Katoliknews.com – Organisasi Pemuda Katolik mendesak panglima baru Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk mengubah pendekatan dalam menangani masalah di Papua, dengan menguatamakan pendekatan kemanusiaan.
Stefanus Asat Gusma, Ketua Umum Pemuda Katolik mengatakan, ia berharap Jenderal Andika Perkasa yang dilantik Presiden Joko Widodo pada 17 November mengevaluasi kinerja tantara di Papua mengingat terus terjadi konflik bersenjata yang menimbulkan korban jiwa, baik dari masyarakat sipil maupun dari pihak militer.
“Kekerasan demi kekerasan yang terjadi semakin menimbulkan keresahan dan menjauhkan rasa aman bagi rakyat di Papua,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Desakan perubahan pendekatan dalam menangani konflik di Papua telah menjadi salah satu sorotan berbagai lembaga advokasi terhadap Jenderal Andika, dengan salah satu kritik yang mencuat adalah pada penambahan terus-menerus pasukan ke wilayah itu, di mana masih terus terjadi pemberontakan oleh kelompok pro-kemerdekaan.
Para aktivis menilai, pendekatan keamanan itu dalam menghadapi kelompok dari Tentara Nasional Pembebasan Papua Barat Organisasi Papua Merdeka telah memicu terus terjadinya pertumpahan darah.
Menurut data Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan, selama periode 2017-2021, terjadi 58 peristiwa kekerasan yang melibatkan tentara, mayoritas berupa penembakan, yang menewaskan 69 orang warga sipil dan melukai 135 lainnya.
Gusma mengatakan, TNI perlu mengedepankan pendekatan kemanusiaan, termasuk dengan membangun komunikasi yang lebih intens dengan para tokoh adat dan tokoh masyarakat Papua.
“Setiap anggota TNI yang datang dari luar Papua untuk bertugas di Papua juga harus dibekali pemahaman yang utuh tentang aspek antropologi Papua,” katanya.
Gusma yang juga baru terpilih sebagai ketua Pemuda Katolik pada 12 November mengatakan, organisasinya akan terus memberikan perhatian khusus tentang Papua.
Ia mengatakan, mereka memetakan tiga persoalan fundamental di Papua, yakni krisis kepercayaan terhadap pemerintah, laju pembangunan infrastruktur tidak diimbangi dengan strategi pembangunan manusia yang tepat dan sistematis, dan ada perbedaan persepsi terhadap berbagai persoalan sosial kemasyarakatan antara Papua dan Jakarta.
Sementara itu, Jenderal Andika yang ditunjuk sebagai calon tunggal dan hanya akan satu tahun menjabat karena akan pensiun telah berjanji mengevaluasi penanganan konflik di Papua.
“Soal pendekatan, saya ingin TNI di sana sama seperti di daerah lain, sama seperti di Jawa dan di tempat-tempat lain, karena memang statusnya sama dengan wilayah lain,” katanya.
Ia mengatakan sudah memiliki konsep yang akan diterapkan, namun langkah- langkah detailnya akan ia sampaikan setelah melakukan evaluasi.
Komentar