbagai tekanan langsung seperti beberapa situasi permasalahan yang diuraikan di atas, masih ada banyak orang Katolik yang terjebak dalam praktik mengikuti doa hanya sekeder rutinitas.
Di sini yang terjadi adalah kebanyakan orang tahu, bahwa bulan ini akan ada doa Rsario di setiap rumah, maka mereka akan mengikuti saja, tanpa ada intensi yang jelas. Hal seperti ini mesti ditinggalkan. Berdoa mesti berasal dari kesadaran dan kepekaan akan situasi permasalahan, baik di level global sampai pada level lokal.
Kedua, sikap doa sebagai rutinitas tadi kemudian akan memupuk tindakan orang yang mengikuti doa rosario hanya di rumah orang lain yang sebelumnya datang berdoa di rumah orang bersangkutan. Orang-orang demikian menerapkan prinsip, “Saya datang berdoa di rumah orang yang datang berdoa di rumah saya, selain itu, jangan harap saya ikut berdoa.“ Tindakan ini kerap dipraktikan di kalangan masyarakat pada wilayah mayoritas Katolik sekarang ini.
Tindakan ini tentu keliru karena efeknya adalah spirit berdoa rosario akhirnya bergeser kepada spirit “sekedar tunjuk muka“ di rumah orang lain, bahwa saya ada. Padahal tindakan ini akan dan dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Spirit doa kita menjadi dangkal dan aktivitas doa kita menjadi aktivitas doa tempelan. Tindakan ini akhirnya tidak banyak membantu karena tidak dibuat secara sungguh dari kedalaman hati.
Ketiga, penting untuk membuka paradigma berpikir yang lebih luas dalam berdoa. Maksudnya, bagi orang Katolik yang berada di kelompok umat basis atau di lingkunga-lingkungan, sebaiknya tidak hanya berdoa untuk kepentingan kelompk dan lingkungan semata. Perlu dititipkan intensi-intensi bagi perdamaian dan keselamatan dunia ini.
Mengapa? Karena selain banyak saudara dan saudari kita yang membutuhkan bantuan doa kita, tetapi hal yang lain yang mungkin jarang kita sadari adalah ada kejadian-kejadian di level global turut mempengaruhi situasi di level lokal. Globalisasi membuat terbentuknya jejaring sebab akibat yang saling berkaitan dari level global sampai lokal. Ini bisa terjadi karena sebagaimana uraian Anthony Giddes (2001) dalam bukunya, Entfesselte Welt: Wie die Globalisierung unser Leben verändert bahwa ada struktur dan agen yang selalu saling mempengaruhi sehingga terus menciptakan perubahan sosial dan perubahan dunia.
Ambil contoh sederhana, kebijakan politik dan ekonomi negara maju yang dipengaruhi oleh situasi pendemi ataupun perang di daerah penyuplai sumber daya tertentu, seperti daerah minyak, bisa mempengaruhi kebijakan ekonomi di level nasional. Itu artinya, bukan tidak mungkin akan bepengaruh kepada naik turunnya harga BBM ataupun barang di level nasional dan lokal.
Akhirnya, di awal Bulan Rosario ini, sebagai umat Katholik, ada baiknya kita mulai lebih serius, bahkan kalau perlu bersikap lebih militan, namun tetap positif, untuk berdoa bersama Bunda Maria bagi ujud dan intensi yang berkaitan dengan situasi dunia dan lingkungan kita yang sedang dilanda begitu banyak persoalan.
Melalui doa-doa itu, kita berharap dan tetap optimis bahwa Bunda Maria, Bunda Penolong Abadi, akan senantiasa membantu kita sehingga bisa menang melawan pandemi Covid 19, atau membantu melunakkan hati berbagai pihak yang sedang berkonflik sehingga akhirnya dapat berdamai. Berdoa mungkin adalah tindakan yang biasa, tetapi tindakan ini juga bisa mempunyai hasil yang luar biasa. Selamat memasuki Bulan Rosario. Ad Jesum Per Maria.
Komentar