Katoliknews.com – Kardinal Joseph Zen dinominasikan untuk menerima Hadiah Nobel Perdamaian, bersama 5 warga Hong Kong lainnya, yakni Jimmy Lai, aktivis demokrasi Joshua Wong, Tonyee Chow Hang-tung—pengacara yang dianiaya karena memperingati pembantaian Tiananmen, jurnalis Gwyneth Ho Kwai-Lam, dan serikat pekerja Cheuk-yang.
“Mereka dinominasikan karena mereka adalah pendukung kuat otonomi Hong Kong, hak asasi manusia, dan supremasi hukum sebagaimana dijamin di bawah Sino-Deklarasi Inggris dan Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik,” bunyi pengumuman dari Komisi Eksekutif Kongres AS tentang China, seperti dilansir Catholic News Agency.
Adapun mominasi tersebut berasal dari kelompok bipartisan Kongres AS, salah satu organisasi di dunia yang diizinkan untuk membuat nominasi Hadiah Nobel, menurut Statuta Hadiah Nobel.
Sosok Kardinal Zen
Joseph Zen Ze-kiun SDB adalah seorang Kardinal Gereja Katolik Tiongkok, yang menjabat sebagai uskup keenam Hong Kong. Zen telah lama menjadi pendukung gerakan demokrasi di Hong Kong dan Cina, dan berbicara menentang otoritarianisme Cina yang berkembang di bawah Presiden Xi Jinping.
Tahun lalu, Otoritas Hong Kong menangkapnya atas tuduhan ‘kolusi dengan pihak asing’ dan dimasukkan ke dalam penjara.
Dia sekarang menjalani persidangan di Hong Kong karena perannya dalam memberikan dana untuk membantu membayar biaya hukum orang-orang yang ditangkap dalam protes di Hong Kong.
Januari lalu, dengan izin khusus, dia bisa keluar dari tahanan dan tiba di Roma untuk menghadiri pemakaman Paus Benediktus XVI, yang dia cintai hingga berbaur dengan orang banyak di Castel Gandolfo pada 28 Januari 2023, untuk menyambutnya pada hari terakhirnya di kepausan.
Sebelumnya, pada 2016 lalu, Tokoh Katolik paling senior di Tiongkok itu mengecam upaya negosiasi yang kemungkinan besar akan menghasilkan kesepakatan antara Vatikan dan Beijing.
Ia mengatakan kesepakatan itu mengkhianati Yesus Kristus, walaupun kesepakatan tersebut dimaksudkan untuk mencairkan hubungan yang pahit antara kedua belah pihak selama enam dekade.
Pembicaraan antara Vatikan dan Beijing telah berlangsung selama berbulan-bulan dan diharapkan akan menyelesaikan masalah kontroversial selama ini yang mengizinkan pemerintahan Komunis Tiongkok untuk turut serta dalam proses seleksi uskup.
Kardinal Joseph Zen telah menjadi kritikus vokal atas upaya mencapai kesepakatan itu. Ia mengatakan setiap perjanjian di mana Beijing akan memiliki ‘tangan’ dalam menyetujui penunjukan imam merupakan tanda “menyerah”.
Mungkin Paus sedikit naif, ia tidak memiliki latar belakang untuk mengetahui Komunis di Tiongkok,” kata Zen di sebuah sekolah Salesian di Hong Kong di mana ia masih mengajar, dalam wawancara dengan The Guardian sebaimana dilansir Satuharapan.com.
“Paus mungkin mengetahui penganiayaan Komunis [di Amerika Latin], tapi dia mungkin tidak tahu para penganiaya Komunis (di Tiongkok) yang telah membunuh ratusan ribu orang.”
Komentar